√ Inflasi


Versi materi oleh Ismawanto


Inflasi merupakan keadaan yang sangat berat dirasakan oleh masyarakat dalam suatu negara, lantaran keadaan inflasi mengatakan harga-harga barang secara umum mengalami kenaikan, sehingga masyarakat yang mempunyai pendapatan tetap dan pendapatan yang rendah akan mencicipi dampak negatif/buruk. Hal ini sangat tidak diinginkan oleh suatu negara, apalagi kondisi perekonomian di Indonesia belum stabil, dibarengi dengan kondisi kelangkaan barang dan jasa serta keinginan insan yang selalu meningkat.

Untuk itu, pemerintah berusaha untuk meminimalisir kenaikan laju inflasi biar selalu dalam posisi yang rendah, sehingga masyarakat mencicipi adanya kemakmuran dan sanggup hidup dengan biaya yang ringan.



1. Pengertian Inflasi dan Laju Inflasi

Inflasi ialah suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum (price level) cenderung naik. Dikatakan tingkat harga umum lantaran barang dan jasa yang ada di pasaran mempunyai jumlah dan jenis yang sangat banyak, di mana sebagian besar dari harga-harga tersebut selalu meningkat sehingga berakibat terjadinya inflasi. Sedangkan inflasi murni ialah inflasi yang terjadi sebelum ada campur tangan dari pemerintah, baik berupa kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter.

Adapun yang dimaksud laju inflasi ialah kenaikan atau penurunan inflasi dari periode ke periode atau dari tahun ke tahun.






2. Sebab-Sebab Timbulnya Inflasi

Inflasi yang terjadi dalam suatu negara akan sangat merugikan masyarakat atau konsumen, lantaran keadaan harga barang dan jasa selalu mengalami kenaikan.

Banyak faktor yang menimbulkan terjadinya inflasi, akan tetapi secara garis besar timbulnya inflasi disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.
a. Kenaikan undangan melebihi penawaran atau di atas kemampuan berproduksi (demand pull inflation), di mana terjadi inflasi disebabkan oleh naiknya undangan total terhadap barang dan jasa






Berdasarkan kurva pada Gambar 5.7, sanggup diketahui bahwa undangan suatu barang mengalami kenaikan dari OQ ke OQ1, sehingga harga barang juga naik dari OP ke OP1 dan kurva undangan bergeser dari DD ke D1D1.

b. Kenaikan biaya produksi (cost push inflation), di mana inflasi yang terjadi lantaran meningkatnya biaya produksi, sehingga harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan. Keadaan ini sanggup ditampilkan dalam kurva pada
Gambar 5.8.





Berdasarkan gambar tersebut sanggup diketahui, bahwa semua harga barang setinggi OP dan jumlah barang di pasaran sebesar OQ. Kemudian lantaran adanya kenaikan biaya produksi, maka harga barang naik menjadi OP1 dan jumlah barang yang diminta turun menjadi OQ1, sehingga kurva penawaran bergeser dari SS ke S1S1.

c. Meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat, artinya terdapat penambahan jumlah uang yang beredar, sehingga para produsen menaikkan harga barang.

d. Berkurangnya jumlah barang di pasaran, artinya jumlah barang yang ada di pasar atau jumlah penawaran barang mengalami penurunan, sehingga jumlahnya menjadi sedikit sedangkan undangan akan barang tersebut banyak yang berakibat harga barang naik.

e. Inflasi dari luar negeri (imported inflation), artinya inflasi lantaran mengimpor barang dari luar negeri, sedangkan di luar negeri terjadi inflasi (kenaikan harga barang di luar negeri, sehingga barang-barang impor mengalami kenaikan harga.

f. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation), artinya meningkatnya pengeluaran pemerintah/terjadi deficit anggaran.


3. Jenis-Jenis Inflasi

Penggolongan inflasi sanggup ditinjau dari beberapa segi, di antaranya sebagai berikut.
a. Dilihat dari laju kecepatannya, inflasi dibagi menjadi:
1) inflasi lunak (wild inflation), inflasi yang kecepatannya kurang dari 5% per tahun,
2) inflasi cepat (galloping inflation), inflasi yang kecepatannya 5% atau lebih per tahun
3) inflasi meroket (sky rocketing inflation) atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang kecepatannya lebih dari 10% per tahun.

b. Dilihat dari parah tidaknya, inflasi dibagi menjadi:
1) inflasi ringan, yaitu inflasi di bawah 10% per tahun (belum mengganggu aktivitas perekonomian suatu negara dan masih sanggup dengan gampang untuk dikendalikan),
2) inflasi sedang, yaitu inflasi antara 10%–30% per tahun (belum membahayakan, tetapi sudah menurunkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap),
3) inflasi berat, yaitu inflasi antara 30%–100% per tahun (sudah mengacaukan perekonomian lantaran orang cenderung enggan menabung dan lebih bahagia menyimpan barang),
4) inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi di atas 100% per tahun (mengacaukan aktivitas perekonomian suatu negara dan sulit untuk dikendalikan/diatasi).

c. Dilihat dari sumbernya, inflasi dibagi menjadi:
1) inflasi dari dalam negeri (domestic inflation), artinya inflasi lantaran penciptaan uang gres dan adanya kebijakan anggaran defisit,
2) inflasi dari luar negeri (imported inflation), artinya inflasi terjadi lantaran suatu negara mengimpor barang/jasa dari negara lain yang sedang mengalami inflasi.


4. Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi. Namun, masing-masing teori tersebut bukan teori inflasi lengkap yang meliputi semua aspek penting dari proses kenaikan harga barang.

Ketiga teori ini ialah Teori Kuantitas, Teori Keynes dan Teori Strukturalis.

a. Teori Kuantitas
Teori Kuantitas mengemukakan bahwa terjadinya inflasi bergotong-royong hanya disebabkan oleh satu faktor, yaitu kenaikan jumlah uang yang beredar (JUB). Inti dari teori ini ialah sebagai berikut.

1) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume
uang yang beredar (baik penambahan uang kartal atau penambahan uang giral). Menurut teori kuantitas yang dikemukakan oleh Irfing Fisher, MV = PT. Faktor yang dianggap konstan ialah V dan T, sehingga kalau M (money in circulation) bertambah, maka akan terjadi inflasi (kenaikan harga).

2) Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang.Apabila masyarakat sudah beranggapan demikian, maka tidak ada kecenderungan untuk menyimpan uang tunai lagi dan mereka lebih suka menyimpan harta kekayaannya dalam bentuk barang.

Kelemahan dari teori kuantitas di antaranya sebagai berikut.
1) Pada kenyataannya perubahan jumlah uang yang beredar (M) tidak secara pribadi menaikkan “money spending” atau penggunaan uangnya.
2) Kecepatan laju peredaran uang (V) tidak bersifat stabil dalam masyarakat modern. Oleh lantaran dalam masyarakat modern uang merupakan alat pembayaran dan penimbun kekayaan, sehingga kalau ada kelebihan uang akan dipakai untuk menambah kas, menambah tabungan bank, menambah pembelian surat berharga, dan menambah pembelian barang/jasa.

b. Teori Keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan pada teori makronya. Menurut Teori Keynes, inflasi terjadi lantaran suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Keadaan menyerupai ini ditandai dengan undangan masyarakat akan barang-barang melebihi jumlah barang- barang yang tersedia, sehingga menjadikan inflationary gap. Selama inflationary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi berkelanjutan.

Keynes tidak sependapat dengan pandangan dari teori kuantitas yang menyatakan bahwa kenaikan jumlah uang yang beredar akan menjadikan kenaikan tingkat harga, sementara perubahan jumlah uang yang beredar tidak akan menjadikan peningkatan pendapatan nasional. Selanjutnya, Keynes beropini bahwa kenaikan harga tidak hanya ditentukan oleh kenaikan jumlah uang yang beredar saja, tetapi juga ditentukan oleh kenaikan dalam ongkos produksi.

c. Teori Strukturalis
Teori Strukturalis ialah teori inflasi jangka panjang lantaran menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan (infleksibilitas) struktur ekonomi suatu negara. Menurut teori ini, ada dua ketegaran (kekakuan) utama dalam perekonomian negara sedang berkembang yang sanggup menjadikan inflasi, yaitu ketegaran persediaan materi masakan dan barang-barang ekspor.

Oleh lantaran pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga sanggup berakibat menaikkan harga materi masakan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya ialah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi. Inflasi menyerupai ini tidak bisa diobati hanya dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, tetapi harus dengan pembangunan sector materi masakan dan ekspornya.


5. Cara-Cara Mengatasi Inflasi

Pemerintah dalam mengendalikan inflasi (kenaikan harga), menempuh beberapa cara baik melalui kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun kebijakan nonmoneter dan fiskal, yang semuanya bertujuan untuk sanggup menstabilkan keadaan perekonomian di Indonesia secara umum.

a. Kebijakan Moneter
Untuk mengurangi laju inflasi pada suatu negara, pemerintah sanggup mengeluarkan kebijakan moneter, yaitu berupa kebijakan yang berkaitan dengan pengaturan peredaran uang biar sanggup menjamin kestabilan nilai uang.

Tujuan pemerintah melaksanakan kebijakan moneter antara lain sebagai berikut.
1) Menyelenggarakan dan mengatur peredaran uang.
2) Menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang rupiah, baik untuk dalam negeri maupun kemudian lintas pembayaran luar negeri.
3) Memperluas, memperlancar, dan mengatur kemudian lintas pembayaran uang giral.
4) Mencegah terjadinya inflasi.

Kebijakan moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dalam rangka mengatasi inflasi antara lain sebagai berikut.

1) Politik diskonto (discount policy)
Bank sentral sanggup menjalankan pengaruhnya atas jumlah uang yang beredar dengan jalan menaikkan atau menurunkan suku bunga (diskonto). Dengan menaikkan suku bunga, maka sanggup mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya kalau suku bunga turun sanggup menambah jumlah uang yang beredar. Jadi, politik diskonto ialah kebijakan bank yang bekerjasama dengan perubahan tingkat suku bunga.

2) Politik pasar terbuka (open market policy)
Dengan politik pasar terbuka bank sentral secara aktif akan membeli atau menjual surat berharga dengan tingkat suku bunga tertentu. Jika bank sentral membeli surat berharga, maka akan memberi efek untuk menambah jumlah peredaran uang. Sebaliknya kalau bank sentral menjualnya, maka uang banyak yang ditarik dari peredaran. Jadi, politik pasar terbuka ialah kebijakan yang bekerjasama dengan pembelian dan penjualan surat berharga.

3) Politik pembatasan kredit (plafon credit policy)
Dengan politik ini kredit yang akan diberikan kepada masyarakat dilakukan pemilihan atau seleksi dan memilih mana yang sangat memerlukan. Kredit yang diberikan lebih dahulu ditentukan pembatasan banyaknya kredit (kuantitas) dan sifat kredit (kualitas), sehingga sanggup memengaruhi peredaran jumlah uang di masyarakat. Jadi, politik pembatasan kredit ialah membatasi proteksi pinjaman atau kredit kepada masyarakat.

4) Politik uang ketat (tight money policy)
artinya kebijakan untuk mengurangi banyaknya jumlah uang yang beredar.

5) Politik cadangan kas (cash ratio policy)
Bank sentral sanggup memilih jumlah cadangan kas minimum yang harus ada di bank-bank umum, dengan tujuan biar kredit yang diberikan kepada masyarakat sanggup dikendalikan, sehingga sanggup memengaruhi jumlah uang beredar. Jadi, politik cadangan kas ialah kebijakan yang bekerjasama dengan perbandingan antara kas dengan kredit yang diberikan kepada masyarakat.

b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara. Kebijakan fiskal yang ditempuh untuk mengatasi inflasi di antaranya sebagai berikut.
1) Mengurangi pengeluaran negara.
2) Penghematan pengeluaran pemerintah (disesuaikan dengan rencana).
3) Pengurangan utang luar negeri.
4) Menaikkan atau mengefektifkan pajak.

c. Kebijakan Nonmoneter dan Nonfiskal
Kebijakan nonmoneter dan nonfiskal artinya kebijakan untuk mengatasi inflasi dengan tidak memengaruhi jumlah uang yang beredar maupun pendapatan dan pengeluaran negara.
Bentuk kebijakan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1) Peningkatan produksi dan peningkatan jumlah barang di pasaran.
2) Kebijakan upah dengan menaikkan upah riil yang sudah memperhitungkan inflasi.
3) Pengendalian dan pengawasan harga, contohnya pemerintah tetapkan kebijakan harga maksimum.


6. Dampak Inflasi

Secara garis besar dampak inflasi terhadap perekonomian antara lain sebagai berikut.
a. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara, lantaran berkurangnya investasi dan berkurangnya minat menabung.
b. Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak sanggup menjangkau harga barang, lantaran harga barang mengalami kenaikan.
c. Jika terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran, lantaran pemerintah berusaha untuk menekan harga.
d. Masyarakat akan cenderung untuk menyimpan barang daripada menyimpan uang.
e. Nilai mata uang turun, lantaran adanya kenaikan harga barang.

Inflasi juga memengaruhi masyarakat, baik yang berpenghasilan tetap atau tidak tetap. Adapun dampak inflasi terhadap penghasilan masyarakat ialah sebagai berikut.
a. Dalam masa inflasi, nilai harta tetap mengalami kenaikan harga melebihi kenaikan inflasi. Pendapatan riil penduduk berpenghasilan tidak tetap mengalami penurunan atau merosot. Dengan demikian inflasi akan memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan di antara anggota masyarakat.
b. Inflasi merugikan masyarakat yang berpendapatan tetap, lantaran upah/gaji yang diperoleh tidak sanggup mengikuti/ menyesuaikan kenaikan harga, sehingga semakin berat dirasakan oleh masyarakat.
c. Inflasi menimbulkan orang-orang enggan untuk menabung dan mendorong untuk mencari pinjaman dalam rangka menyesuaikan pendapatan. Hal ini akan menghambat perkembangan dunia usaha.


7. Deflasi

Deflasi merupakan suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum mengalami penurunan. Deflasi sanggup terjadi oleh lantaran keadaan harga barang mengalami kenaikan dan penurunan, di mana dari hasil penghitungan sanggup diketahui bahwa sebagian besar barang mengalami penurunan harga sedangkan sebagian yang lain mengalami kenaikan.

Deflasi akan sangat menguntungkan bagi konsumen, lantaran harga barang yang akan dibeli menjadi murah, sehingga sanggup terjangkau oleh konsumen yang berpendapatan tetap dan kecil.

Sumber http://www.ssbelajar.net/

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Inflasi"

Posting Komentar