Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha Di Indonesia

Kerajaan Hindu-Budha Munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia tidak terlepas dari dampak persentuhan kebudayaan antara kawasan Nusantara dengan India sebagai tempat kelahiran kedua agama tersebut. Persentuhan kebudayaan ini terjadi sebagai salah satu jawaban dari kekerabatan yang dilakukan antara orang-orang India dengan orang-orang yang ada di Nusantara, terutama lantaran kawasan Nusantara merupakan jalur perdagangan strategis yang menghubungkan antara India dan Cina. Hubungan perdagangan yang semakin usang semakin intensif menimbulkan dampak terhadap masuknya pengaruh-pengaruh kebudayaan India di Nusantara. Dengan kata lain, terjadi proses akulturasi antara kebudayaan India dengan kebudayaan Nusantara. Demikian juga dengan agama Hindu-Buddha menjadi agama yang dianut oleh penduduk di Nusantara dan menjadi pendorong muncul dan berkembangnya negara-negara kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Nah, pada kesempatan kali ini akan menampilkan perkembangan kebudayaan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

Buddha di Indonesia tidak terlepas dari dampak persentuhan kebudayaan antara kawasan Nusa Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia | aciknadzirah.blogspot.com

A. Masuknya Agama Hindu-Budha di Indonesia

Proses dan waktu kapan masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia hingga kini masih menjadi perdebatan di antara para sejarawan. Setidaknya terdapat empat pendapat, yang masing-masing pendapat bekerjsama saling menguatkan. Adapun pendapat-pendapat perihal masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia ialah sebagai berikut:

  • Teori Brahmana
    Teori Brahmana, menyampaikan bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia ialah orang-orang Hindu berkasta brahmana. Para brahmana yang tiba ke Indonesia merupakan tamu ajakan dari raja-raja penganut agama tradisonal di Indonesia. Ketika tiba di Indonesia, para brahmana ini hasilnya ikut membuatkan agama Hindu di Indonesia. Ilmuan yang mengusung teori ini ialah Van Leur.

  • Teori Waisya
    Teori Waisya, menyampaikan bahwa yang telah berhasil mendatangkan Hindu ke Indonesia ialah kasta waisya, terutama para pedagang. Para pedagang banyak mempunyai kekerabatan yang besar lengan berkuasa dengan para raja yang terdapat di kerajaan Nusantara. Agar bisnis mereka di Indonesia lancar, mereka sebagai pedagang gila tentunya harus menciptakan para penguasa pribumi senang, dengan cara dihadiahi barang-barang dagangan. Dengan demikian, para pedagang gila ini menerima pemberian dari raja setempat. Di tengah-tengah kegiatan perdagangan itulah, para pedagang tersebut membuatkan budaya dan agama Hindu ke tengah-tengah masyarakat Indonesia. Ilmuwan yang mencetuskan teori ini ialah N.J. Krom.

  • Teori Ksatria
    Teori Ksatria, menyampaikan bahwa proses kedatangan agama Hindu ke Indonesia dilangsungkan oleh para ksatria, yakni golongan ningrat dan prajurit perang. Menurut teori ini, kedatangan para ksatria ke Indonesia disebabkan oleh duduk perkara politik yang terus berlangsung di India sehingga menimbulkan beberapa pihak yang kalah dalam peperangan tersebut terdesak, dan para ksatria yang kalah hasilnya mencari tempat lain sebagai pelarian, salah satunya ke wilayah Indonesia. Ilmuan yang mengusung teori ini ialah C.C. Berg dan Mookerji.

  • Teori Arus Balik
    Teori Arus Balik, menyampaikan bahwa yang telah berperan dalam membuatkan Hindu di Indonesia ialah orang Indonesia sendiri. Mereka ialah orang yang pernah berkunjung ke India untuk mempelajari agama Hindu dan Buddha. Di pengembaraan mereka mendirikan sebuah organisasi yang sering disebut sanggha. Setelah kembali di Indonesia, hasilnya mereka membuatkan kembali anutan yang telah mereka dapatkan di India. Pendapat ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch.

BACA JUGA: Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

B. Perkembangan Kebudayaan Hindu–Buddha di Indonesia

Sikap aktif selektif diterapkan bangsa Indonesia terhadap kebudayaan dari luar, artinya kebudayaan gila yang masuk ke Indonesia diseleksi dan disesuikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh lantaran itu, sehabis agama dan kebudayaan Hindu–Buddha masuk ke Indonsia terjadilah akulturasi. Perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindu–Buddha dengan kebudayaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.

  • Seni Bangunan
    Wujud akulturasi seni bangunan terlihat pada bangunan candi, salah satu contohnya ialah Candi Borobudur yang merupakan perpaduan kebudayaan Buddha yang berupa patung dan stupa dengan kebudayaan orisinil Indonesia, yakni punden berundak (budaya Megalithikum). Untuk klarifikasi lebih lengkap, silahkan baca artikel perihal Candi (Pengertian, Karakteristik, Pengelompokan), di sini.

  • Seni Rupa dan Seni Ukir
    Akulturasi di bidang seni rupa dan seni ukir terlihat pada Candi Borobudur yang berupa relief Sang Buddha Gautama (pengaruh dari Buddha) dan relief bahtera bercadik, bahtera besar tidak bercadik, bahtera lesung, bahtera kora-kora, dan rumah panggung yang di atapnya ada burung bertengger (asli Indonesia). Di samping itu, ragam hias pada candicandi Hindu–Buddha dan motif-motif batik yang merupakan perpaduan seni India dan Indonesia.

  • Aksara dan Seni Sastra
    Pengaruh budayaHindu–Buddha salah satunya mengakibatkan bangsa Indonesia memperoleh kepandaian membaca dan menulis aksara, yaitu huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Kepandaian baca-tulis hasilnya membawa perkembangan dalam seni sastra. Misalnya, dongeng Mahabarata dan Ramayana berakulturasi menjadi wayang "purwa" lantaran wayang merupakan kebudayaan orisinil Indonesia. Demikian juga kitab Mahabarata dan Ramayana digubah menjadi Hikayat Perang Pandawa Jaya dan Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Maharaja Rahwana. Dalam pertunjukan pewayangan yang merupakan kebudayaan orisinil Indonesia, isi ceritanya dari India yang bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Munculnya punakawan, menyerupai Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong ialah penambahan bangsa Indonesia sendiri. Ragam hias pada wayang purwa ialah akulturasi seni India dan Indonesia.

  • Sistem Pemerintahan
    Di bidang pemerintahan dengan masuknya dampak Hindu maka muncul pemerintahan yang dipegang oleh raja. Semula pemimpinnya ialah kepala suku yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan warga lainnya(primus interpares). Raja tidak lagi sebagai wakil dari nenek moyang, tetapi sebagai penjilmaan ilahi di dunia sehingga muncul kultus "dewa raja".

  • Sistem Kalender
    Masyarakat Indonesia telah mengenal astronomi sebelum datangnya dampak Hindu–Buddha. Pada waktu itu astronomi dipergunakan untuk kepentingan praktis. Misalnya, dengan melihat letak rasi (kelompok) bintang tertentu sanggup ditentukan arah mata angin pada waktu berlayar dan tahu kapan mereka harus melaksanakan acara pertanian. Berdasaran letak bintang sanggup diketahui musim-musim yang ada, antara lain demam isu kemarau, demam isu labuh, demam isu hujan, dan demam isu mareng. Makara di Indonesia telah mengenal sistem kalender yang berpedoman pada pranatamangsa, contohnya mangsa Kasa (kesatu) dan mangsa Karo (kedua). Kebudayaan Hindu–Buddha yang masuk ke Indonesia telah mempunyai perhitungan kalender, yang disebut kalender Saka dengan perhitungan 1 tahun Saka terdiri atas 365 hari. Menurut perhitungan tahun Saka, selisih tahun Saka dengan tahun Masehi ialah 78 tahun.

  • Sistem Kepercayaan
    Nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai kepercayaan menyembah roh nenek moyang (animisme) juga dinamisme dan totemisme. Namun, sehabis dampak Hindu– Buddha masuk terjadilah akulturasi sistem kepercayaan sehingga muncul agama Hindu dan Buddha. Pergeseran fungsi candi. Misalnya fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan, sedangkan di Indonesia candi di samping tempat pemujaan juga ada yang difungsikan sebagai makam (biasanya raja/pembesar kerajaan).

  • Filsafat
    Akulturasi filsafat Hindu Indonesia menimbulkan filsafat Hindu Jawa. Misalnya, tempat yang makin tinggi makin suci alasannya ialah merupakan tempat bersemayam para dewa. Itulah sebabnya raja-raja Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) sehabis meninggal dimakamkan di tempat-tempat yang tinggi, menyerupai Giri Bangun, Giri Layu (Surakarta), dan Imogiri (Yogyakarta).

C. Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Setelah kita mempelajari masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu–Buddha di Indonesia, marilah kini kita pelajari kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya serta aturan di Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu atau Buddha. Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha merupakan salah satu perubahan yang penting dengan masuknya dampak tradisi Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha yang terdapat di Indonesia antara lain:

  1. Kerajaan Kutai
  2. Kerajaan Tarumanegara
  3. Kerajaan Mataram Kuno
  4. Kerajaan Mataram Kuno Dinasti Isana
  5. Kerajaan Sriwijaya
  6. Kerajaan Singasari
  7. Kerajaan Kediri
  8. Kerajaan Majaphait
  9. Kerajaan Sunda
  10. Kerajaan Bali

Semoga klarifikasi mengenai Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia di atas sanggup bermanfaat dalam menambah wawasan teman sekalian perihal sejarah nusantara. Apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan berasama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. Terima kasih... ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^

Sumber http://www.zonasiswa.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha Di Indonesia"

Posting Komentar