Negara Malaysia, Politik Pemerintahan Jumlah Penduduk, Sejarah Dan Prasejarah
Negara Malaysia, Politik Pemerintahan Jumlah Penduduk, Sejarah dan Prasejarah
Politik dan Pemerintahan
Federasi Malaysia ialah sebuah monarki konstitusional. Kepala negara komplotan Malaysia ialah Yang di-Pertuan Agong, biasa disebut Raja Malaysia. Yang di-Pertuan Agong dipilih dari dan oleh sembilan Sultan Negeri-Negeri Malaya, untuk menjabat selama lima tahun secara bergiliran; empat pemimpin negeri lainnya, yang bergelar Gubernur, tidak turut serta di dalam pemilihan.
Sistem pemerintahan di Malaysia bermodelkan sistem parlementer Westminster, warisan Penguasa Kolonial Britania. Tetapi di dalam praktiknya, kekuasaan lebih terpusat di direktur daripada di legislatif, dan jodikatif diperlemah oleh tekanan berkelanjutan dari pemerintah selama zaman Mahathir, kekuasaan jodikatif itu dibagikan antara pemerintah komplotan dan pemerintah negara bagian. Sejak kemerdekaan pada 1957, Malaysia diperintah oleh koalisi multipartai yang disebut Barisan Nasional (pernah disebut pula Aliansi).
Kekuasaan legislatur dibagi antara legislatur komplotan dan legislatur negeri. Parlemen bikameral terdiri dari dewan rendah, Dewan Rakyat (mirip "Dewan Perwakilan Rakyat" di Indonesia) dan dewan tinggi, Senat atau Dewan Negara (mirip "Dewan Perwakilan Daerah" di Indonesia). 222 anggota Dewan Rakyat dipilih dari kawasan pemilihan beranggota-tunggal yang diatur berdasarkan jumlah penduduk untuk masa jabatan terlama 5 tahun. 70 Senator bertugas untuk masa jabatan 3 tahun; 26 di antaranya dipilih oleh 13 majelis negara cuilan (masing-masing mengirimkan dua utusan), dua mewakili wilayah komplotan Kuala Lumpur, masing-masing satu mewakili wilayah komplotan Labuan dan Putrajaya, dan 40 diangkat oleh raja atas pesan yang tersirat perdana menteri. Di samping Parlemen di tingkatan persekutuan, masing-masing negara cuilan mempunyai tubuh legislatif unikameral (Dewan Undangan Negeri) yang para anggotanya dipilih dari daerah-daerah pemilihan beranggota-tunggal. Pemilihan umum parlemen dilakukan paling sedikit lima tahun sekali, dengan pemilihan umum terakhir pada Maret 2008. Pemilih terdaftar berusia 21 tahun ke atas sanggup menawarkan suaranya kepada calon anggota Dewan Rakyat dan calon anggota tubuh legislatif negara cuilan juga, di beberapa negara bagian. Voting tidak diwajibkan.
Kekuasaan direktur dilaksanakan oleh kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri; konstitusiMalaysia menetapkan bahwa perdana menteri haruslah anggota dewan rendah (Dewan Rakyat), yang direstui Yang di-Pertuan Agong dan mendapat derma majoritas di dalam parlemen. Kabinet dipilih dari para anggota Dewan Rakyat dan Dewan Negara dan bertanggung jawab kepada tubuh itu.; sedangkan kabinet merupakan anggota parlemen yang dipilih dari Dewan Rakyat atau Dewan Negara.
Pemerintah negara cuilan dipimpin oleh Menteri Besar di negeri-negeri Malaya atau Ketua Menteri di negara-negara yang tidak memelihara monarki lokal, yakni seorang anggota majelis negara cuilan dari partai majoritas di dalam Dewan Undangan Negeri. Di tiap-tiap negara cuilan yang memelihara monarki lokal, Menteri Besar haruslah seorang Suku Melayu Muslim, meskipun penguasa ini menjadi subjek akal para penguasa. Kekuasaan politik di Malaysia amat penting untuk memperjuangkan suatu warta dan hak. Oleh alasannya ialah itu kekuasaan memainkan peranan yang amat penting dalam melaksanakan perubahan.
Jumlah Penduduk Malaysia
Malaysia ialah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara cuilan dan tiga wilayah komplotan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Dibandingkan dengan Indonesia yang masuk posisi 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, jumlah penduduk Malaysia berada di peringkat ke-43 dengan jumlah penduduk yang mencapai 30,07 juta jiwa berdasarkan agen sensus AS per 2014 ini.
Jumlah populasi di negara Malaysia telah mencapai jumlah 30 juta orang, jumlah tersebut diambil berdasarkan jam populasi di situs "Jabatan Perangkaan Malaysia". Sebelum ini Malaysia mempunyai sebanyak 29,999,530 populasi hingga pukul 6.43 p.m. Rabu lalu, demikian laporan sebuah surat khabar baru-baru ini Berdasarkan pemantauan yang dibentuk oleh mereka berkenaan dengan jam populasi itu, kira-kira satu jiwa kelahiran terjadi setiap menit, dan menciptakan kesimpulan angka 30 juta angka itu akan dicapai pada kira-kira pukul 2 pagi hari Khamis (27 Februari 2014) Tambah laporan lagi, berdasarkan unjuran populasi jabatan tersebut, angka 38.5 juta orang penduduk akan dicapai pada tahun 2040, yang terdiri daripada 19.6 juta lelaki dan 19 juta perempuan.
pada tahun 1960 jumlah penduduk Malaysia belum mencapai angka 10 juta, dan naik 3 kali lipat pada tahun 2013.
Prasejarah
Sisa-sisa arkeologis ditemukan di Malaysia Barat, Sabah, dan Sarawak. Semang mempunyai leluhur jauh di Semenanjung Malaya, merujuk pada permukiman pertama dari Afrika, lebih dari 50.000 tahun lalu. Senoi muncul sebagai kelompok campuran, dengan hampir sebagian silsilah dari garis nenek moyang Semang dan sebagiannya lagi Indocina. Hal ini bersesuaian dengan dugaan bahwa mereka mewakili keturunan penutur Austronesia kuno, kaum tani, yang membawa bahasa dan teknologi mereka ke cuilan selatan semenanjung kira-kira 5.000 tahun kemudian dan menyatu dengan penduduk asli. Manusia Proto Melayu lebih beraneka ragam, dan meskipun mereka memperlihatkan beberapa kaitan dengan Asia Tenggara kepulauan, beberapa di antaranya juga mempunyai leluhur di Indocina dari zaman Maksimum Glasial Terakhir, diikuti oleh penyebaran Holosen-dini melalui Semenanjung Malaya ke Asia Tenggara kepulauan.
Sejarah dini
Semenanjung Malaya berkembang sebagai sentra perdagangan utama di Asia Tenggara, alasannya ialah berkembangnya perdagangan antara Tiongkok dan India dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang sibuk. Claudius Ptolemaeus memperlihatkan Semenanjung Malaya pada peta dininya "Golden Chersonese" dengan Selat Malaka ditulis sebagai "Sinus Sabaricus". Dari pertengahan hingga tamat milenium pertama, sebagian besar semenanjung, begitupun Nusantara berada di bawah imbas Sriwijaya.
Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibentuk pada kala 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka dan Lembah Bujang di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan. Diperkirakan semuanya ialah kerajaan Hindu atau Buddha. Islam tiba pada kala ke-14 di Terengganu.
Terdapat banyak kerajaan Tiongkok dan India pada kala ke-2 dan ke-3 Masehi—sebanyak 30 buah berdasarkan sumber Tiongkok. Kedah—dikenal sebagai Kedaram, Cheh-Cha (menurut I-Ching), atau Kataha di dalam goresan pena Palawa atau bahasa Sanskerta kuno—berada di jalur serbuan pedagang dan raja India. Rajendra Chola, Kaisar Tamil kuno yang diduga berada di sekitar Kota Gelanggi, mengakibatkan Kedah tunduk pada 1025, tetapi penggantinya, Vira Rajendra Chola, harus melumpuhkan pemberontakan Kedah untuk mengatasi para penyerbu. Kedatangan Chola berhasil meredam keagungan Sriwijaya, yang memberi imbas besar kepada Kedah dan Pattani bahkan hingga ke Ligor.
Kerajaan Buddha, Ligor mengambil kendali Kedah segera setelahnya, dan rajanya, Chandrabhanu memakai tempat ini sebagai basis untuk menyerang Sri Lanka pada kala ke-11, sebuah insiden yang dipahat di atas prasasti kerikil di Nagapattinum di Tamil Nadu dan di dalam kisah-kisah bangsa Sri Lanka, Mahavamsa. Selama milenium pertama, masyarakat di Semenanjung Malaya mengadopsi Hindu dan Buddha dan penggunaan bahasa Sanskerta hingga mereka beralih kepada Islam.
Ada beberapa laporan dari wilayah lain yang lebih renta dari Kedah—misalnya kerajaan kuno Gangga Negara, di sekitar Beruas di Perak, mendorong sejarah Malaysia lebih jauh ke belakang. Jika itu belum cukup, sebuah puisi Tamil, Pattinapillai, dari kala ke-2 M, menjelaskan barang-barang dari Kadaram menumpuk di jalanan ibukota Chola. Sebuah drama sanskerta dari kala ke-7, Kaumudhimahotsva, merujuk Kedah sebagai Kataha-nagari. Agnipurana juga menyebutkan sebuah kawasan yang dikenal Anda-Kataha dengan salah satu batasnya menggambarkan sebuah puncak gunung, yang diyakini para sarjana sebagai Gunung Jerai. Kisah-kisah dari Katasaritasagaram menjelaskan kemewahan hidup di Kataha.
Gedung Sultan Abdul Samad di Kuala Lumpur, kompleks Pengadilan Tinggi Malaysia dan Pengadilan Perdagangan. Kuala Lumpur ialah ibukota Negara-negara Melayu Bersekutu dan ibukota Malaysia dikala ini.
Pada permulaan kala ke-15, Kesultanan Melaka didirikan di bawah sebuah dinasti yang didirikan oleh Parameswara, pangeran dari Palembang, Indonesia, di dalam kerajaan Sriwijaya. Penaklukan memaksa ia dan pendukungnya melarikan diri dari Palembang. Untuk menghindari penganiayaan, Parameswara berlayar ke Temasek demi mendapat proteksi Temagi, seorang penghulu Melayu dari Pattani yang ditunjuk oleh Raja Siam sebagai bupati Temasek. Beberapa hari kemudian, Parameswara membunuh Temagi dan mengangkat dirinya sendiri sebagai bupati. Kira-kira lima tahun kemudian, ia meninggalkan Temasek alasannya ialah bahaya dari Siam. Selama periode ini, Temasek juga diserang oleh serombongan armada Jawa dari Majapahit.
Dia kemudian memimpin ke utara untuk mendirikan permukiman baru. Di Muar, Parameswara berkehendak mendirikan kerajaan barunya di Biawak Busuk atau di Kota Buruk. Mengetahui lokasi Muar tidaklah cocok, ia meneruskan perjalanannya ke utara. Di sepanjang jalan, ia mengunjungi Sening Ujong (nama usang untuk Sungai Ujong modern) sebelum hingga di sebuah perkampungan nelayan di bibir Sungai Bertam (nama usang untuk Sungai Melaka modern). Tempat itu lambat laun bermetamorfosis lokasi Melaka masa kini. Menurut Sejarah Melayu, di situlah ia menyaksikan kancil mengecoh anjing ketika berteduh di bawah pohon Melaka. Dia mengambil apa yang ia lihat sebagai menerangkan yang baik dan kemudian ia mendirikan sebuah kerajaan yang disebut Melaka, kemudian ia membangun dan memperbaiki kemudahan untuk tujuan perdagangan.
Peralihan agama Parameswara ke Islam tidaklah jelas. Sabri Zain mengemukakan, Parameswara menjadi seorang Muslim ketika ia menikahi seorang Puteri Samudera Pasai dan menyertakan gelar bergaya Persia "Syah", dengan menyebut dirinya Iskandar Syah . Juga ada tumpuan yang memperlihatkan bahwa beberapa anggota kelas penguasa dan komunitas saudagar yang menetap di Melaka telah menjadi Muslim. Kisah-kisah Tiongkok menyebutkan bahwa pada 1414, putera penguasa pertama Melaka mengunjungi Ming untuk mengabari mereka bahwa ayahnya telah wafat. Putera Parameswara diakui secara resmi sebagai penguasa kedua Melaka oleh Kaisar Tiongkok dan bergelar Raja Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka dan ia dikenal sebagai tokoh Muslim Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Syah atau Sultan Megat Iskandar Syah, dan ia menguasai Melaka dari 1414 hingga 1424. Kerajaan ini menguasai wilayah yang kini ini disebut Semenanjung Malaya, selatan Thailand (Pattani, dan pantai timur Sumatera. Kerajaan ini berlangsung selama lebih dari satu abad, dan dalam periode tersebut mengembangkan Islam ke seluruh Nusantara. Melaka, sebagai pelabuhan perdagangan penting, terletak hampir di tengah-tengah rute perdagangan Tiongkok dan India.
Pada 1511, Melaka ditaklukkan oleh Portugal, yang mendirikan sebuah koloni di sana; maka berakhirlah Kesultanan Melaka. Tetapi, Sultan terakhir melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal di sana. Putera-putera Sultan Melaka terakhir mendirikan dua kesultanan di tempat lain di semenanjung & mdash; Kesultanan Perak di utara, dan Kesultanan Johor (mulanya kelanjutan kesultanan Melaka kuno) di selatan. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berjuang menguasai Selat Malaka: Portugis (di Melaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh. Konflik ini berlangsung hingga tahun 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) untuk merebut Melaka.
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka tua, tetapi kini dikenal dengan nama Kesultanan Johor, yang masih ada hingga sekarang. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berebut untuk mengambil kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) merebut Malaka.
Sumber http://gad0-gado.blogspot.com/
Politik dan Pemerintahan
Federasi Malaysia ialah sebuah monarki konstitusional. Kepala negara komplotan Malaysia ialah Yang di-Pertuan Agong, biasa disebut Raja Malaysia. Yang di-Pertuan Agong dipilih dari dan oleh sembilan Sultan Negeri-Negeri Malaya, untuk menjabat selama lima tahun secara bergiliran; empat pemimpin negeri lainnya, yang bergelar Gubernur, tidak turut serta di dalam pemilihan.
Sistem pemerintahan di Malaysia bermodelkan sistem parlementer Westminster, warisan Penguasa Kolonial Britania. Tetapi di dalam praktiknya, kekuasaan lebih terpusat di direktur daripada di legislatif, dan jodikatif diperlemah oleh tekanan berkelanjutan dari pemerintah selama zaman Mahathir, kekuasaan jodikatif itu dibagikan antara pemerintah komplotan dan pemerintah negara bagian. Sejak kemerdekaan pada 1957, Malaysia diperintah oleh koalisi multipartai yang disebut Barisan Nasional (pernah disebut pula Aliansi).
Kekuasaan legislatur dibagi antara legislatur komplotan dan legislatur negeri. Parlemen bikameral terdiri dari dewan rendah, Dewan Rakyat (mirip "Dewan Perwakilan Rakyat" di Indonesia) dan dewan tinggi, Senat atau Dewan Negara (mirip "Dewan Perwakilan Daerah" di Indonesia). 222 anggota Dewan Rakyat dipilih dari kawasan pemilihan beranggota-tunggal yang diatur berdasarkan jumlah penduduk untuk masa jabatan terlama 5 tahun. 70 Senator bertugas untuk masa jabatan 3 tahun; 26 di antaranya dipilih oleh 13 majelis negara cuilan (masing-masing mengirimkan dua utusan), dua mewakili wilayah komplotan Kuala Lumpur, masing-masing satu mewakili wilayah komplotan Labuan dan Putrajaya, dan 40 diangkat oleh raja atas pesan yang tersirat perdana menteri. Di samping Parlemen di tingkatan persekutuan, masing-masing negara cuilan mempunyai tubuh legislatif unikameral (Dewan Undangan Negeri) yang para anggotanya dipilih dari daerah-daerah pemilihan beranggota-tunggal. Pemilihan umum parlemen dilakukan paling sedikit lima tahun sekali, dengan pemilihan umum terakhir pada Maret 2008. Pemilih terdaftar berusia 21 tahun ke atas sanggup menawarkan suaranya kepada calon anggota Dewan Rakyat dan calon anggota tubuh legislatif negara cuilan juga, di beberapa negara bagian. Voting tidak diwajibkan.
Kekuasaan direktur dilaksanakan oleh kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri; konstitusiMalaysia menetapkan bahwa perdana menteri haruslah anggota dewan rendah (Dewan Rakyat), yang direstui Yang di-Pertuan Agong dan mendapat derma majoritas di dalam parlemen. Kabinet dipilih dari para anggota Dewan Rakyat dan Dewan Negara dan bertanggung jawab kepada tubuh itu.; sedangkan kabinet merupakan anggota parlemen yang dipilih dari Dewan Rakyat atau Dewan Negara.
Pemerintah negara cuilan dipimpin oleh Menteri Besar di negeri-negeri Malaya atau Ketua Menteri di negara-negara yang tidak memelihara monarki lokal, yakni seorang anggota majelis negara cuilan dari partai majoritas di dalam Dewan Undangan Negeri. Di tiap-tiap negara cuilan yang memelihara monarki lokal, Menteri Besar haruslah seorang Suku Melayu Muslim, meskipun penguasa ini menjadi subjek akal para penguasa. Kekuasaan politik di Malaysia amat penting untuk memperjuangkan suatu warta dan hak. Oleh alasannya ialah itu kekuasaan memainkan peranan yang amat penting dalam melaksanakan perubahan.
Jumlah Penduduk Malaysia
Malaysia ialah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara cuilan dan tiga wilayah komplotan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi. Dibandingkan dengan Indonesia yang masuk posisi 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, jumlah penduduk Malaysia berada di peringkat ke-43 dengan jumlah penduduk yang mencapai 30,07 juta jiwa berdasarkan agen sensus AS per 2014 ini.
Jumlah populasi di negara Malaysia telah mencapai jumlah 30 juta orang, jumlah tersebut diambil berdasarkan jam populasi di situs "Jabatan Perangkaan Malaysia". Sebelum ini Malaysia mempunyai sebanyak 29,999,530 populasi hingga pukul 6.43 p.m. Rabu lalu, demikian laporan sebuah surat khabar baru-baru ini Berdasarkan pemantauan yang dibentuk oleh mereka berkenaan dengan jam populasi itu, kira-kira satu jiwa kelahiran terjadi setiap menit, dan menciptakan kesimpulan angka 30 juta angka itu akan dicapai pada kira-kira pukul 2 pagi hari Khamis (27 Februari 2014) Tambah laporan lagi, berdasarkan unjuran populasi jabatan tersebut, angka 38.5 juta orang penduduk akan dicapai pada tahun 2040, yang terdiri daripada 19.6 juta lelaki dan 19 juta perempuan.
pada tahun 1960 jumlah penduduk Malaysia belum mencapai angka 10 juta, dan naik 3 kali lipat pada tahun 2013.
Prasejarah
Sisa-sisa arkeologis ditemukan di Malaysia Barat, Sabah, dan Sarawak. Semang mempunyai leluhur jauh di Semenanjung Malaya, merujuk pada permukiman pertama dari Afrika, lebih dari 50.000 tahun lalu. Senoi muncul sebagai kelompok campuran, dengan hampir sebagian silsilah dari garis nenek moyang Semang dan sebagiannya lagi Indocina. Hal ini bersesuaian dengan dugaan bahwa mereka mewakili keturunan penutur Austronesia kuno, kaum tani, yang membawa bahasa dan teknologi mereka ke cuilan selatan semenanjung kira-kira 5.000 tahun kemudian dan menyatu dengan penduduk asli. Manusia Proto Melayu lebih beraneka ragam, dan meskipun mereka memperlihatkan beberapa kaitan dengan Asia Tenggara kepulauan, beberapa di antaranya juga mempunyai leluhur di Indocina dari zaman Maksimum Glasial Terakhir, diikuti oleh penyebaran Holosen-dini melalui Semenanjung Malaya ke Asia Tenggara kepulauan.
Sejarah dini
Semenanjung Malaya berkembang sebagai sentra perdagangan utama di Asia Tenggara, alasannya ialah berkembangnya perdagangan antara Tiongkok dan India dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang sibuk. Claudius Ptolemaeus memperlihatkan Semenanjung Malaya pada peta dininya "Golden Chersonese" dengan Selat Malaka ditulis sebagai "Sinus Sabaricus". Dari pertengahan hingga tamat milenium pertama, sebagian besar semenanjung, begitupun Nusantara berada di bawah imbas Sriwijaya.
Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibentuk pada kala 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka dan Lembah Bujang di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan. Diperkirakan semuanya ialah kerajaan Hindu atau Buddha. Islam tiba pada kala ke-14 di Terengganu.
Terdapat banyak kerajaan Tiongkok dan India pada kala ke-2 dan ke-3 Masehi—sebanyak 30 buah berdasarkan sumber Tiongkok. Kedah—dikenal sebagai Kedaram, Cheh-Cha (menurut I-Ching), atau Kataha di dalam goresan pena Palawa atau bahasa Sanskerta kuno—berada di jalur serbuan pedagang dan raja India. Rajendra Chola, Kaisar Tamil kuno yang diduga berada di sekitar Kota Gelanggi, mengakibatkan Kedah tunduk pada 1025, tetapi penggantinya, Vira Rajendra Chola, harus melumpuhkan pemberontakan Kedah untuk mengatasi para penyerbu. Kedatangan Chola berhasil meredam keagungan Sriwijaya, yang memberi imbas besar kepada Kedah dan Pattani bahkan hingga ke Ligor.
Kerajaan Buddha, Ligor mengambil kendali Kedah segera setelahnya, dan rajanya, Chandrabhanu memakai tempat ini sebagai basis untuk menyerang Sri Lanka pada kala ke-11, sebuah insiden yang dipahat di atas prasasti kerikil di Nagapattinum di Tamil Nadu dan di dalam kisah-kisah bangsa Sri Lanka, Mahavamsa. Selama milenium pertama, masyarakat di Semenanjung Malaya mengadopsi Hindu dan Buddha dan penggunaan bahasa Sanskerta hingga mereka beralih kepada Islam.
Ada beberapa laporan dari wilayah lain yang lebih renta dari Kedah—misalnya kerajaan kuno Gangga Negara, di sekitar Beruas di Perak, mendorong sejarah Malaysia lebih jauh ke belakang. Jika itu belum cukup, sebuah puisi Tamil, Pattinapillai, dari kala ke-2 M, menjelaskan barang-barang dari Kadaram menumpuk di jalanan ibukota Chola. Sebuah drama sanskerta dari kala ke-7, Kaumudhimahotsva, merujuk Kedah sebagai Kataha-nagari. Agnipurana juga menyebutkan sebuah kawasan yang dikenal Anda-Kataha dengan salah satu batasnya menggambarkan sebuah puncak gunung, yang diyakini para sarjana sebagai Gunung Jerai. Kisah-kisah dari Katasaritasagaram menjelaskan kemewahan hidup di Kataha.
Gedung Sultan Abdul Samad di Kuala Lumpur, kompleks Pengadilan Tinggi Malaysia dan Pengadilan Perdagangan. Kuala Lumpur ialah ibukota Negara-negara Melayu Bersekutu dan ibukota Malaysia dikala ini.
Pada permulaan kala ke-15, Kesultanan Melaka didirikan di bawah sebuah dinasti yang didirikan oleh Parameswara, pangeran dari Palembang, Indonesia, di dalam kerajaan Sriwijaya. Penaklukan memaksa ia dan pendukungnya melarikan diri dari Palembang. Untuk menghindari penganiayaan, Parameswara berlayar ke Temasek demi mendapat proteksi Temagi, seorang penghulu Melayu dari Pattani yang ditunjuk oleh Raja Siam sebagai bupati Temasek. Beberapa hari kemudian, Parameswara membunuh Temagi dan mengangkat dirinya sendiri sebagai bupati. Kira-kira lima tahun kemudian, ia meninggalkan Temasek alasannya ialah bahaya dari Siam. Selama periode ini, Temasek juga diserang oleh serombongan armada Jawa dari Majapahit.
Dia kemudian memimpin ke utara untuk mendirikan permukiman baru. Di Muar, Parameswara berkehendak mendirikan kerajaan barunya di Biawak Busuk atau di Kota Buruk. Mengetahui lokasi Muar tidaklah cocok, ia meneruskan perjalanannya ke utara. Di sepanjang jalan, ia mengunjungi Sening Ujong (nama usang untuk Sungai Ujong modern) sebelum hingga di sebuah perkampungan nelayan di bibir Sungai Bertam (nama usang untuk Sungai Melaka modern). Tempat itu lambat laun bermetamorfosis lokasi Melaka masa kini. Menurut Sejarah Melayu, di situlah ia menyaksikan kancil mengecoh anjing ketika berteduh di bawah pohon Melaka. Dia mengambil apa yang ia lihat sebagai menerangkan yang baik dan kemudian ia mendirikan sebuah kerajaan yang disebut Melaka, kemudian ia membangun dan memperbaiki kemudahan untuk tujuan perdagangan.
Peralihan agama Parameswara ke Islam tidaklah jelas. Sabri Zain mengemukakan, Parameswara menjadi seorang Muslim ketika ia menikahi seorang Puteri Samudera Pasai dan menyertakan gelar bergaya Persia "Syah", dengan menyebut dirinya Iskandar Syah . Juga ada tumpuan yang memperlihatkan bahwa beberapa anggota kelas penguasa dan komunitas saudagar yang menetap di Melaka telah menjadi Muslim. Kisah-kisah Tiongkok menyebutkan bahwa pada 1414, putera penguasa pertama Melaka mengunjungi Ming untuk mengabari mereka bahwa ayahnya telah wafat. Putera Parameswara diakui secara resmi sebagai penguasa kedua Melaka oleh Kaisar Tiongkok dan bergelar Raja Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka dan ia dikenal sebagai tokoh Muslim Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Syah atau Sultan Megat Iskandar Syah, dan ia menguasai Melaka dari 1414 hingga 1424. Kerajaan ini menguasai wilayah yang kini ini disebut Semenanjung Malaya, selatan Thailand (Pattani, dan pantai timur Sumatera. Kerajaan ini berlangsung selama lebih dari satu abad, dan dalam periode tersebut mengembangkan Islam ke seluruh Nusantara. Melaka, sebagai pelabuhan perdagangan penting, terletak hampir di tengah-tengah rute perdagangan Tiongkok dan India.
Pada 1511, Melaka ditaklukkan oleh Portugal, yang mendirikan sebuah koloni di sana; maka berakhirlah Kesultanan Melaka. Tetapi, Sultan terakhir melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal di sana. Putera-putera Sultan Melaka terakhir mendirikan dua kesultanan di tempat lain di semenanjung & mdash; Kesultanan Perak di utara, dan Kesultanan Johor (mulanya kelanjutan kesultanan Melaka kuno) di selatan. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berjuang menguasai Selat Malaka: Portugis (di Melaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh. Konflik ini berlangsung hingga tahun 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) untuk merebut Melaka.
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka tua, tetapi kini dikenal dengan nama Kesultanan Johor, yang masih ada hingga sekarang. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berebut untuk mengambil kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) merebut Malaka.
Sumber http://gad0-gado.blogspot.com/
0 Response to "Negara Malaysia, Politik Pemerintahan Jumlah Penduduk, Sejarah Dan Prasejarah"
Posting Komentar