Sigmund Freud: Bapak Psikoanalisis

Sigmund Freud, bapak psikoanalisis yang memeiliki efek dalam studi sosiologi, psikologi, dan sastra. Freiberg, yang sekarang berubah nama menjadi Piibor, potongan dari Republik Ceko, yakni kawasan dimana Sigmund Freud dilahirkan. Freud merupakan anak dari seorang pedagang kain wool berkebangsaan Yahudi, Jacob Freud yang menikah dengan istri ketiganya, Amalie. Ketika berusia 3 atau 4 tahun, Freud dibawa oleh keluarganya pindah ke Vienna. Freud menetap di Vienna selama 79 tahun berikutnya, sebelum kesudahannya secara dramatis melarikan diri ke London akhir bahaya dari rezim Nazi pada 1938. Vienna pada periode 19, menyerupai diungkapkan oleh para sejarawan yakni kota dengan nuansa kontradiktif. Di satu sisi mempunyai iklim intelektual, seni, dan literasi yang menakjubkan, namun di lain sisi sarat dengan problem ekonomi.


Sejak kecil, Sigmund Freud sangat antusias membaca. Ia sudah mulai membaca karya-karya Shakespeare semenjak usia 8 tahun. Secara intelektual, Freud boleh dibilang cepat dewasa. Ia juga mempelajari banyak bahasa, diantaranya; Bahasa Yunani, Inggris, Perancis, Latin, dan Ibrani. Pada usia 17 tahun, Freud masuk Universitas Vienna untuk studi ilmu kedokteran. Awalnya, minat studi Freud dalam ilmu kedokteran yakni zoology atau ilmu perihal binatang, sebelum kesudahannya pindah pada objek manusia. Seorang Profesor fisiologi, Ernst Burke mengambil Freud sebagai kolega untuk bekerja di institut yang didirikannya, ‘Burke’s Physiological Institute’. Burke yakni seorang fisiolog bermahzab mekanis, yang mempercayai penyebab fisik bagi timbulnya penyakit mental.


Baca juga Karl Marx: Nabi Kaum Proletar






Karir Freud bersama Burke tidak berlangsung lama, praktik kedokteran sepertinya hanya diminati sebentar meskipun secara ekonomi begitu menjanjikan. Pada usia 26 tahun, Freud menikah dengan Marthe Bernays. Desakan ekonomi menciptakan Freud berpikir ulang untuk merencanakan pemasukan bagi keluarganya. Freud mulai beralih mempelajari sistem syaraf manusia, kemudian membuka praktik kedokterannya sendiri. Dengan spesialisasi pada pengetahuan perihal sistem syaraf manusia, Praktiknya banyak didatangi pasien yang terdiri dari kaum wanita penderita histeria. Selain itu, Freud juga menjadi pengajar neurologi di University of Vienna. Pengalamannya menangani banyak sekali masalah syaraf mengantarkannya pada pengembangan teori-teori psikoanalisis yang diminatinya.


Kasus-kasus histeria yang ditangani Freud, dicatat bersama koleganya, Joseph Breuer, ke dalam sebuah naskah yang kelak diterbitkan pada 1895 dibawah judul ‘Studies on Hysteria’. Penyakit histeria tercatat pada ketika itu lebih banyak diderita oleh kaum perempuan. Para dokter dan peneliti meyakini bahwa hal tersebut disebabkan oleh faktor anatomi. Penyebab histeria dianggap berafiliasi dengan faktor biologis yang berkaitan dengan rahim. Namun Freud membantah hal tersebut, ia meyakini penyakit histeria bukan bersumber dari unsur biologis, melainkan unsur psikis. Oleh karenanya, pria mempunyai kemungkinan pula sebagai penderita histeria. Meskipun Freud banyak mendapatkan cemoohan atas pernyataannya, Freud bersikeras mempertahankan pendapatnya.


Baca juga Soren Kierkegaard: Filsuf Milankolia







Untuk menandakan teorinya, Sigmund Freud secara serius meneliti problem psikis pasien-pasiennya. Sigmund Freud juga menangani pasien pria yang diyakini menderita histeria. Metode penelusuran tanda-tanda histeria yang dilakukan oleh Freud bergeser dari biologi ke narasi. Freud mulai mendengar cerita-cerita masa kemudian perihal insiden traumatik yang dialami oleh pasien-pasiennya untuk mendapatkan klarifikasi perihal tanda-tanda penyakitnya. Metode tersebut membawa Freud pada inovasi penting faktor alam bawah sadar sebagai penyebab timbulnya penyakit fisik khususnya syaraf. Freud menyebut metodenya sebagai terapi psikoanalisis.


 bapak psikoanalisis yang memeiliki efek dalam studi sosiologi Sigmund Freud: Bapak Psikoanalisis


Pada 1990 Sigmund Freud menerbitkan karya psikoanalisis yang dianggapnya paling fenomenal, berjudul ‘The Interpretation of Dreams’. Karya tersebut, meski berisi analis alam bawah sadar, lebih banyak berisi perihal kumpulan narasi mimpi yang dialami oleh pasien-pasiennya. Melalui metode deduksi, Freud menafsir mimpi pasiennya, sepenggal demi sepenggal. Mimpi dianggapnya sebagai pemenuhan sebuah keingianan. Apa yang tidak sanggup terpenuhi di alam sadar, bagi Freud dipenuhi lewat alam bawah sadar, yaitu mimpi. Setahun berikutnya, karya psikoanalisis lainnya lahir, berjudul ‘The Psychopathology of Everyday Life’. Freud dalam karya tersebut mengeksplorasi keberadaan alam bawah sadar yang menghipnotis kehidupan sehari-hari, seperti: lupa nama seseorang secara tiba-tiba, pengecap yang terselip (slip of the tongue), gugup, salah tingkah, dan sebagainya. Perilaku-perilaku tersebut menurutnya justru mengandung warta yang valid perihal seseorang.


Baca juga Max Weber: “Arsitek” Ilmu Sosial Modern







Sepanjang hidupnya, Sigmund Freud telah menerbitkan sebanyak 24 karya psikoanalisis. Semuanya ditulis di Vienna. Atmosfer anti-semit di bawah kekuasaan Nazi memaksa Freud beserta anggota keluarganya lari ke London. Freud yang sudah renta hijrah ke London pada 1938, kemudian setahun berikutnya Freud meninggal. Teori psikoanalisis yang ditinggalkannya mencapai status debatable, tidak pernah habis diperdebatkan. Freud sendiri mengklaim psikoanalisis sebagai metode ilmiah, namun para kritikus setelahnya banyak yang melecehkan dengan menyebutnya sebagai pseudo-science. Teori psikoanalisis, berdasarkan para kritikus Freud, tidak sanggup dibuktikan kebenarannya dan karya-karyanya hanya berisi dongeng personal seseorang yang tidak sanggup diuji secara objektif.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Sigmund Freud: Bapak Psikoanalisis"

Posting Komentar