√ Inilah Pengertian Dan Pola Akulturasi Budaya

Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin “acculturate” yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama”. Secara umum, pengertian akulturasi (acculturation) adalah perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya gres tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut. Misalnya, proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan berlangsung dalam waktu yang usang sehingga sanggup saling memengaruhi.


Sedangkan, berdasarkan Koentjaraningrat, akulturasi yaitu proses sosial yang terjadi jika kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi yaitu adanya persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity) seperti nilai gres yang tercerna akhir keserupaan tingkat dan corak budayanya.


Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.




  • Kontak sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan antar individu dalam dua masyarakat.




  • Kontak budaya dalam situasi dekat atau situasi bermusuhan.




  • Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan. agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan.




  • Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit.




  • Kontak budaya baik antara sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya fisik.




Hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap budaya. Semakin kuat suatu budaya maka akan semakin cepat penyebarannya. Adanya banyak sekali suku bangsa yang terdapat di Indonesia, secara alami akan terjadi pertemuan dua budaya atau lebih. Dalam proses akulturasi, semua perbedaan yang ada akan berjalan beriringan dengan semua unsur persamaan yang mereka miliki hingga pada kesudahannya budaya yang mempunyai imbas lebih kuat akan berperan besar dalam proses akulturasi.


Dalam perkembangannya, ada tiga periode akulturasi yang terjadi di Indonesia ini.




  • Periode Awal (Abad 5-11 Masehi)


    Pada periode ini, unsur Hindu-Budha sangat kuat dan lebih terasa sangat menonjol sedangkan unsur/ciri-ciri kebudayaan Indonesia sendiri menjadi terdesak. Terbukti dengan banyak ditemukannya banyak sekali macam patung dewa, diantaranya yaitu Brahma, Siwa, Wisnu dan Budha yang tersebar di kerajaan-kerajaan ibarat Tarumanegara, Kutai dan Mataram Kuno.




  • Periode Pertengahan (Abad 11-16 Masehi)


    Pada periode pertengahan ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia sudah mulai berimbang. Hal tersebut disebabkan lantaran unsur Hindu-Budha mulai melemah sedangkan unsur budaya Indonesia kembali menonjol sehingga kemudian menyebabkan munculnya sebuah sinkretisme (perpaduan antara dua atau lebih anutan budaya). Hal ini sanggup kita lihat pada peninggalan zaman kerajaaan yang ada di Jawa Timur ibarat Kediri, Singasari dan Majapahit. Di Jawa Timur sendiri telah lahir anutan Tantrayana, yaitu suatu anutan religi yang merupakan sebuah sinkretisme dari kepercayaan Indonesia orisinil dengan agama Hindu-Budha.




  • Periode Akhir (Abad 16-sekarang)


    Pada periode ini, unsur budaya Indonesia menjadi lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur budaya Hindu-Budha menjadi semakin surut lantaran perkembangan politik dan ekonomi di India yang tidak stabil.




Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi (Islam dan Hindu-Budha di Indonesia) sanggup kita simak dalam uraian berikut ini:


Seni bangunan


Wujud akulturasi dalam seni bangunan sanggup terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Untuk lebih jelasnya silahkan anda simak gambar 1 berikut ini.


Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin  √ Inilah Pengertian dan Contoh Akulturasi Budaya

(sumber gambar: nurulazam.com)


Masjid Menara Kudus atau disebut juga dengan masjid Al-Aqsa dan Al-Manar, merupakan sebuah bukti akulturasi budaya yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 Hijriah atau 1549 Masehi.


Seni rupa


Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk insan atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua anutan seni logam), biar didapat keserasian.


Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin  √ Inilah Pengertian dan Contoh Akulturasi Budaya

(sumber gambar: flickr.com)


Aksara dan seni sastra


Tersebarnya agama Islam di Indonesia maka besar lengan berkuasa terhadap bidang karakter atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal goresan pena Arab, bahkan berkembang goresan pena Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu goresan pena Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak memakai gejala a, i, u ibarat halnya goresan pena Arab. Di samping itu juga, huruf Arab bermetamorfosis seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun gesekan dan gambar wayang.


Bentuk seni sastra:




  1. Hikayat yaitu kisah atau dongeng yang berpangkal dari insiden atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang populer yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).




  2. Babad yaitu kisah rekaan pujangga keraton dan sering dianggap sebagai insiden sejarah misalnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.




  3. Suluk yaitu kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf misalnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan lain sebagainya.




  4. Primbon yaitu hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk lantaran berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.




Bentuk seni sastra di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.


Sistem Pemerintahan


Dalam pemerintahan, sebelum masuknya Islam ke Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha. Tapi sesudah Islam masuk, banyak kerajaan yang bercorak Hindu-Budha mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam ibarat Samudra Pasai, Malaka, Demak dan lain sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan ibarat halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.


Sistem Kalender


Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender, yaitu kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dimana dalam kalender Saka terdapat nama-nama pasaran hari ibarat legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam di Indonesia, sultan agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, memakai perhitungan peredaran bulan (komariah) ibarat tahun Hijriah (Islam). Pada kalender Jawa, sultan agung melaksanakan perubahan pada nama-nama bulan ibarat Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap memakai hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Tapi masih tetap menyertakan hari pasaran pada kalender saka. Kalender sultan agung ini dimulai pada tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.



Sumber https://carajuki.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Inilah Pengertian Dan Pola Akulturasi Budaya"

Posting Komentar