Asal Tarian Rampak

ASAL TARIAN RAMPAK
Sekitar sepuluh orang masuk ke panggung, mereka mengenakan kostum yang sama. Orang-orang tersebut kemudian menempati posisi masing-masing di depan alat musiknya. Aba-aba keluar dari salah seorang, lantas alunan musik energik seketika menghentak penonton yang hadir. Pertunjukkan musik itu biasa disebut Rampak Gendang.
Rampak Gendang merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. "Rampak" berasal dari bahasa sunda yang bermakna serempak atau secara bersama-sama, jadi rampak gendang sanggup diartikan sebagai suatu pertunjukkan gendang yang dimainkan secara bersama-sama. Oleh alasannya itu, pertunjukkan Rampak Gendang selalu dimainkan oleh dua orang atau lebih.
Gendang atau kendang merupakan alat musik utama dari pertunjukkan Rampak Gendang. Alat musik ini juga merupakan instrumen dalam gamelan jawa, yang berfungsi sebagai pengatur irama. Alat musik lainnya dalam pertunjukkan Rampak Gendang ialah rebab, gitar, dan alat gamelan yang lain. Semua alat musik itu kemudian dipadukan membentuk suatu irama yang energik dan bersemangat.
Belakangan pertunjukkan Rampak Gendang sering dikolaborasikan dengan kesenian yang lain, menyerupai tari Jaipong atau dijadikan sebagai pengiring lagu pop. Namun, belakangan ini Rampak Gendang bahkan dipadukan dengan gamelan Jawa, sehingga menghasilkan sebuah pertunjukkan Rampak Gendang yang berbeda dari biasanya.
Perkembangan kesenian Rampak Gendang tidak hanya hingga disitu, ketika ini orang-orang dari luar negeri berdatangan ke Indonesia untuk mempelajari kesenian tersebut. Bahkan salah satu universitas di Amerika membuka mata kuliah kesenian Indonesia, dengan dosen dari Indonesia, yang salah satunya mempelajari wacana kesenian Rampak Gendang.
Kesenian Rampak Gendang merupakan representasi dari kebersahajaan masyarakat Sunda. Di dalam kesenian tersebut kaya akan nilai-nilai filosofis, mencerminkan masyarakat Sunda yang guyub dan serasi berlandaskan sifat-sifat kegotong-royongan dan keceriaan. Satu lagi kekayaan nusantara bernilai dunia yang harus kita jaga dan lestarikan. Rampak Gendang, dari Indonesia untuk dunia.
Kata “bedug” sudah tidak gila lagi bagi indera pendengaran bangsa Indonesia. Bedug terdapat di hampir setiap masjid, sebagai alat atau media gosip datangnya waktu shalat wajib 5 waktu. Demikian juga dengan seni bedug semacam ngabedug atau ngadulag sudah erat di indera pendengaran bangsa kita, khususnya lagi bagi indera pendengaran kaum muslimin. Rampak bedug hanya terdapat di kawasan Banten sebagai ciri khas seni-budaya Banten. Kata “Rampak” mengandung arti “Serempak”. Kaprikornus “Rampak Bedug” ialah seni bedug dengan menggunakan waditra berupa “banyak” bedug dan ditabuh secara “serempak” sehingga menghasilkan irama khas yang lezat didengar.
“Rampak Bedug” sanggup dikatakan sebagai pengembangan dari seni bedug atau ngadulag. Bila ngabedug sanggup dimainkan oleh siapa saja, maka “Rampak Bedug” hanya sanggup dimainkan oleh para pemain profesional. Rampak bedug bukan hanya dimainkan di bulan Ramadhan, tapi dimainkan juga secara profesional pada acara-acara hajatan (hitanan, pernikahan) dan hari-hari peringatan kedaerahan bahkan nasional. Rampak bedug merupakan pengiring Takbiran, Ruwatan, Marhabaan, Shalawatan (Shalawat Badar), dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.
Rampak bedug pertama kali dimaksudkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan, persis menyerupai seni ngabedug atau ngadulag. Tapi alasannya merupakan suatu kreasi seni yang genial dan mengundang perhatian penonton, maka seni rampak bedug ini bermetamorfosis suatu seni yang layak jual, sama dengan seni-seni musik komersial lainnya. Walau para penggerak dan pemainnya lebih didasari oleh motivasi religi, tapi masyarakat seniman dan pencipta seni memandang seni rampak bedug sebagai sebuah karya seni yang patut dihargai.
Rampak bedug selain berfungsi religi, yakni menyemarakan bulan suci Ramadhan dengan alat-alat yang memang dirancang para ulama pewaris Nabi , juga mempunyai fungsi rekreasi/hiburan. Tentu saja berbeda dengan ngabedug, rampak bedug mempunyai fungsi ekonomis, yakni suatu karya seni yang layak jual. Masyarakat pengguna sudah biasa mengundang seniman rampak bedug untuk memeriahkan acara-acara mereka. Dalam fungsi religi selain menyemarakan Tarawihan ialah sebagai pengiring Takbiran dan Marhabaan.
Di masa kemudian pemain rampak bedug terdiri dari semuanya laki-laki. Tapi kini sama halnya dengan banyak seni lainnya terdiri dari pria dan perempuan. Mungkin demikian alasannya seni rampak bedug mempertunjukkan tarian-tarian yang terlihat indah bila ditampilkan oleh wanita (selain tentunya laki-laki). Jumlah pemain sekitar 10 orang, pria 5 orang dan wanita 5 orang. Baik pemain pria maupun wanita sekaligus juga sebagai penari.
Waditra rampak bedug terdiri dari : Bedug besar, berfungsi sebagai Bass yang memperlihatkan rasa puas ketika mengakhiri suatu bait sya’ir dari lagu. Ting tir, terbuat dari batang pohon kelapa, berfungsi sebagai penyelaras irama lagu bernuansa spiritualis (takbiran, shalawatan, marhabaan, dan lain-lain). Anting Caram dan Anting Karam terbuat dari pohon jambe dan dililiti kulit kendang berfungsi sebagai pengiring lagu dan tari.
Busana yang digunakan oleh pemain rampak bedug ialah pakaian Muslim dan Muslimah yang diadaptasi dengan perkembangan zaman dan unsur kedaerahan. Pemain pria contohnya mengenakan pakaian model pesilat lengkap dengan sorban khas Banten, tapi warna-warninya menggambarkan kemoderenan: hijau, ungu, merah, dan lain-lain (bukan hitam atau putih saja). Adapun pemain wanita mengenakan pakaian khas tari-tari tradisional, tapi bercorak kemoderenan dan relatf religius. Misalnya menggunakan rok panjang bawah lutut dari materi batik dengan warna dasar kuning dan di dalamnya mengenakan celana panjang warna merah jenis celana panjang pesilat. Di luarnya mengenakan kain merah tanpa dijahit yang sanggup dililitkan dan digunakakan untuk semacam tarian selendang. Banyunya tangan panjang yang dikeluarkan dan diikat dengan menggunakan ikat pinggang besar. Adapun rambutnya mengenakan sejenis sanggul bungan yang terbuat dari rajutan benang semacam epilog kepala belahan belakang.
Pada awalnya seni rampak bedug dipentaskan untuk mengiringi Takbiran di hari Lebaran. Kemudian berkembang juga untuk program ruatan dan Marhabaan. Sekarang malah berkembang lagi sebagai seni profesional untuk mengisi hiburan dalam program hajatan pernikahan, khitanan, dan peringatan hari-hari nasional maupun kedaerahan. Lagu-lagu yang diiringinya pun berkembang, diantaranya Shalawat Badar dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.




Sumber http://gad0-gado.blogspot.com/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Asal Tarian Rampak"

Posting Komentar