Pengertian Kurikulum
Pengertian Kurikulum - Istilah kurikulum pertama kali dipakai dalam dunia olah ra ga pada zaman Yunani kuno, istilah ini berasal dari kata curir dan currere. Pada ketika itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari, orang mengistilahkannya dengan kawasan berlari mulai start hingga finish.
Menurut Dolnald.F.Gay sebagaiman dikutip dakir dalam bukunya Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, kurikulum mempunyai rumusan sebagai berikut:
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah materi pelajaran yang secara logis.
2. Kurikulum terdiri atas pengalaman mencar ilmu yang direncanakan untuk membawa perubahan sikap anak.
3. Kurikulum merupakan disain kel ompok sosial untuk menjadi pen galaman mencar ilmu anak di sekolah.
4. Kurikulum terdiri atas semua p engalaman anak yang mereka lak ukan dan rasakan di bawah bimbingan belajar.
David Pruff beropini : Kurikulum merupakan seperangkat organisasi pendidikan formal atau sentra – sentra pelatihan. Definisi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Rencana tersebut dalam bentuk lisan.
2. Rencana tersebut ialah planning kegiatan.
3. Kurikulum meliputi hal – hal :
Siswa mau dikembangkan kemana?
Bahan apa yang akan diajarkan?
Alat apa yang akan digunakan?
Bagaimana cara mengevaluasinya?
Bagaimana kualitas guru yang diperlukan?
4. Kurikulum dilaksanakan dalam pendidikan formal.
5. Kurikulum disusun secara sistematik.
Sama halnya dengan apa yang di ungkapkan Murry Print (1993) b ahwa, kurikulum memang diperuntukkan bagi anak didik. Menurutnya kurikulum meliputi:
1. Planned learning experiences
2. Offered within an educational institution/program.
3. Represented as a document, and
4. Includes experiences resulting from implementing that document.
Para andal pendidikan mempunyai penafsiran yang berbeda wacana kurikulum. Namun demikian, dalam penafsir an yang berbeda itu, ada juga kesamaannya. Kesamaannya adalah; kurikulum berkaitan bersahabat dengan perjuangan me ngembangkan penerima didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dari penelusuran beberapa kons ep tersebut, intinya kur ikulum mempunyai tiga dimensi pengertian, yakni: pertama, kurikulum sebagai mata pelajar. Kedua, Kurikulum sebagai pengalaman b elajar. Ketiga, kurikulum sebagai perencanaan agenda pembelajaran.
Kurikulum sebagai mata pelajaran mempunyai pengertian, bahwa sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh penerima didik. Dalam konsep ini kurikulum bersahabat kaitannya dengan perjuangan memperoleh ijazah. Maksudnya apabila siswa telah berhasil mendapat ijazah berarti ia telah bisa menguasai pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.dengan demikian, pandangan kur ikulum berorientasi pada isi atau materi pelajaran. Konsep ini merupakan sebuah k onsep yang tradisional, meskipun ketika ini masih banyak dianut dalam dunia pendidikan.
Ketiga, Kurikulum sebagai pengalaman belajar, berawal dari tuntutan gres mayarakat terhadap sekolah semoga lulusan sebuah forum pendidikan / sekolah tidak hanya membekali penerima didik dengan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga dituntut untuk sanggup membuatkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut semoga anak dapa t menguasai aneka macam macam ket rampilan untuk memenuhi kebutuhan dunia pekerjaan. Maka muncullah istilah k urikulum sebagai pengalaman mencar ilmu yang dikeja wentahkan dalam eksra kurikule r ataupun intra kurikuler, bahkan tak terbatas hanya itu apapun yang dilakukan siswa asalkan masih dalam pengawasan guru termasuk di dalam kurikulum. Konsep ini didukung pendapat beberapa andal :
“… all of experiences children ha ve under the guidance of teach er”. (Hollis L. caswell dan Campbell/ 1935). Demikian juga berdasarkan D orris Lee dan Murray Lee (1940) menyatakan kurikulum sebagai: “…those experiences of the child which the school in any way utilizes or attempts to influence”. Pergeseran makna kurikulum dari pata pelajaran menjadi pe ngalaman mencar ilmu juga dipengaruhi penemuan dalam bidang psikologi belajar, yakn i pandangan wacana mencar ilmu ti dak hanya mengumpulkan pengetahuan, akan tetapi merupakan proses perubahan prilaku siswa. Hal ini bisa terjadi bila siswa mempunyai pengalaman belajar.
Kurikulum sebagai agenda atau planning pembelajaran, sebuah konsep yang didukung oleh beberapa andal pe ndidikan diantaranya; Murray Print (1993) menyatakan: “Curriculum is defined as all the planned learning opportunities offered to learner by the educational institution and the experiences learners encounter when the curriculum is implemented”. Hilda Taba (1962) menyatakan: “A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the learni ng process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”.
Konsep kurikulum sebagai agenda atau planning pembelajaran sejalan dengan rumusan kurikulum berdasarkan Unda ng – Undang Nomor 20 Tahun 2003 te ntang system Pendidikan Nasional, yakni:” seperangkat planning dan pengaturan mengenai isi dan materi pelajaran serta cara yang dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan acara pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Batasan kurikulum berdasarkan Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 mempunyai dua aspek pengertian, yakni: Pertama, sebagai planning (as plan) yang harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru. Kedua, pengaturan isi dan cara pelaksanaan planning pembelajaran.
Jelaslah bahwa kurikulum bukan materi p elajaran terpisah yang harus disampaikan dan dpelajari, melainkan bentuk pengalaman dan kebudayaan individu yang meliputi dua sisi sama pe nting. Yakni, perencanaan pembelajaran yang diimplementasikan menjadi pengalam mencar ilmu siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Akhgirnya dap at kita tarik benang merah bah wa kurikulum merupakan sebuah dokumen perencanaan yang beri si wacana tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman mencar ilmu yang harus dicapai siswa, taktik dan cara yang sanggup dikembangkan, penilaian dirancang untuk mengumpulkan i nformasi wacana pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen terancang dalam bentuk nyata.
2. Peran dan fungsi Kurikulum
Dalam system pendidikan kuriku lum merupakan kompnen yang sna gat penting, alasannya yakni di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi, juga pengalaman mencar ilmu yang harus dimiliki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasikan pengalaman i tu sendiri. Sebagai salah satu komponen da lam system pendidikan , paling tid ak kurikulum mempunyai tiga per an, yaitu tugas konservatif, tugas kreatif, serta tugas kritis dan evaluatif
a. Peranan konservatif
Peran konservatif Kurikulum yakni melestarikan aneka macam nil ai budaya sebagai warisan masa lalu.Seba b kini ini periode globalisasi memungkinkan mudahnya dampak budaya absurd yang menggerogoti budaya local, maka tugas konservatifnya kurikulum berpe ran dalam menangkal aneka macam p engaruh yang sanggup merusak nilai – nilai luhur masyarakat, sehingga keaj egan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara.
b. Peran Kreatif
Peran kreatif kurikulum harus ada sebab, masyarakat selalu b ersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Dalam hal ini kuriku lum harus mengandung hal – hal gres se hingga sanggup membantu siswa un tuk sanggup membuatkan setiap potensi yang dimilikinya semoga sanggup berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat ya ng senantiasa bergerak maju se cara dinamis.
Kreatifitas kurikulum diperluk an lantaran pendidikan kalau tida k mengalami perubahan – perubahan akan tertinggal, se hingga pelajaran yang diberika n menjadi kurang bermakna dan tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat.
c. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum di sini berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya gres yang mana yang harus dimiliki anak didik.Kurikulum harus ber tugas menyeleksi dan mengevalu asi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
Dalam proses pengembangannya harus berjalan simbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan konservati fnya cenderung akan membuat pe ndidikan ketinggalan zaman. Seballiknya kurikulum yang menonjolkan pe ran kreatifnya sanggup membuat hilangnya nilai – nilai budaya masyarakat.
Isi kurikulum berdasarkan McNeil kurikulum mempunyai empat fungsi:
1) fungsi pendidikan umum (common and general education )
yaitu fungsi kurikulum untuk m empersiapkan penerima didik aga r mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab sebagai warga Negara yang baik dan bertanggungjawab. Kurikulum harus memperlihatkan pengalaman mencar ilmu kepada penerima didik semoga bisa menginternalisasi nilai – nilai dalam kehidupan.
2) Suplementasi (Supplementatation)
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus sanggup memperlihatkan pelayanan kepada setiap siswa sesuai perbedaan tersebut. Dengan de mikian, setiap anak mempunyai kesempatan untuk menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan talenta siswa.
3) Eksplorasi (exploration)
Kurikulum harus sanggup menemukan dan membuatkan minat dan talenta masing – masing siswa. Sehingga memung kinkan siswa mencar ilmu tanpa ada paksaan. Tetapi adakalanya paksaan itu dating dari luar, yya itu orang tua, mereka dipaksa menentukan sesuai impian orang tua. Maka disi nilah para innovator kurikulum harus meng gali diam-diam keberbakatan siswa secara intensive.
4) Keahlian (Specialization)
Kurikulum harus memperlihatkan pil ihan aneka macam bidang keahlian, atau ketrampilan akademik. Bidang – bidang semacam itu diberikan sebagai pilihan, yang pada balasannya setiap penerima didik mempunyai ketrampilan sesuai dengan spesifikasinya.
Melihat fungsi – fungsi di atas, maka terang kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau forum yang berafiliasi baik eksklusif maupun tidak eksklusif dengan penyelenggara pendidikan.
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum akan berakibat kurang efektif, alasannya yakni pembelaj aran yakni proses yang bertuj uan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan g uru dan siswa untuk mencapai t ujuan. Sedangkan tujuan pembelajaran beserta bagaimana cara taktik yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum.
Bagi Kepala Sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan agenda belajar. Dengan demikian, penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana dan prasarana sekolah. Menyusun aneka macam acara eks trakulikuler dan acara – acara lain.
Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dala m melakukan supervise. Dengan demikian, dalam proses pengawasan para pengawas akan sanggup menentukan apakah p rogram sekolah dan proses pemb elajaran yang dilakukan guru apakah sudah se suai dengan kurikulum, sehingg a pengawas bisa memperlihatkan saran.
Bagi siswa, kurikulum sebagai pedoman belajar, melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus d icapai, isi atau materi pelajar an apa yang harus dikuasi, dan pelajaran apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Diantaranya:
• Fungsi pembiasaan (the adjustive or adaptive function)
Kurikulum harus sanggup mengantar siswa semoga bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan social masyarakat. Sebab masyarakat selalu bersifat dinamis dan selalu berubah sesuai zaman maka, siswa harus bisa menyesuaikan diri dala m kehidupan masyarakat.
• Fungsi integrasi (the integrating function)
Kurikulum harus sanggup membuatkan pribadi siswa secara utuh. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik harus berkembang secara terintegrasi.
• Fungsi diferensiasi (the differentiation function)
Kurikulum harus sanggup melayani setiap siswa dengan segala ke unikannya. Unik disini maksudnya siswa mempunyai perbedaan, baik dari segi minat, bakat, maupun perbedaan kemampuan. Walaupun ada kesamaan fisik pastilah berbeda dari factor psikologi.
• Fungsi persiapan (the preparation function )
Kurikulum harus sanggup memberik an pengalaman mencar ilmu bagi ana k untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, maupun u ntuk kehidupan dimasyarakat.
• Fungsi pemilihan (the selective function)
Kurikulum memperlihatkan kesempatan kepada setiap siswa untuk mencar ilmu ses uai dengan talenta dan minatnya. Kur ikulum harus bersifat fleksibe l, artinya menyediakan aneka macam pilihan agenda pendidikan yang sanggup dipelajari.
• Fungsi diagnostik (the diagnostic function)
Kurikulum berperan untuk menemukan kesulitan – kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa, disamping mengeksplorasi aneka macam kekuatan yang dimiliki siswa, sehingga siswa sanggup berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
3. Macam – macam Model Konsep Kurikulum
Konsep Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, dalam prak tiknya ada empat model konsep kurikulum, diantaranya:
a. Kurikulum subjek Akademis
Model konsep Kurikulum ini merupakan model yang tertua, sehingga model ini disebut juga Kurikulum k lasik. Inti dari kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. B elajar yakni berusaha menguas ai ilmu sebanyak – banyaknya. Orang yang berhasi l dalam mencar ilmu yakni orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan oleh guru.
Model kurikulum ini hingga sek arang masih banyak dianut oleh sekolah – sekolah, meskipun sudah banyak tipe yang lain. Hal ini terjadi lantaran model kurikulum ini sangat praktis, gampang disusun, dan gampang digabungkan dengan tipe lainnya. Beberapa diantaranya:
1) Correlated Curriculum, yakni pola konsep yang dipel ajari dalam suatu pelajaran kemudian dikorelasikan denngan pelajaran lain, kini dikenal dengan istilah lintas bidang studi.
2) Unified / Concentrated Curriculum, Merupakan pola menyusun materi asuh dalam bentuk tema – tema pelajaran tertentu, yang meliputi materi dari aneka macam disiplin ilmu, tetapi disiplin ilmu masih ada.
3) Integrated Curriculum, Pola ini hampi r sama dengan pola kedua, teta pi berbeda pada warna disiplin il munya tidak tampak. Bahan asuh diintegrasikan dalam suatu masalah , acara atau segi kehidupan tertentu.
4) Problem Solving Curriculum , Pola ini merupakan model pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan den gan memakai pengetahuan dan keterampilan y ang diperoleh dari aneka macam ma tapelajar atau disiplin ilmu yang didapat dari sekolah.
b. Kurikulum Humanistik
Kurikulum Humanistik yang digagas oleh John Dewey (Progressive Education) dan J.J Roussea (Romantic Education). Aliran ini lebih memperlihatkan kawasan utama kepada siswa. Sebab mereka berasumsi bahwa siswa yakni yang utama dalam pendidikan. Siswa berdasarkan mereka mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Menurut Mc Neil “ The new humanists are self actualizes who see curriculum as liberating process that can meet the need for growth and personal integrity.” Tugas guru hanya membuat situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan membuatkan pemecahan sendiri.
Tujuan pembelajaran ini yakni memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Sebab pendidikan berdasarkan aliran Naturalisme dan Romantisme merupakan upaya un tuk membuat situasi yang memungkinkan anak berkembang optimal. Pendidikan diibaratkan petani yang berusaha membuat tanah yang gembur, air dan udara yang cukup, terhindar dari aneka macam hama, untuk tumbuhnya tanaman yang penuh aneka macam potensi. Sebab dalam pendidikan tidak ada pemaksaan, yang ada hanya dorongan dan rangsangan.
c. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini berbeda dengan k urikulum yang lain , kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem yang dihadapi masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, merupakan acara bersama, interaksi, dan kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengn guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang di lingkungan sekitar, den dengan sumber mencar ilmu yang lain. Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan permasalahan – permasalahan yang diha dapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
a. Teknologi dan Kurikulum
Perkembangan teknologi berpeng aruh besar pada setiap aspek kehidupan, termasuk bidang pen didikan. Sebenarnya teknologi sudah diterapkan dalam pendidikan, t etapi dalam batas sederhana, seperti; penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain – lain. Seiring perkembangan teknologi pembela jaran tidak hanya dari keteran gan guru, tetapi memakai media audio dan video casset, OHP, film slide, Komputer, CD-rom, dan internet.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum, ada dua bentuk, yaitu perangka t lunak (software) dan perangk at keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi system ( sistem technology ).
Dari keempat paparan model kon sep Kurikulum diatas yan g akan mengakibatkan pola penulis untuk melalukan penelitian dan meru muskan konsep gres dalam penemuan kurikulum di tingkat Sekolah Dasar.
Sumber http://makalahahli.blogspot.com
Menurut Dolnald.F.Gay sebagaiman dikutip dakir dalam bukunya Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, kurikulum mempunyai rumusan sebagai berikut:
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah materi pelajaran yang secara logis.
2. Kurikulum terdiri atas pengalaman mencar ilmu yang direncanakan untuk membawa perubahan sikap anak.
3. Kurikulum merupakan disain kel ompok sosial untuk menjadi pen galaman mencar ilmu anak di sekolah.
4. Kurikulum terdiri atas semua p engalaman anak yang mereka lak ukan dan rasakan di bawah bimbingan belajar.
David Pruff beropini : Kurikulum merupakan seperangkat organisasi pendidikan formal atau sentra – sentra pelatihan. Definisi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Rencana tersebut dalam bentuk lisan.
2. Rencana tersebut ialah planning kegiatan.
3. Kurikulum meliputi hal – hal :
Siswa mau dikembangkan kemana?
Bahan apa yang akan diajarkan?
Alat apa yang akan digunakan?
Bagaimana cara mengevaluasinya?
Bagaimana kualitas guru yang diperlukan?
4. Kurikulum dilaksanakan dalam pendidikan formal.
5. Kurikulum disusun secara sistematik.
Sama halnya dengan apa yang di ungkapkan Murry Print (1993) b ahwa, kurikulum memang diperuntukkan bagi anak didik. Menurutnya kurikulum meliputi:
1. Planned learning experiences
2. Offered within an educational institution/program.
3. Represented as a document, and
4. Includes experiences resulting from implementing that document.
Para andal pendidikan mempunyai penafsiran yang berbeda wacana kurikulum. Namun demikian, dalam penafsir an yang berbeda itu, ada juga kesamaannya. Kesamaannya adalah; kurikulum berkaitan bersahabat dengan perjuangan me ngembangkan penerima didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dari penelusuran beberapa kons ep tersebut, intinya kur ikulum mempunyai tiga dimensi pengertian, yakni: pertama, kurikulum sebagai mata pelajar. Kedua, Kurikulum sebagai pengalaman b elajar. Ketiga, kurikulum sebagai perencanaan agenda pembelajaran.
Kurikulum sebagai mata pelajaran mempunyai pengertian, bahwa sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh penerima didik. Dalam konsep ini kurikulum bersahabat kaitannya dengan perjuangan memperoleh ijazah. Maksudnya apabila siswa telah berhasil mendapat ijazah berarti ia telah bisa menguasai pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.dengan demikian, pandangan kur ikulum berorientasi pada isi atau materi pelajaran. Konsep ini merupakan sebuah k onsep yang tradisional, meskipun ketika ini masih banyak dianut dalam dunia pendidikan.
Ketiga, Kurikulum sebagai pengalaman belajar, berawal dari tuntutan gres mayarakat terhadap sekolah semoga lulusan sebuah forum pendidikan / sekolah tidak hanya membekali penerima didik dengan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga dituntut untuk sanggup membuatkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut semoga anak dapa t menguasai aneka macam macam ket rampilan untuk memenuhi kebutuhan dunia pekerjaan. Maka muncullah istilah k urikulum sebagai pengalaman mencar ilmu yang dikeja wentahkan dalam eksra kurikule r ataupun intra kurikuler, bahkan tak terbatas hanya itu apapun yang dilakukan siswa asalkan masih dalam pengawasan guru termasuk di dalam kurikulum. Konsep ini didukung pendapat beberapa andal :
“… all of experiences children ha ve under the guidance of teach er”. (Hollis L. caswell dan Campbell/ 1935). Demikian juga berdasarkan D orris Lee dan Murray Lee (1940) menyatakan kurikulum sebagai: “…those experiences of the child which the school in any way utilizes or attempts to influence”. Pergeseran makna kurikulum dari pata pelajaran menjadi pe ngalaman mencar ilmu juga dipengaruhi penemuan dalam bidang psikologi belajar, yakn i pandangan wacana mencar ilmu ti dak hanya mengumpulkan pengetahuan, akan tetapi merupakan proses perubahan prilaku siswa. Hal ini bisa terjadi bila siswa mempunyai pengalaman belajar.
Kurikulum sebagai agenda atau planning pembelajaran, sebuah konsep yang didukung oleh beberapa andal pe ndidikan diantaranya; Murray Print (1993) menyatakan: “Curriculum is defined as all the planned learning opportunities offered to learner by the educational institution and the experiences learners encounter when the curriculum is implemented”. Hilda Taba (1962) menyatakan: “A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the learni ng process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”.
Konsep kurikulum sebagai agenda atau planning pembelajaran sejalan dengan rumusan kurikulum berdasarkan Unda ng – Undang Nomor 20 Tahun 2003 te ntang system Pendidikan Nasional, yakni:” seperangkat planning dan pengaturan mengenai isi dan materi pelajaran serta cara yang dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan acara pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Batasan kurikulum berdasarkan Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 mempunyai dua aspek pengertian, yakni: Pertama, sebagai planning (as plan) yang harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru. Kedua, pengaturan isi dan cara pelaksanaan planning pembelajaran.
Jelaslah bahwa kurikulum bukan materi p elajaran terpisah yang harus disampaikan dan dpelajari, melainkan bentuk pengalaman dan kebudayaan individu yang meliputi dua sisi sama pe nting. Yakni, perencanaan pembelajaran yang diimplementasikan menjadi pengalam mencar ilmu siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Akhgirnya dap at kita tarik benang merah bah wa kurikulum merupakan sebuah dokumen perencanaan yang beri si wacana tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman mencar ilmu yang harus dicapai siswa, taktik dan cara yang sanggup dikembangkan, penilaian dirancang untuk mengumpulkan i nformasi wacana pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen terancang dalam bentuk nyata.
2. Peran dan fungsi Kurikulum
Dalam system pendidikan kuriku lum merupakan kompnen yang sna gat penting, alasannya yakni di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi, juga pengalaman mencar ilmu yang harus dimiliki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasikan pengalaman i tu sendiri. Sebagai salah satu komponen da lam system pendidikan , paling tid ak kurikulum mempunyai tiga per an, yaitu tugas konservatif, tugas kreatif, serta tugas kritis dan evaluatif
a. Peranan konservatif
Peran konservatif Kurikulum yakni melestarikan aneka macam nil ai budaya sebagai warisan masa lalu.Seba b kini ini periode globalisasi memungkinkan mudahnya dampak budaya absurd yang menggerogoti budaya local, maka tugas konservatifnya kurikulum berpe ran dalam menangkal aneka macam p engaruh yang sanggup merusak nilai – nilai luhur masyarakat, sehingga keaj egan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara.
b. Peran Kreatif
Peran kreatif kurikulum harus ada sebab, masyarakat selalu b ersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Dalam hal ini kuriku lum harus mengandung hal – hal gres se hingga sanggup membantu siswa un tuk sanggup membuatkan setiap potensi yang dimilikinya semoga sanggup berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat ya ng senantiasa bergerak maju se cara dinamis.
Kreatifitas kurikulum diperluk an lantaran pendidikan kalau tida k mengalami perubahan – perubahan akan tertinggal, se hingga pelajaran yang diberika n menjadi kurang bermakna dan tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat.
c. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum di sini berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya gres yang mana yang harus dimiliki anak didik.Kurikulum harus ber tugas menyeleksi dan mengevalu asi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
Dalam proses pengembangannya harus berjalan simbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan konservati fnya cenderung akan membuat pe ndidikan ketinggalan zaman. Seballiknya kurikulum yang menonjolkan pe ran kreatifnya sanggup membuat hilangnya nilai – nilai budaya masyarakat.
Isi kurikulum berdasarkan McNeil kurikulum mempunyai empat fungsi:
1) fungsi pendidikan umum (common and general education )
yaitu fungsi kurikulum untuk m empersiapkan penerima didik aga r mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab sebagai warga Negara yang baik dan bertanggungjawab. Kurikulum harus memperlihatkan pengalaman mencar ilmu kepada penerima didik semoga bisa menginternalisasi nilai – nilai dalam kehidupan.
2) Suplementasi (Supplementatation)
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus sanggup memperlihatkan pelayanan kepada setiap siswa sesuai perbedaan tersebut. Dengan de mikian, setiap anak mempunyai kesempatan untuk menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan talenta siswa.
3) Eksplorasi (exploration)
Kurikulum harus sanggup menemukan dan membuatkan minat dan talenta masing – masing siswa. Sehingga memung kinkan siswa mencar ilmu tanpa ada paksaan. Tetapi adakalanya paksaan itu dating dari luar, yya itu orang tua, mereka dipaksa menentukan sesuai impian orang tua. Maka disi nilah para innovator kurikulum harus meng gali diam-diam keberbakatan siswa secara intensive.
4) Keahlian (Specialization)
Kurikulum harus memperlihatkan pil ihan aneka macam bidang keahlian, atau ketrampilan akademik. Bidang – bidang semacam itu diberikan sebagai pilihan, yang pada balasannya setiap penerima didik mempunyai ketrampilan sesuai dengan spesifikasinya.
Melihat fungsi – fungsi di atas, maka terang kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau forum yang berafiliasi baik eksklusif maupun tidak eksklusif dengan penyelenggara pendidikan.
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum akan berakibat kurang efektif, alasannya yakni pembelaj aran yakni proses yang bertuj uan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan g uru dan siswa untuk mencapai t ujuan. Sedangkan tujuan pembelajaran beserta bagaimana cara taktik yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum.
Bagi Kepala Sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan agenda belajar. Dengan demikian, penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana dan prasarana sekolah. Menyusun aneka macam acara eks trakulikuler dan acara – acara lain.
Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dala m melakukan supervise. Dengan demikian, dalam proses pengawasan para pengawas akan sanggup menentukan apakah p rogram sekolah dan proses pemb elajaran yang dilakukan guru apakah sudah se suai dengan kurikulum, sehingg a pengawas bisa memperlihatkan saran.
Bagi siswa, kurikulum sebagai pedoman belajar, melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus d icapai, isi atau materi pelajar an apa yang harus dikuasi, dan pelajaran apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Diantaranya:
• Fungsi pembiasaan (the adjustive or adaptive function)
Kurikulum harus sanggup mengantar siswa semoga bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan social masyarakat. Sebab masyarakat selalu bersifat dinamis dan selalu berubah sesuai zaman maka, siswa harus bisa menyesuaikan diri dala m kehidupan masyarakat.
• Fungsi integrasi (the integrating function)
Kurikulum harus sanggup membuatkan pribadi siswa secara utuh. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik harus berkembang secara terintegrasi.
• Fungsi diferensiasi (the differentiation function)
Kurikulum harus sanggup melayani setiap siswa dengan segala ke unikannya. Unik disini maksudnya siswa mempunyai perbedaan, baik dari segi minat, bakat, maupun perbedaan kemampuan. Walaupun ada kesamaan fisik pastilah berbeda dari factor psikologi.
• Fungsi persiapan (the preparation function )
Kurikulum harus sanggup memberik an pengalaman mencar ilmu bagi ana k untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, maupun u ntuk kehidupan dimasyarakat.
• Fungsi pemilihan (the selective function)
Kurikulum memperlihatkan kesempatan kepada setiap siswa untuk mencar ilmu ses uai dengan talenta dan minatnya. Kur ikulum harus bersifat fleksibe l, artinya menyediakan aneka macam pilihan agenda pendidikan yang sanggup dipelajari.
• Fungsi diagnostik (the diagnostic function)
Kurikulum berperan untuk menemukan kesulitan – kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa, disamping mengeksplorasi aneka macam kekuatan yang dimiliki siswa, sehingga siswa sanggup berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
3. Macam – macam Model Konsep Kurikulum
Konsep Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, dalam prak tiknya ada empat model konsep kurikulum, diantaranya:
a. Kurikulum subjek Akademis
Model konsep Kurikulum ini merupakan model yang tertua, sehingga model ini disebut juga Kurikulum k lasik. Inti dari kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. B elajar yakni berusaha menguas ai ilmu sebanyak – banyaknya. Orang yang berhasi l dalam mencar ilmu yakni orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan oleh guru.
Model kurikulum ini hingga sek arang masih banyak dianut oleh sekolah – sekolah, meskipun sudah banyak tipe yang lain. Hal ini terjadi lantaran model kurikulum ini sangat praktis, gampang disusun, dan gampang digabungkan dengan tipe lainnya. Beberapa diantaranya:
1) Correlated Curriculum, yakni pola konsep yang dipel ajari dalam suatu pelajaran kemudian dikorelasikan denngan pelajaran lain, kini dikenal dengan istilah lintas bidang studi.
2) Unified / Concentrated Curriculum, Merupakan pola menyusun materi asuh dalam bentuk tema – tema pelajaran tertentu, yang meliputi materi dari aneka macam disiplin ilmu, tetapi disiplin ilmu masih ada.
3) Integrated Curriculum, Pola ini hampi r sama dengan pola kedua, teta pi berbeda pada warna disiplin il munya tidak tampak. Bahan asuh diintegrasikan dalam suatu masalah , acara atau segi kehidupan tertentu.
4) Problem Solving Curriculum , Pola ini merupakan model pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan den gan memakai pengetahuan dan keterampilan y ang diperoleh dari aneka macam ma tapelajar atau disiplin ilmu yang didapat dari sekolah.
b. Kurikulum Humanistik
Kurikulum Humanistik yang digagas oleh John Dewey (Progressive Education) dan J.J Roussea (Romantic Education). Aliran ini lebih memperlihatkan kawasan utama kepada siswa. Sebab mereka berasumsi bahwa siswa yakni yang utama dalam pendidikan. Siswa berdasarkan mereka mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Menurut Mc Neil “ The new humanists are self actualizes who see curriculum as liberating process that can meet the need for growth and personal integrity.” Tugas guru hanya membuat situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan membuatkan pemecahan sendiri.
Tujuan pembelajaran ini yakni memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Sebab pendidikan berdasarkan aliran Naturalisme dan Romantisme merupakan upaya un tuk membuat situasi yang memungkinkan anak berkembang optimal. Pendidikan diibaratkan petani yang berusaha membuat tanah yang gembur, air dan udara yang cukup, terhindar dari aneka macam hama, untuk tumbuhnya tanaman yang penuh aneka macam potensi. Sebab dalam pendidikan tidak ada pemaksaan, yang ada hanya dorongan dan rangsangan.
c. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini berbeda dengan k urikulum yang lain , kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem yang dihadapi masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, merupakan acara bersama, interaksi, dan kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengn guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang di lingkungan sekitar, den dengan sumber mencar ilmu yang lain. Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan permasalahan – permasalahan yang diha dapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
a. Teknologi dan Kurikulum
Perkembangan teknologi berpeng aruh besar pada setiap aspek kehidupan, termasuk bidang pen didikan. Sebenarnya teknologi sudah diterapkan dalam pendidikan, t etapi dalam batas sederhana, seperti; penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain – lain. Seiring perkembangan teknologi pembela jaran tidak hanya dari keteran gan guru, tetapi memakai media audio dan video casset, OHP, film slide, Komputer, CD-rom, dan internet.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum, ada dua bentuk, yaitu perangka t lunak (software) dan perangk at keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi system ( sistem technology ).
Dari keempat paparan model kon sep Kurikulum diatas yan g akan mengakibatkan pola penulis untuk melalukan penelitian dan meru muskan konsep gres dalam penemuan kurikulum di tingkat Sekolah Dasar.
0 Response to "Pengertian Kurikulum"
Posting Komentar