Pengalaman Pertama Menjadi Tentor

Teaching
    Dalam benak setiap mahasiswa pastilah ada impian untuk tidak membebani orang tua. Begitupula dengan saya, semenjak pertama kali masuk kuliah, saya sudah memantapkan diri saya untuk merealisasikannya yaitu dengan bekerja paruh waktu, apapun pekerjaan paruh waktu itu. 
Namun tidaklah gampang bagi seorang mahasiswa gres untuk mendapat sebuah pekerjaan, alasannya waktu bekerja yang bisa saja tidak dekat dengan waktu kuliah kita.

     Saya merasa beruntung bisa berkuliah di salah satu sekolah ikatan dinas yang ada di Indonesia yaitu Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang hampir setiap tahun mengadakan Ujian Saringan Masuk (USM STAN). Seperti kita ketahui bersama bahwa satu - satunya jalan untuk menjadi mahasiswa STAN yaitu dengan mengikuti USM STAN. USM STAN sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap tertulis, kesehatan dan kebugaran, serta tahap akhir, yaitu wawancara. Dalam tahap tertulis setiap penerima diharuskan untuk mengerjakan dua tipe soal yaitu Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Bahasa Inggris (TBI). 

    Seperti kita ketahui bersama bahwa bahan TPA dan TBI tidaklah semuanya kita dapatkan di sekolah. Oleh alasannya itu banyak bangkit bimbel khusus untuk USM STAN di kawasan - kawasan maupun di sekitar kampus STAN, peminatnyapun tidak kalah banyak alasannya memang berbagai calon mahasiswa yang berminat untuk berkuliah di STAN.

    Sekedar pemberitahuan, kini saya yaitu mahasiswa tingkat satu D-III Akuntansi STAN. Dulu, saat masih persiapan mengikuti USM STAN saya tidak terlalu menguasai TPA sehingga saya mengakibatkan TBI sebagai andalan saya dalam USM STAN disamping memang alasannya saya sudah menyukai mata pelajaran bahasa Inggris semenjak SMP. Ya, meskipun tidak bisa mengerjakan semua soal TBI dengan benar, minimal saya bisa mendapat nilai tambah dari TBI.

     Tiga bulan pertama kuliah di STAN saya lalui tanpa merealisasikan impian saya untuk meringankan beban orang tua, hingga pada bulan Februari saya bersama sahabat saya, Andika Arga Pratista dari Pemalang menemukan sebuah lowongan pekerjaan yaitu menjadi tentor TPA dan TBI di sebuah bimbel berjulukan SmartPro Education. Kamipun segera melamar, Arga melamar menjadi tentor TPA dan saya melamar menjadi tentor TBI. Ada dua tahap untuk lolos menjadi seorang tentor di sana Tahap pertama yaitu mengirimkan Curriculum Vitae (CV), hal ini kami lalui dengan baik. Tahap selanjutna yaitu mengerjakan soal sesuai bidangnya masing - masing dilanjutkan dengan micro teaching. Dalam hal mengerjakan soal, itu yaitu hal biasa bagi kami. Tetapi apa itu micro teaching ? sebuah istilah gres bagi kami. Kami mencari tau mengenai istilah itu di internet dan ternyata micro teaching bisa kita katakan sebagai  "pengajaran Kecil, akan tetapi secara khusus Micro Teaching yaitu bentuk aktivitas pendidikan dan pengajaran dalam perjuangan menyiapkan mahasiswa atau calon guru melalui aktivitas pengajaran, bimbingan dan latihan secara terprogram dan berkesinambungan guna terciptanya calon guru professional."( http://www.elearningpendidikan.com, diakses pada 22/03/2015). Setelah mendapat banyak informasi beserta tips melaksanakn micro teaching kami berangkat untuk melaksanakan test tersebut. Kami di wajibkan untuk mengerjakan beberapa soal, kemudiah kami diharuskan untuk sanggup menjelaskan alasan mengapa kami menentukan balasan yang kami pilih. Dalam hal ini, penguji berperan sebagai siswa. Jadi, ia bertanya kepada kami selayaknya seorang siswa yang bertanya. Kami. Setelah melaksanakan kedua tahap tersebut kami dinyatakan lolos untuk menjadi tentor.

     Pertama kali mengajar, saya sangat grogi, tidak tahu apa yang harus saya lakukan semoga para siswa merasa nyaman. Bahkan, saat pertama kali masuk ruangan, dunia ini serasa gelap gulita dan saya hampir saja kehilangan kemampuan bernafas. Saya mencoba mengendalikan diri, melaksanakan apa yang telah saya pelajari berminggu - ahad untuk menjadi seorang tentor, Hal pertama kali yang saya lakukan yaitu mengucapkan salam, sesudah itu mempersilakan siswa untuk berdoa, dilanjutkan dengan perkenalan, dalam tahap perkenalah saya mulai merasa tenang, mendapat keyakinan diri saya alasannya saya bisa berinteraksi dengan siswa. Setelah perkenalan usai, dilanjutkan ke bahan sesuai agenda pada hari itu. Dalam memberikan materi, kita harus memastikan bahwa apa yang kita sampaikan sanggup difahami oleh siswa. Kaprikornus kita harus sesekali bertanya apakah mereka sudah faham atau belum, ada yang ingin ditanyakan atau tidak , atau berilah kesempatan mereka mengungkapkan pendapat mereka perihal bahan yang sedang dibahas. Kita juga harus bisa mengendalikan situasi, alasannya saat ita saya mengajar di sore hari, maka kebanyakan siswa sudah merasa capek, ngantuk dan bosan, oleh alasannya itu saya berinisiatif untuk menciptakan beberapa lelucon. Hasilnya, mereka merespon dengan baik dan melupakan rasa lelah, kantuk dan capek mereka. Untuk sanggup memberikan bahan dengan baik semoga siswa memahami, kita harus memperisapkannya matang-matang sebelum mengajar. Hal terakhir yang saya lakukan yaitu melaksanakan penutupan, yaitu dengan berdoa kemudian ditutup dengan ucapan salam. 

     Itulah pengalaman pertama kali saya menjadi tentor, semoga bisa membantu teman-teman mahasiswa yang ingin meringankan beban orang tua. Manfaatkanlah waktu kita dengan sebaik - baiknya, dengan menjadi tentor insyaallah akan bermanfaat juga nantinya di dunia kerja.

Sumber gambar : www.google.com

    

Sumber http://realmaun.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Pengalaman Pertama Menjadi Tentor"

Posting Komentar