Sejarah Jakarta (45): Sejarah Kebayoran Yang Sebenarnya; Sebuah Distrik Di Meester Cornelis Yang Menjadi Kota Satelit Csw
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Kebayoran kini terdiri dari dua kecamatan: Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru. Kebayoran Baru sebenarnya sebuah rekonstruksi yang bermula dari suatu pembentukan kota satelit di selatan batas Batavia/Djakarta yang masuk ke Afdeeling Meester Cornelis. Rekonstruksi ini dimulai pada tahun 1949 oleh Pemerintah Hindia Belanda/NICA dib bawah yayasan yang disebut Centrale Stichting Wederopbouw (CSW). Area kota satelit ini berada diantara sungai Kroekoet di timur dan sungai Grogol di barat. Pembentukan kota satelit Kebajoran ini dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak.
Kebayoran kini terdiri dari dua kecamatan: Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru. Kebayoran Baru sebenarnya sebuah rekonstruksi yang bermula dari suatu pembentukan kota satelit di selatan batas Batavia/Djakarta yang masuk ke Afdeeling Meester Cornelis. Rekonstruksi ini dimulai pada tahun 1949 oleh Pemerintah Hindia Belanda/NICA dib bawah yayasan yang disebut Centrale Stichting Wederopbouw (CSW). Area kota satelit ini berada diantara sungai Kroekoet di timur dan sungai Grogol di barat. Pembentukan kota satelit Kebajoran ini dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak.
Master Plan Kota Sateli Kebajoran (1949) |
Bagaimana sejarah awal Distrik Kebajoran dan pembangunan kota satelit Kebajoran tidak tertulis secara komprehensif. Sejarah Kebajoran (Baru) ditulis seadanya tanpa acuan yang tidak jelas. Oleh lantaran itu, untuk melihat sejarah evolutif Distrik Keajoran dan sejarah revolutif Kota Satelit Kebajoran tentu masih menarik untuk diperhatikan. Untuk merekonstruksi memori masa lampau di sekitar tempat Kebajoran pada masa lampau mari kita telusuri sumber-sunber tempo doeloe.
Kampong Kebajoran Menjadi Nama Distrik
Kebayoran sebagai nama sebuah kampung, Kampong Kuboejoran sudah terpetakan paling tidak semenjak tahun 1824. Kampong ini berada di sisi barat sungai Grogol, sedangkan kampong yang berada di sisi timur sungai ialah kampong Djatie. Kampong Djati ini berada di jalur kemudian lintas perdagangan dari pedalaman (Buitenzorg ke Batavia) yaitu jalan Panglima Polim/Sisingamangaraja yang sekarang.
Kampong Kebajoran (Peta 1824) |
Dalam pembentukan wilayah administratif yang lebih kecil, kampong Kebajoran masuk ke dalam wilayah Afdeeling Meester Cornelis. Wilayah Afdeeling Meester Cornelis yang beribukota di Meester Cornelis (kini Jatinegara) termasuk kampong Kebajoran.
Dalam resolusi tahun 1854, Residentie Batavia terdiri dari tujuh afdeeling (semacam kabupaten): Tangerang, Batavia, Weltevreden, Meester Cornelis, Tandjong, Tjibinoeng dan Buitenzorg. Afdeeling Stad en voorsteden Batavia, de hoofdstad der Residentie dan wilayah sekitarnya: Molenvliet; Noordwijk, Rijswijk, Batoe toelis; Pasar baroe; Parapattan; Tanah-abang (Tanabang); Weltevreden, Kramat: Struiswijk; Goenoeng Sari; Tanah Njonja. Afdeeling Meester Cornelis: Meester Cornelis, hoofdplaats der Afdeeling dan wilayah sekitar yakni Zuiden van Weltevreden: Bekassi, aan de Tji-Lingsi en den Krawangschen weg (lihat Dr. Hollander, 1869). Sejauh ini kampong Kebajoran termasuk wilayah Afdeeling Meester Cornelis. Hal ini terindikasi bahwa wilayah Afdeeling Meester Cornelis termasuk wilayah Zuiden van Weltevreden.
Pada tahun 1867 nama Kebajoran sudah diidentifikasi sebagai sebuah nama distrik (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-10-1867). Disebutkan distrik Meester Cornelis dan distrik Kebajoran di Afdeeling Meester Cornelis. Wilayah yang disebut Zuiden van Weltevreden sebelumnya telah diadministrasikan sebagai Distrik Kebajoran.
Pada tahun 1888 Soetan Abdoel Azis, pejabat di kantor Asisten Residen Mandheling en Ankola di Padang Sidempoean diangkat menjadi Asisten Demang di District Kebajoran dan pada waktu yang bersamaan Asisten Demang di District Weltevreden ialah Maharadja Soetan (Kepala Koeria Batoenadoea Padang Sidempoean). Anak Abdoel Azis berjulukan Haroen Al Rasjid lulus Docter Djawa School tahun 1902; Anak Mahardja Soetan berjulukan Soetan Casajangan lulus Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1887. Soetan Casajangan (setelah megabdi menjadi guru selama 10 tahun di Padang Sidempoean) pada tahun 1905 berangkat studi ke Belanda (untuk menerima sertifikat Kepala Sekolah). Pada tahun 1908 Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan mendirikan sekaligus Presiden pertama Perhimpoenan Indonesia (Indisch Vereeniging) yang kelak menjadi cikal bakal PI tahun 1924 di Belanda (era M. Hatta). Haroen Al Rasjid mempunyai dua anak yang hebat: Mr. Gele Haroen (alumni sekolah aturan Universiteir Leiden) dan Dr. Ida Loemongga, Ph.D (alumni sekolah kedokteran Universiteit Amsterdam). Ida Loemongga Nasution ialah wanita Indonesia pertama bergelar doktor (Ph.D) tahun 1931. Mr. Gele Harun Nasution ialah advokat dan Residen pertama Lampoeng (kini tengah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional dari daerah Lampung).
Batas Batavia dan Meester Cornelis (Peta 1897) |
Ibukota Distrik Kebajoran berada di Kebayoran Lama yang kini (lihat Peta 1914). Ibukota Distrik Kebajoran ini dilalui jalur kereta api dari Stasion Tanah Abang menuju Rangkasbitoeng (Banten). Akses utama ke ibukota distrik Kebajoran ini dari Tanah Abang melalui Soekaboemi dan Kemandoran. Dari Meester Cornelis (ibukota Afdeeling) sanggup diakses melalui Tebet, Pantjoran, Mampang Prapatan, Pela dan Gandaria (lihat Peta 1925). Secara teknis tidak/belum ada jalan masuk langsung dari Koningsplein di Weltevreden ke ibukota Kebajoran. Gambaran ini tidak berubah hingga tahun-tahun berikutnya ibarat terlihat pada Peta 1934 dan Peta 1940.
Ibukota Distrik Kebajoran (Peta 1914) |
Pembangunan Kota Satelit Kebajoran
Pada tahun 1942 Jepang melaksanakan invasi terhadap Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Selama pendudukan Jepang (1942-1945) sulit menemukan informasi wacana geogrfis di Djakarta (nama gres untuk Batavia). Tentu saja masa yang singkat tidak banyak yang berubah. Demikian juga ketika kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, belum banyak yang bisa diperbuat di Djakarta lantaran tidak usang kemudian Pemerintah Hindia Belanda/NICA sudah berkuasa kembali. Sebagaimana diketahui pada bulan Januari ibukota RI dipindahkan dari Djakarta ek Jogjakarta. Djakarta yang telah dikuasai Belanda/NICA berganti nama kembali menjadi Batavia.
Setelah berpindahnya ibukota RI ke Jogjakarta, situasi keamanan di wilayah Djakarta/Batavia tidak menentu. Tentara Republik Indonesia (TRI) terus melancarkan perang di sekitar Batavia/Djakarta. Tahun-tahun ini disebut perang kemerdekaan. Akibat adanya perlawanan Republiken kemudian Belanda melaksanakan aksi militer Juli 1947 yang kemudian dilakukan perundingan Renville). Dalam perundingan (Renville 17 Januari 1948), Belanda hanya mengakui Jawa Tengah dan Jogjakarta serta Sumatra. Sejak dikala inilah sejumlah wilayah berada di bawah kekuasan Belanda/NICA.
Situasi dan kondisi di sekitar Batavia yang telah kondusif bagi Belanda, pada tanggal 11 Maret 1948 terbit peraturan (beslit) pemerintah Belanda untuk pembiayaan rekonstruksi dan pembangunan rumah baru. Dalam rekonstruksi ini pemerintah mengundang swasta (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 08-07-1948). Disebutkan untuk mengkonsolidasikan tujuan itu dibuat yayasan rekonstruksi pusat yang disebut Centrale Stichting Wederopbouw (CSW).
Foto Bandjir Kanaal di Menteng, 1935 |
Pada tangga 30 Aguistus 1948 keluar Surat Keputusan Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 6 dan pada tanggal 1 September 1948 No. 205 yang menjelaskan hal terkait dengan kegiatan CSW. Di dalam keputusan ini ditetapkan pembangunan perumahan yang terletak di Kota Batavia. Pembangunan perumahan lainnya juga dilakukan Distrik Kebajoran, Afdeeling Meèster-Cornelis, Residentie Batavia yang meliputi sebagian di Grogol Oedik, Pelapetogogan, Gandaria Utara dan Senajan yang menjadi kota satelit Batavia. Untuk realisasi pembangunan kompleks perumahan di kota satelit itu diharapkan jalan penghubung dengan stadgemeente Batavia (lihat De nieuwsgier, 18-09-1948).
Nieuwe courant, 27-01-1949 |
Pada bulan Januari 1949 kantor CSW mengumumkan wacana planning pembangunan jalan dan jembatan penghubung dari Gemeente Batavia ke kota satelit Kebajoran (lihat Nieuwe courant, 27-01-1949). Disebutkan jalan penghubung utama yang akan dibangun dari Batavia ke kota satelit Kebajoran yang diproyeksikan menyediakan jembatan di atas Bandjir kanaal dan jalur kereta api pada titik yang sejalan dengan Koningsnlein-West. Bangunan jembatan sepanjang 106 meter dan lebar 17 meter dan dengan ketinggian sekitar 7 meter di atas permukaan tanah. Pembangunan jembatan ini harus diserahkan siap untuk dipakai pada pertengahan bulan Oktober (1949). Total biaya konstruksi berjumlah sekitar f930.000. Juga disebut yang ikut tender dan sebagai pemenang tender ialah NV de Kondor dengan tawaran f608.000. Spek jembatan disebutkan akan dibuat seluruhnya dari beton bertulang dan fondasi tiang pancang Kondor.
Peta 1940 dan googlemap |
Realisasi pembangunan jalan dan jembatan Batavia-Kebajoran ini pelaksanaannya dimulai pada tanggal 1 April 1949 (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 02-04-1949). Disebutkan pencangkulan pertama proyek, sesudah upacara singkat dilakukan oleh Direktur CSW Ir E Hens. Dalam kata sambutan disebutkan bahwa jembatan ini ialah kunci menuju Kebajoran, dimana jembatan ini salah satu yang terbesar di Jawa dari jenis ini. Selain Ir. E Hens, turut menunjukkan sambutan Ir. Semawi (Departemen Pengelolaan dan Rekonstruksi Air); A. Th. Bogaardt (Sekretaris Negara Departemen Sosial); Direktur. NV Aanneming Maatschappij ‘De Kondor, perusahaan yang mana yang melaksanakan pekerjaan proyek.
Sketsa planning jembatan (Het dagblad, 02-04-1949) |
Sementara pembangunan jalan dan jembatan menuju kota satelit Kebajoran berlangsung, pelaksanaan pekerjaan di kota satelit di Kebajoran juga berlangsung (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 19-07-1949). Disebutkan di lahan yang kaya pohon yang menjadi kota baru, mesin truk truk, traktor dan buldoser sepanjang hari kemudian lalang melalui lanskap hijau dan di atas jalan beraspal sementara. Masih ada terlihat gubuk tempat tinggal diantara pohon-pohon yang masih dipertahankan yang nantinya di tempat tersebut akan dibangun gedung-gedung bank, kantor-kantor pemerintah, toko-toko, gereja dan masjid dan bioskop yang akan memenuhi kebutuhan penduduk kota.
Pembangunan rumah model mewah |
Peta Master Plan Kota Satelit Kebajoran |
Pemabangunan jalan penghubung Batavia-Kebajoran |
Posisi jembatan mulai menaik di ujung jalan Telok Betong |
Biaya rumah bervariasi antara f6.000 dan f27.000. CSW telah memutuskan tujuan untuk membangun rumah kecil satu, dua atau tiga kamar tidur. Rumah-rumah ini dijual yang disertai halaman. Setiap rumah akan diberikan koneksi ke pasokan air. Pasokan air akan dilakukan dengan memakai sumur bor artesis. Masalah elektrifikasi juga akan diselesaikan untuk Kebajoran segera. Program tahun ini juga meliputi pembangunan delapan sekolah, pasar-pasar, kantor pemerintah dan kantor polisi. Rencana sedang dalam persiapan untuk pembangunan rumah sakit besar, kantor pos dan telegraf dan bangunan publik lainnya. Dari pihak swasta, ada seruan besar untuk pembangunan toko-toko, bioskop, dll. Rumah-rumah yang dibangun telah terbukti menarik bagi aneka macam pelamar, terlepas dari kenyataan bahwa desain keseluruhan ditujukan untuk menciptakan pembangunan kota satelit ini menjadi objek yang menguntungkan bagi Central Reconstruction Foundation.
Dalam pelaksanaan proyek kota satelit Kebajoran ini telah dibuat desa kerja yang luasnya 5 hektar (lihat De locomotief:Samarangsch handels- en advertentie-blad, 21-07-1949). Desa kerja ini bersifat sementara yang berada di tengah areal perumahan baru. Desa kerja ini telah dibangun tempat kantor, kantin, gudang, garasi pekerjaan. tempat dan rumah sementara untuk staf rendahan. Di tempat lain implementasi permanen perumahan yang dibangun untuk staf pengawas. Rumah-rumah ini akan dihuni bulan ini.Penghuni pertama sudah menetap di sana.
Kantor Proyek CSW di Kebajoran |
Last but not leas: Usul pembangunan perumahan dengan konsep kota satelit (Kebajoran) muncul dari Oppenbestuur Z. Exc. Neher pada tahun 1948. Lalu Semawi dan Hens bekerja untuk mengkonsolidasikan dan membentuk suatu komite. Komite pembangunan yang terbentuk diketuai oleh Mr. MAF Zwager. Para anggota komite terdiri dari Ir. EWH Clason, Ir. M. Soesilo dan Hadji Masoud (Bupati Kebajoran). Sebagai penasehat komite adalah Gubernur federal Batavia Hilman Djajadiningrat (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-01-1949). Disebutkan komite ini telah berhasil mendapatkan area setidaknya 731 Ha dengan nilai sebesar f14.849.891. Dalam perkembangannya Ir. EWH Clason ditetapkan sebagai ketua komite pembangunan.
Kota Satelit Kebajoran dan Pembangunan Fasiltas Asian Games 1862
Sementara proses pembangunan jalan dan jembatan serta pembangunan perumahan di kota satelit Kebajoran berlangsung, semenjak bulan Agustus 1949 telah terjadi proses politik yang drastis di Djakarta. Rekonsiliasi antara Belanda dan RI mulai dijalin. Langkah pertama ialah persiapan aneka macam pihak ke konferensi KMB di Den Haag. Para pemimpin RI sendiri ibarat Soekarno dan Mohamad Hatta semenjak bulan Juli telah berada di ibukota RI di Jogjakarta. Sehubungan dengan persiapan konferensi KMB tersebut kabinet RI kembali dibuat yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohamad Hatta (yang juga akan memimpin delegasi Indonesia ke Den Haag).
Dalam konferensi KMB di Den Haag, satu keputusan yang terpenting ialah (kerajaan) Belanda mengakuai kedaulatan Indonesia dan membentuk negaras RIS (Republik Indonesia Serikat). Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 akan menyerahkan kedaulatan Indonesia tersebut kepada RIS (bukan kepada RI). Dalam menjelang detik-detik penyerahan tersebut Perdana Menteri RI Mohammad Hatta akan menjadi Perdana Menteri RIS dan membentuk kabinet baru. Dan benar bahwa pada tanggal 27 Desember 1949 penyerahan kedaulatan itu dilaksanakan kepada Pemerintah RIS yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohamad Hatta. Untuk jabatan presiden sendiri ialah Ir. Soekarno. Dalam hal ini posisi Presiden Soekarno hanya dijadikan sebagai simbol negara. Dalam Pemerintah RIS keberadan (orang-orang) Belanda juga masih terdapat di aneka macam fungsi. Sebab dalam perjanjian hasil KMB, Pemerintah RIS dan pemerintah (kerajaan) Belanda berkolaborasi dalam sejumlah fungsi ibarat pertahanan, moneter dan permasalahan luar negeri. Bidang kepolisian sepenuhnya telah menjadi Indonesia.
Bagaimana kelanjutan proyek pembangunan kota satelit Kebajoran? Apakah proses politik yang terjadi akan berdampak pada proses pembangunan kota satelit Kebajoran? Kolaborasi diantara Indonesia dan Belanda terjadi di banyak bidang, ibarat perbankan (bank sentral), perguruan tinggi tinggi dan sebagainya. Sementara bidang-bidang yang dijalankan swasta ibarat perusahaan (perdagangan, perkebunan, manufaktur dan lainnya) tetap berjalan sendiri-sendiri. Dalam hal ini tentu saja kerja sama juga terjadi di dalam yayasan rekonstruksi yang dalam hal ini CSW.
Ibukota distrik Kebajoran dan Rencana Kota, 1940 |
Pada fase awal Pemerintahan RIS ini desakan nasionalisasi mulai berhembus. Proses nasionalisasi yang pertama terjadi ialah akuisisi Bank Java sebagai bank sentral akan digantikan dengan pembentukan Bank Indonesia. Di Universiteit van Indonesia juga terjadi peroses peralihan secara gradual. Kepemimpinan (orang-orang) Belanda di Universiteit van Indonesia secara berangsur-angsur telah digantikan oleh orang Indonesia. Lantas bagaimana dengan orang-orang Belanda di CSW?
Realisasi proyek 1950 dan 1951 |
Seperti diputuskan sendiri oleh Pemerintah Hindia Belanda/NICA sebelumnya bahwa CSW ialah lembaga/yayasan swasta dan para investornya ialah swasta Belanda maka keberadaan CSW ini tetap eksis dan aktivitas kota satelit Kebajoran tetap berjalan. Pada tahun 1950 beberapa blok dari perumahan di kota satelit Kebajoran telah selesai dikerjakan dan telah diserahkan kepada pembeli.
Pada tahun 1950 proses politik masih terus berlangsung. Sejumlah daerah yang sebelumnya membentuk negara federal tetapi dalam perjalanannya mulai muncul impian kembali menjadi belahan dari negara kesatuan. Akibatnya pada bulan Agustus 1950 bentuk pemerintah federasi (RIS) dibubarkan. Indonesia kembali menjadi negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya kabinet gres dibentuk, Mohamad Hatta yang sebelumnya Perdana Menteri RI dikembalikan posisinya menjadi wakil presiden untuk mendampingi Soekarno. Kabinet gres dengan Perdana Menteri Mohamad Natsir.
Oleh lantaran pada Agustus 1950 negara RIS dibubarkan dan kembali menjadi negara kesatuan NKRI maka semua unsur pemerintah (kerajaan) Belanda harus kembali ke Belanda. Salah satu yang pertama dikembalikan ialah kesatuan militer Belanda (KNIL). Struktur militer di Indonesia emudian menjadi sepenuhnya ialah TNI. Demikian juga unsur Belanda di jajaran pemerintahan diserahkan kepada pejabat Indonesia. Namun lantaran dalam kekerabatan ini CSW sebagai lembaga/yayasan swasta, kegiatan pembangunan di Kebajoran tetap berlangsung apa adanya. Dengan kata lain penyelesaiaan aktivitas perumahan di kota satelit Kebajoran tetap berjalan. Jumlah rumah yang selesai dibangun dari waktu ke waktu semakin banyak.
Setelah bulan April dilakukan perubahan nama jalan, kembali pada bulan Oktober 1950 sebanyak 30 buah nama jalan diubah dari nama Belanda ke nama Indonesia (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant, 08-04-1950). Nama-nama jalan yang gres diubah tersebut antara lain: Molenvliet West menjadi Djalan Gadjah Mada dan Molenvhet Oost menjadi Djalan Hajam Wuruk. Ke dalam daftar ini termasuk Nieuwe weg van Gambir Selatan (Kebonsirih) menjadi Djalan [MH] Thamrin. Informasi ini mengindikasikan bahwa jalan penghubungan Batavia/Djakarta ke Kebajoran sudah selesai dan jalan gres ini benar-benar gres (nieuwe weg).
Pada tahun 1951 area pembangunan sudah melampaui separuh dari areal yang terdapat di dalam Master Plan Kota Satelit Kebajoran. Ini mengindikasikan proses politik yang terjadi tidak begitu mengganggu proses penyelesaian aktivitas penyedian perumahan.
Orang-orang Belanda yang ada di Indonesia mulai tidak nyaman dengan pergeseran sistem pemerintahan dari RIS ke NKRI. Sebagian dari mereka telah menjual propertinya kepada pihak ajaib atau pengusaha Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang secara dejure berada di bawah pemerintah (kerajaan) Belanda mulai dinasionalisasi pemerintah Republik Indonesia, terutama perusahaan-perusahaan strategis yang kemudian dibuat menjadi BUMN. Dalam hal ini, CSW juga menjadi belahan dari proses nasionalisasi tersebut. Proses estafet ini berjalan normal dalam peralihan penguasaan CSW dan karenanya aktivitas pembangunan perumahan di Kebajoran juga tetap berlangsung sesuai rencana. Perhatian pemerintah untuk menyediakan perumahan yang layak, aktivitas pembangunan perumahan di kota satelit Kebajoran balasannya rampung pada tahun 1955.
Selesainya aktivitas pembangunan perumahan di kota satelit Kebajoran, maka salah satu permasalahan dalam penyediaan tempat tinggal telah memberi imbas besar di wilayah Djakarta. Namun lantaran lokasinya yang jauh dari Djakarta, perumahan kota satelit di Kabajoran dari sudut pandang sosial tetap terpencil. Akses terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi, pemerintahan dan lainnya di Djakarta terang jauh dari Kebajoran. Banyak rumah-rumah yang tidak ditempati penghuninya.
Setelah hengkangnya Belanda dari Indonesia, pembangunan perumahan kembali marak terjadi di Djakarta. Pemukiman padat timbul dimana-mana dan disana sini juga muncul pemukiman kumuh. Akibatnya solusi penataan kota dengan pembangunan kota satelit menjadi hanya bersifat parsial. Posisi kota satelit Kebajoran tetap berada di belakang/pinggiran. Sebaliknya pembangunan perumahan justru semakin masif terjadi di Djakarta. Indonesiasi perumahan di Djakarta terjadi.
Indonesiasi nama jalan juga terus berlangsung. Salah satu nama jalan yang diubah pada bulan Desember 1953 ialah Djalan Mampang (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-12-1953). Disebut jalan Djalan Mampang diganti namanya menjadi Djalan Teuku Tjiditiro. Nama Teuku Tjiditiro ialah pemimpin perlawanan di Aceh. Pada bulan November 1954 kembali dilakukan perubahan nama jalan (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-11-1954). Nama jalan Djalan Hadji A. Salim untuk menggantikan Djalan Geredja Theresia. Sedangkan nama jalan Geredja Theresia digeser menempati nama jalan Djalan Sunda. Sedangkan nama Djalan Sunda sendiri menempati jalan yang gres dibangun, yaitu jalan yang menghubungkan Djalan [MH] Thamrin dengan Djalan Hadji Agus Salim.
Nama jalan Mampang (Mampangweg) paling tidak sudah dilaporkan adanya pada tahun 1913 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-05-1913). Jalan ini dibangun tahun 1913 yang merupakan terusan jalan Gondangdia (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-08-1913). Jalan ini merupakan jalan paling besar dari Koningsplein menuju selatan kota (tentu saja belum ada jalan penghubung atau jalan MH Thamrin yang sekarang). Disebut jalan Mampang lantaran arahnya menuju selatan di Land Mampang. Pembangunan jalan Mampang ini bersamaan dengan pembangunan Orangeboelevard (kini jalan Diponegoro). Pembangunan dua jalan ini dalam rangka eksploitasi pembangunan pemukiman yang baru. Pada tahun 1918 Mampangweg ini terpotong lantaran dibangunnya Bandjir Kanaal. Namun demikian di atas kanal dibangun jembatan, sehingga layout pembangunan perumahan Menteng tidak terlalu terganggu. Pada masa kini terkesan sebagian wilayah perumahan Menteng menjadi terpisah di wilayah Guntur yang sekarang.
Di Land Mampang sudah semenjak usang dikenal Prapatan Mampang, suatu persimpangan jalan dari Tanah Abang ke Doerian Tiga/Pedjaten dan dari Pantjoran ke Slipi. Pada Peta 1938 jalan dari Mampang Prapatan ke Menteng yang kini menjadi jalan Rasuna Said (Kuningan) yang tegak lurus ke utara belum ada (jembatan belum ada). Jalan yang sudah ada ialah dari Prapatan Mampang se arah barat maritim menuju Tanah Abang melalui Doekoeh. Dalam perkembangannya, jalan dari Mampang Prapatan yang menuju ke arah Doerian Tiga disebut jalan Mampang Prapatan. Sementara terus jalan Mampang Prapatan disebut jalan Warong Boentjit (jalan Warong Rawa Djati Barat). Pada masa kini, jalan Mampang tidak dikenal lantaran yang eksis ialah jalan Mampang Prapatan. Nama Jalan Mampang telah usang tiada lantaran nama Jalan Mampang telah diganti menjadi Djalan Tjiditiro. Pada tahun 1962 untuk menjaga arus kemudian lintas, prapatan jalan gres Batavia/Djakarta-Kebajoran dengan jalan usang Pantjoran-Slipi dibangun menjadi Jembatan Semanggi.
Sehubungan dengan Indonesia sebagai penyelenggara Asian Games tahun 1962, kota satelit Kebajoran kembali diperthitungkan. Pemerintah RI membangunan kemudahan olahraga di Senajan. Lokasi pusat olahraga ini berada diantara perumahan Menteng dan perumahan Kebajoran. Nilai sosial dan nilai ekonomi perumahan di kota satelit Kebajoran drastis meningkat. Asian Games 1962 menerima berkah bagi penghuni di perumahan Kebajoran. Sementara ketika perumahan kota satelit Kebajoran dirancang Belanda sejatinya tidak hanya untuk menyediakan perumahan bagi penduduk Indonesia di Batavia tetapi juga dimaksudkan untuk melokalisasi sebagian penduduk Indonesia ke tempat terpencil di Kebajoran. Presiden Soekarno menyadari atau tidak telah mengangkat harkat sosial penduduk Indonesia di kota satelit Kebajoran melalui prosedur yang terintegrasi dalam proses persiapan menjadi tuan rumah Asian Games 1962.
Peta 1985 |
Sejak adanya kemudahan olahraga/stadion di Senayan dan peningkatan jalan timur-barat (Panjoran-Slipi) dengan membangun interchange Jembatan Semanggi maka wilayah yang dulunya sepi di sekitar Jembatan Semanggi lambat maritim menjadi tujuan penduduk untuk bertempat tinggal. Perumahan Tebet dengan perumahan kota sateli Kebajoran lambat laun semakin terintegrasi sebagai suatu tempat pemukiman yang sangat luas di selatan Djakarta. Intesnsitas pemukiman juga semakin ramai ke timur Jembatan Semanggi di Pantjoran dan Tjawang maupun ke arah barat di Slipi dan Grogol.
Peta 1985 |
Pada masa ini blok-blok perumahan tersebut berada di lingkungan perumahan Kebayoran Baru, yakni:
Blok-A di sekitar jalan Panglima Polim.
Blok-B di sekitar jalan Barito.
Blok-C di sekitar jalan Kyai Maja.
Blok-D di sekitar jalan Gandaria.
Blok-E di sekitar taman Pakubuwono .
Blok-F di sekitar jalan Sisingamangaraja.
Blok-G di sekitar jalan Hang Lekir.
Blok-H di sekitar jalan Asia Afrika.
Blok-I di sekitar jalan Senopati
Blok-J di sekitar taman Mpu Sendok
Blok-K di sekitar jalan Trunojoyo.
Blok-L di sekitar jalan Wijaya
Blok-M di sekitar pertemuan jalan Panglima Polim dan jalan Sisingamangaraja
Blok-N di sekitar jalan Melawai
Blok-O di sekitar jalan Prapanca.
Blok-P di sekitar jalan Darmawangsa.
Blok-Q di sekitar jalan Kertanegara.
Blok-R di sekitar jalan Erlangga.
Blok-S di sekitar jalan Wolter Monginsidi.
Itulah sejarah panjang secara singkat asal-usul Kota Satelit Kebajoran yang kini lebih dikenal sebagai Kebayoran Baru yang berpusat di sekitar Blok-M yang dari dulu hingga kini sangat terkenal. Anda ingin menulis sejarah gres Kebayoran Baru, jangan lupa menyertakan sejarah usang Kebayoran Lama. Kata kuncinya: Kampong Kebajoran, Distrik Kebajoran, CSW, Kota Satelit, Blok-M serta Jembatan Bandjir Kanaal.
0 Response to "Sejarah Jakarta (45): Sejarah Kebayoran Yang Sebenarnya; Sebuah Distrik Di Meester Cornelis Yang Menjadi Kota Satelit Csw"
Posting Komentar