Laporan Praktikum Biologi Dasar Homeostasis (Termoregulasi)



A. Hasil

1.      Data Pengamatan
No
Nama
Waktu Pengamatan
(wib)
Suhu tubuh
(°C)
Suhu lingkungan (°C)
Catatan
1
Ridwan
14:31
35,8
34,8
Kuliah siang
2
02:42
36.2
35
Bangun malam
3
Dini
22:30
36,7
35,5
Mandi malam
4
23:26
36,6
36,5
Sebelum tidur
5
Yulia
06:00
36,5
35
Sehabis olah raga
6
06:15
37
35,5
Sesudah mandi

            2. Grafik Hubungan antara Suhu Tubuh dengan Kegiatan


 


 
B.     Pembahasan


 Praktikum Homeostasis (termoregulasi) dilakukan dengan cara mengukur suhu tubuh praktikan dan suhu lingkungan disekitarnya pada beberapa  jenis kegiatan,  diantaranya; ketika berdiri tengah malam untuk berguru atau tahajjud,  bangun pagi, ketika akan berangkat tidur, sesudah mandi pagi dengan air dingin, sesudah berolahraga, dikala di sela kuliah di siang hari yang panas, dan sesudah mandi dengan air hangat di malam hari. Setelah  praktikum  dilaksanakan didapatkan hasil bahwa pada dikala berdiri malam sekitar pukul 02.42 wib suhu lingkungan mencapai 35˚C, suhu tubuh mencapai 36,2˚C. Ketika akan tidur sekitar pukul 23.26 wib suhu lingkungan mencapai 35,5 ˚C, suhu tubuh mencapai 36,7˚C. Setelah mandi pagi dengan air cuek sekitar pukul 06.15 wib suhu lingkungan mencapai 35,5 ˚C, suhu tubuh mencapai 36,5˚C. Setelah berolahraga sekitar pukul 06.00 WIB suhu lingkungan mencapai 35 ˚C, suhu tubuh mencapai 36,5˚C. Saat di sela sela perkuliahan siang hari sekitar pukul 14.31 WIB suhu lingkungan mencapai 34,8˚C, suhu tubuh mencapai 35,8˚C. Setelah mandi dengan  air hangat di malam hari sekitar pukul 22.30 WIB suhu lingkungan mencapai 35˚C, suhu tubuh mencapai 36,7˚C.
      Berdasarkan data diatas, tampak korelasi antara jenis acara tubuh, suhu tubuh dan suhu lingkungan disekitarnya. korelasi  tersebut memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan suhu tubuh (melampaui suhu di sekitarnya) sesudah kita melaksanakan acara tertentu. Namun yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah peningkatan suhu tubuh maupun suhu lingkungan tidak terjadi secara signifikan (hanya beberapa derajat).  
Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan internal makhluk hidup, khususnya binatang dan manusia. Sebagai contoh, laju respirasi seluler meningkat seiring peningkatan suhu sampat titik tertentu dan kemudian menurun ketika suhu itu sudah cukup tinggi sehingga mendenaturasi enzim. Selain itu sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu (Minarma, 2004).
Organisme uniseluler pada umumnya  tidak bisa bertahan hidup pada lingkungan yang mengalami perubahan suhu yang cepat. Namun di lain pihak, organisme multiseluler kompleks bisa mempertahankan hidup walaupan suhu disekitarnya sangat cepat berubah. Hal ini dikarenakan, organisme multiseluler mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kondisi dalam (milieu interieur). Pertahanan kondisi dalam ini akan melindungi penggalan dalam tubuh organisme terutama sel dari perubahan suhu mendadak atau drastis. Berdasarkan hasil percobaan suhu tubuh meningkat dibandingkan dengan kegiatan lain. Namun tubuh tidak mengalami gangguan yang berarti menyerupai kejang, detak jantung yang sangat cepat dan lain lain. Hal ini bisa memperlihatkan bahwa tubuh bisa mengimbangi perubahan  suhu lingkungan yang datang tiba (Minarma, 2004).
Seorang peneliti biologi Walter Cannon menyebut kemampuan mempertahankan keadaan dalam yang dimiliki oleh makhluk hidup multiseluler sebagai homeostasis. Homeostasis berasal dari bahasa yunani  yaitu, homeo yang berati sama dan stasis yang berati mempertahankan keadaan.  Homeostasis kemudian sering diartikan  sebagai semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk mempertahankan lingkungan internal, dalam kondisi tertentu semoga  tecipata kondisi yang optimal bagi kehidupan organisme yang bersangkutan. Homeostatis mengenal dua jenis keadaan konstan, yaitu:
1.      Sistem tertutup – Keseimbangan statis
    •  Keadaan dalam,  tidak berubah menyerupai botol tertutup.
  1. Sistem terbuka – Keseimbangan dinamik
    •  Keadaan dalam, konstan walaupun sistem ini terus berubah misalnya menyerupai sebuah bak di dasar jeram
Cannon mengajukan empat postulat penting dalam homeostasis, yaitu:
1.      Peran sistem syaraf dalam mempertahankan kesetimbangan antara lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar.
2.      Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3.      Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
4.      Suatu sinyal kimia sanggup menawarkan efek yang berbeda pada jaringan yang berbeda (Minarma,2004).
Kemampuan homeostasis suatu organisme dipengaruhi beberapa hal diantaranya ialah
1.      Variasi diurnal
      Suhu tubuh akan  bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah insan yang tidur pada malam hari dan berdiri sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal malam.  Pada hasil pengamatan, hal ini dibuktikan dengan tingginya temperatur tubuh sebelum tidur malam (sekitar pukul 23.30 wib) yaitu 36,6˚C.  Temperatur tubuh pada kegiatan yang lain rata rata berada dibawah temperatur tersebut

2.                  Kerja jasmani / acara fisik
Setelah  melakukan latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah melaksanakan  latihan berat, suhu tubuh sanggup mencapai 40 ºC. Pada hasil pengamatan, terlihat bahwa suhu tubuh sesudah melaksanakan olahraga tergolong tinggi dibandingkan sesudah melaksanakan kegiatan lain, yaitu sebesar 36,5˚C
       3.  Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh laki-laki lebih tinggi daripada   wanita. Suhu tubuh perempuan dipengaruhi daur haid. Pada dikala ovulasi, suhu tubuh perempuan pada pagi hari dikala berdiri meningkat 0,3 – 0,5 ºC.
4.   Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara  lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh lantaran menyebabkan kendala penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh. Pada hasil pengamatan didapatkan bahwa  suhu tubuh sesudah acara di malam hari lebih tinggi daripada acara yang dilakukan malam hari (anonim, 2009).
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi merupakan elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya binatang berdarah cuek (cold-blood animals) dan binatang berdarah panas (warm-blood animals). Namun ahli-ahli Biologi memakai istilah ektoterm dan endoterm. Pembagian golongan ini didasarkan pada sumber panas utama tubuh binatang tersebut. Hewan ektoterm ialah binatang yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh binatang ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini ialah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan binatang endoterm ialah binatang yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh binatang ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia (Guyton,1993).
Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh binatang dan insan dilakukan untuk mengatur panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh  hewan sanggup terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi ialah perubahan panas tubuh binatang lantaran kontak dengan suatu benda. Konveksi ialah transfer panas akhir adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi ialah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi sanggup mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi ialah proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas (Martini, 1998).
 Berdasarkan efek suhu lingkungan terhadap suhu hewan,  maka binatang dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikioterm dan homoiterm. Suhu tubuh binatang poikioterm dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh penggalan dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan menyerupai ini juga disebut hewan berdarah dingin. Di lain pihak binatang homoiterm  disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh binatang homoiterm lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga sanggup mengatur suhu tubuh. Endotermik biasanya mempertahankan suhu tubuh mereka di sekitar 35 - 40°C (Duke, 1985).
Hewan homoiterm sanggup melaksanakan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akhir kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas ialah binatang yang sanggup menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Proses evaporasi yang dilakukan berfungsi untuk menjaga suhu tubuh semoga tetap konstan. Contoh binatang berdarah panas ialah bangsa burung dan mamalia (Swenson, 1997).
Hewan ektotermik dan endotermik mempertahankan suhu tubuhya dengan mengkombinasikan empat kategori umum dari adaptasi, yaitu:
1.  Penyesuaian laju pertukaran panas antara binatang dengan sekelilingnya.
Insulasi tubuh seperti, rambut, bulu, lemak yang terletak persis di bawah kulit untuk   mengurangi kehilangan panas. Penyesuaian ini terdiri dari beberapa mekanisme, diantaranya
a. binatang endotermik  mengubah jumlah darah yang mengalir ke kulitnya berdasarkan   suhu di sekitarnya. Misal pada suhu cuek maka binatang endotermik akan mengecilkan diameter pembuluh darahnya (vasokontriksi) sehingga terjadi penurunan fatwa darah, sedangkan pada trend panas binatang endotermik akan membesarkan diameter pembuluh darahnya (vasodilitasi) sehingga terjadi peningkatan fatwa darah.
b. Pengaturan arteri dan vena yang disebut penukar panas lawan arus
( countercurrent heat exchanger). Pengaturan lawan arus ini memudahkan pemindahan panas dari arteri ke vena di sepanjang pembuluh darah tersebut
2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporatif.
Hewan endotermik dan ektotermik  terestial kehilangan air melalui pernapasan dan  melalui kulit. Jika kelembapan udara cukup rendah, air akan menguap dan binatang tersebut akan kehilangan panas dengan cara pendingin melalui evaporasi. Evaporasi dari sistem respirasi sanggup ditingkatkan dengan cara panting (menjulurkan pengecap ke luar). Pendinginan melalui evaporasi pada kulit sanggup ditingkatkan dengan cara berendam atau berkeringat
3. Respons perilaku.
Banyak binatang sanggup meningkatkan atau menurunkan hilangnya panas  tubuh dengan cara berpindah tempat. Mereka akan berjemur dibawah terik matahari atau pada kerikil panas selama trend dingin, menemukan tempat sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam tanah pada trend panas, dan bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih sesuai.
4. Pengubahan laju produksi panas metabolik.
Kategori penyesuaian ini hanya berlaku bagi binatang endotermik, khususnya unggas dan mamalia. Hewan endotermik akan meningkatkan produksi panas metaboliknya sebanyak dua tau tiga kali lipat ketika terpapar ke keadaan cuek (Campbell, 2004).
Manusia mempunyai rentan suhu normal insan 36,4 dan 36,7 ˚C. Sedangkan suhu lingkungan normal sekitar 27˚C. Pada hasil pengamatan, suhu lingkungan sanggup berada diatas 27˚C dan mengalami perubahan di setiap kegiatan sanggup disebabkan lantaran suhu merupakan besaran yang sangat bergantung pada keadaan lingkungan sekitar. Masing masing tempat memilki keadaan yang berbeda beda, menyerupai ketinggian dari permukaan laut, tekanan dan kelembapan udara. Kaprikornus tempertur suatu ruang atau kawasan sanggup berubah ubah berdasarkan fungsi keadaannya. Setelah praktikum, didapatkan hasil  bahwa terjadi peningkatan dan penurunan suhu tubuh berdasarkan aktivitas. Hal ini terjadi dikarenakan suatu sistem termoregulasi dalam tubuh, yaitu suatu sistem yang berfungsi mengendalikan naik turunnya suhu tubuh berdasarkan perubahan suhu luar dan acara yang dilakukan oleh organisme. Masing masing organisme yang dalam hal ini ialah insan ,  memilki respon tubuh terhadap perubahan suhu yang berbeda. Berikut ialah faktor faktor yang mensugesti suhu tubuh manusia
1. Usia
     Regulasi suhu tidak stabil hingga anak – anak mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur hingga seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit daripada cukup umur awal. Suhu oral 35º C tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin.  Namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 35ºC.  Lansia terutama sensitive terhadap suhu eskrim, lantaran kemunduran prosedur control, terutama pada control vasomotor, penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan acara kelenjar, dan penurunan metabolism.
2. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga sanggup meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat lama, menyerupai lari jarak jauh sanggup meningkatkan suhu tubuh untuk sementara hingga 41ºC.
3. Kadar Hormon
Secara umum perempuan mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar daripada pria. Variasi tubuh sanggup dipakai untuk memperkirakan masa paling subur pada perempuan untuk hamil.
4.Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 – 1 ºC selama periode 244 jam. Bagaimanapun suhu merupakan irama paing stabil pada manusia. Tapi pola suhu tubuh tidak berubah secara otomatis pada orang yang bekerja malam hari dan tidur siang hari. Perlu waktu 1 – 3 ahad untuk perputaran tersebut berubah. Secara umum irama sirkadian tidak berubah secara usia.
5.Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas dikala masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya sanggup lebih tinggi dari normal.

6.Lingkungan
Lingkungan mensugesti suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan hangat klien mungkin mustahil meregulasi suhu tubuh melalui prosedur pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada diluar lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah lantaran penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang kondusif  ( Potter dan Perry, 1997 ).
Termoregulasi insan berpusat pada hypothalamus anterior.  Terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen. Termoregulasi sanggup menjaga suhu tubuh. Dari perubahan keadaan lingkungan yang terjadi secara datang tiba ataupun lantaran jenis akitifitas yang dilakukan oleh seseorang. Pada suhu tubuh yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan.  Mamalia Memiliki dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor cuek yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh. (Swenson,1997).
Grafik korelasi antara suhu tubuh dan suhu lingkungan menawarkan citra bahwa terjadi adanya perubahan suhu tubuh dan suhu lingkungan pada masing masing kegiatan yang dilakukan oleh praktikan.  Grafik tersebut memperlihatkan adanya keselarasan antara suhu tubuh dan suhu lingkungan. Suhu lingkungan mempunyai derajat yang tidak jauh berbeda dari suhu tubuh.  Hal ini sanggup mengisyaratkan bahwa suhu tubuh dan suhu lingkungan akan saling menyesuaikan. Penyesuaian ini dilakukan untuk mencegah kerusakan dan gangguan sistem dalam tubuh yang sanggup mengganggu kestabilan sel sel, sehingga sel sel rusak dan tidak mapu bermetabolisme secara tepat (Gordon,1992).
Suhu tubuh sanggup mengalami pertukaran dengan suhu lingkungan, artinya panas tubuh sanggup hilang atau berkurang akhir lingkungan yang lebih cuek atau lebih panas. Begitu juga sebaliknya, lingkungan sanggup mensugesti suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara insan dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit (Wasetiawan,2009).
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan lantaran panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai pribadi ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan fatwa dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh (Wasetiawan,2009).
Suhu tubuh insan cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang sanggup menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh insan dalam keadaan konstan, diharapkan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh insan diatur dengan prosedur umpan balik (feed back) yang diperankan oleh sentra pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila sentra temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melaksanakan prosedur umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi jikalau suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan semoga suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melaksanakan serangkaian prosedur untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Guyton, 1993)

Daftar Pustaka

Campbell. 2004.  Biology. Erlangga. Jakarta
Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing.New York.
Guyton, D.C. 1993. Fisiologi Hewan, edisi 2. EGC. Jakarta.
Gordon, M.S.1982. Animal Physiology Principles. MacMillan Pub.Co.New York
Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice  Hall International Inc., New Jersey
Minarma.2004.Homeostasis. www.staff ui.ac.id. Diakses kamis, 8 April 2010 pukul 21.30
Swenson, GM. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing   Co. Inc : USA.


Wasetiawan.2009. Homeostasis.http// blog.unila.ac.id. Diakses Kamis, 8 April 2010 pukul 21.30.


Sumber http://koleksiperpustakaan.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Laporan Praktikum Biologi Dasar Homeostasis (Termoregulasi)"

Posting Komentar