Dormansi

Ada banyak biji yang tidak akan berkecambah, meskipun kondisi minimum air, oksigen, dan suhu telah dipenuhi. Benih ini tidak membisu tetapi dianggap terbengkalai. Dormansi berarti bahwa ada kondisi-kondisi perhiasan yang harus dipenuhi sebelum perkecambahan sanggup dilanjutkan. Banyak biji gulma, contohnya tidak akan berkecambah kecuali benih lembab terkena cahaya. Bibit lainnya belum sampaumur ketika gudang dari tumbuhan induk dan memerlukan jangka pematangan, disebut sesudah pematangan, sebelum mereka akan berkecambah. Setelah-pematangan sering dipicu oleh suhu rendah, ibarat itu dalam biji apel dan buah-buahan yang serupa. Biji apel, ceri, persik, kenari, dan beberapa pohon maple tidak akan tumbuh kecuali benih lembab yang diadakan pada suhu di atas titik beku untuk jangka waktu 2-6 bulan. Petani komersial mendorong perkecambahan spesies ini dengan menempatkan benih dibasahi dalam kulkas, proses yang disebut stratifikasi. Kebutuhan untuk stratifikasi memastikan bahwa benih berkecambah ekspresi dominan semi berikutnya, daripada berkecambah precociously pada ekspresi dominan gugur ketika bibit tidak akan punya waktu untuk menjadi mapan sebelum ekspresi dominan dingin.

Beberapa benih mempunyai jaket benih yang sangat keras yang membatasi perembesan air atau oksigen dan tidak akan berkecambah hingga mantel biji telah terganggu, proses yang disebut skarifikasi. Di laboratorium atau kebun, skarifikasi sanggup dicapai dengan nicking mantel biji dengan pisau, file, atau amplas. Di alam, skarifikasi sanggup dicapai dengan tindakan pasir atau jamur. Banyak benih diskarifikasi ketika mereka melalui usus sesudah dimakan oleh seekor binatang. Benih tidak hanya bertahan perjalanan, tetapi perkecambahan yakni ditingkatkan lantaran asam dalam usus binatang telah melemahkan kulit biji. Dalam laboratorium fisiologi tanaman, benih kemuliaan pagi biasanya direndam dalam asam sulfat pekat (pengobatan yang disebut skarifikasi asam) hingga satu jam dalam rangka untuk meningkatkan tingkat dan keseragaman perkecambahan mereka. Benih mantel beberapa spesies padang pasir mengandung inhibitor pertumbuhan yang harus tercuci oleh hujan gurun sebelum benih akan berkecambah.
Keterangan:  Gambar ini merupakan penampang melintang kulit biji. Dari gambar terlihat lapisannya sangat tebal sehingga menimbulkan air maupun oksigen sulit untuk masuk kedalam biji. Hal ini merupakan salah satu penyebab dormansi pada biji.

Benih prosedur dormansi yakni nilai besar untuk kelangsungan hidup spesies. Setelah-pematangan, misalnya, memastikan bahwa benih tidak berkecambah ketika gres saja tertumpah dalam ekspresi dominan gugur namun menunggu hingga ekspresi dominan semi ketika kelangsungan hidup bibit jauh lebih mungkin. Skarifikasi dalam usus binatang memastikan penyebaran luas dari benih. Kebutuhan untuk inhibitor resapan dari mantel benih spesies gurun memastikan bahwa benih berkecambah hanya selama hujan gurun jarang terjadi ketika ada air yang cukup untuk pembibitan untuk menjadi mapan. Selain lantaran struktur kulit biji yang keras, dormansi biji juga terjadi lantaran kondisi embrio yang belum matang lantaran ketika buah gugur dari tangkainya, embrio  belum menuntaskan tahap perkembangannya (belum mengalami differensiasi). Embrio yang secara morfologis sudah berkembang pun masih membutuhkan waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang tepat dan perkembangan embrio tidak secepat jaringan yang ada di sekelilingnya sehingga perkecambahan perlu ditunda dengan cara dormansi.

Demikian juga dengan buah, ibarat buah batu, buah keras, dan buah padi, dormansi umumnya disebabkan lantaran adanya kulit buah yang keras pembungkus embrio yang sanggup mengganggu perembesan air dan/atau oksigen, serta menjadi penghalang mekanis tumbuhnya embrio.

Meristem kuncup yang berpotensi untuk tumbuh namun tidak melaksanakan pertumbuhan atau pertumbuhannya sangat lambat juga disebabkan lantaran dormansi kuncup. Kuncup dorman mempunyai ruas yang sangat pendek. Dormansi kuncup diawali dengan perubahan pola pada daun-daunnya yang seharusnya tumbuh membesar tetapi mereduksi menjadi semacam sisik yang disebut sisik kuncup. Sisik kuncup membatasi difusi oksigen ke meristem yang ada di lapisan bawahnya maka sanggup disamakan dengan kulit biji. Sisik kuncup yang terbentuk akan membungkus kuncup apikal selama periode dormansi dan akan ditanggalkan sesudah kuncup memulai pertumbuhannya kembali.

Selain pada biji, buah, dan kuncup, dormansi juga sanggup dijumpai pada organ penyimpan bawah tanah, ibarat rizhoma, umbi, bulbi, dan subang. Penyebab terjadinya dormansi bermacam-macam, ada yang impulsif dan ada yang lantaran keadaan lingkungan, contohnya kekurangan air dan rendahnya temperatur.

Biji pinus tidak sanggup berkecambah hingga skala kerucut terpisah, yang memungkinkan benih yang akan dirilis. Pada sebagian besar spesies, kerucut mengering sendiri, tetapi dalam spesies ibarat jack pinus diresapi dengan materi resin yang menciptakan kerucut tertutup selama bertahun-tahun pada pohon hidup. Timbangan tetap ditutup hingga mengalami panas yang ekstrim, biasanya oleh kebakaran hutan. Api tidak mengkonsumsi kerucut, yang tinggi di pohon, tapi panas mencair resin dan mengering kerucut cukup untuk skala kerucut untuk membuka dan melepaskan benih sesudah api telah berlalu. Untuk alasan ini, jack pinus sering spesies pohon pertama untuk terisi kembali terbakar di kawasan di utara Amerika Serikat dan Kanada pusat. Ini hanya beberapa referensi yang menggambarkan bagaimana seni administrasi perkecambahan biji yang terkait bersahabat dengan kelangsungan hidup pada niche tertentu ekologi mereka.


Proses Respirasi dan Fotosintesis pada Tumbuhan yang Mengalami Dormansi
Dormansi bukan hanya insiden pengistirahatan metabolisme tetapi sering melibatkan proses perkembangan organ-organ khusus. Dengan demikian, dormansi merupakan insiden perkembangan terprogram yang memerlukan metabolisme khusus untuk menghentikan acara metabolik.

Karena kulit tebal, maka air tidak sanggup masuk, sehingga reaksi respirasi tidak sanggup berlangsung. Sementara air diharapkan untuk menginisiasi giberelin untuk merangsang pembelahan sel. Selain itu, air yg masuk nantinya akan menghidrolisis amilum yg ada pada endosperm menjadi glukosa atau sumber energy.

Begitu pula dgn fotosintesis, tidak sanggup berlngsung lantaran organ pada tumbuhan tentu saja tidak mempunyai klorofil yang dibutuhkan pada proses fotosintesis.


Peran Hormon pada Dormansi Tumbuhan
Asam absisik hormon pada awalnya ditemukan dan kimia ditandai melalui studi inhibitor dalam tunas dan daun yang terlibat dalam timbulnya dormansi dan drop daun (amputasi) pada tumbuhan berkayu. Asam absisik tidak ada sedikit atau hubungannya dengan salah satu dari fenomena ini tetapi tidak mempunyai tugas penting dalam pensinyalan stress air dan mengatur perkecambahan biji.

Dormansi benih nilai hidup yang besar lantaran memastikan bahwa benih akan berkecambah hanya ketika ada kondisi yang optimal cahaya, suhu, dan kelembaban. Apa yang mencegah benih tersebar di ekspresi dominan gugur dari berkecambah segera, hanya untuk dibunuh oleh ekspresi dominan dingin? Mekanisme apa menjamin bahwa benih tersebut tumbuh di ekspresi dominan semi? Untuk itu, apa yang mencegah biji berkecambah di pedalaman, gelap lembab buah? Jawaban atas pertanyaan ini yakni ABA. Tingkat untuk ABA sanggup meningkatkan 100 kali lipat selama pematangan benih. Tingkat tinggi ABA di biji akan jatuh tempo pada hibit perkecambahan dan menginduksi produksi protein khusus yang membantu benih menahan kehilangan cairan tubuh ekstrim yang menyertai pematangan.

Banyak jenis benih dorman berkecambah ketika ABA dihapus atau tidak aktif dalam beberapa cara. Benih-benih beberapa tumbuhan gurun dormansi istirahat hanya ketika hujan deras mencuci ABA keluar benih. Bibit lainnya membutuhkan sinar terperinci atau terlalu usang untuk masbodoh untuk memicu inaktivasi ABA. Seringkali rasio ABA untuk giberelin memilih apakah benih masih aktif atau berkecambah, dan penambahan ABA untuk bibit yang prima untuk berkecambah mengembalikan mereka ke kondisi tidak aktif. Sebuah mutan jagung yang mempunyai butir yang berkecambah dikala masih rebus tidak mempunyai faktor transkripsi fungsional diharapkan untuk ABA untuk menginduksi verbal gen tertentu.

Pustaka
Campbell, Reece and Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hopkins, William G. 2006. Plant Development. New York: Chelsea House




Sumber http://taufik-ardiyanto.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Dormansi"

Posting Komentar