√ Tak Selesai Sekolah, Laki-Laki Ini Jadi Pengusaha Dari Hobinya Tangkap Belut

Ratno Siswoyo sosok pendiri perjuangan belut goreng Pak Ratno √ Tak Tamat Sekolah, Pria Ini Kaprikornus Pengusaha Dari Hobinya Tangkap Belut

Kisah pengusaha sukses Ratno Siswoyo, sosok pendiri perjuangan Belut Goreng Pak Ratno yang tak pernah lulus sekolah.


Klaten, Jawa Tengah – Bukan perkara gampang menciptakan perjuangan kuliner yang bisa menjadi jujukan wisatawan dalam memburu oleh-oleh. Itulah yang dilakukan Ratno Siswoyo dengan perjuangan belut gorengnya. Meski terletak lebih dari lima kilometer dari sentra kota, tepatnya di Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi, para pembeli rela mencari toko Ratno membeli belut goreng sebagai oleh-oleh khas Klaten.


Ratno memulai bisnis keripik belut ini semenjak tahun 1966. Awalnya laki-laki 66 tahun tersebut tak menyana bahwa usahanya akan menjadi besar. Kegemaran Ratno menangkap belut di persawahan memberinya ilham untuk mengolah belut dan menjajakannya dengan bungkus plastik kecil.


Pelanggan pertama belut goreng masakan Ratno tiba dari Jakarta. Dibantu dua karyawan, waktu itu Ratno rutin memasarkan keripik belut tersebut ke ibu kota.


Baca Juga Artikel Ini :


Industri Keripik Belut di Daerah Godean


Sukses Menjalankan Bisnis Modal Kecil Dari Belut


Namun, perjuangan tak selamanya mulus. Ratno pernah gulung tikar karena biaya pengiriman yang terlalu besar. “Dulu belum ada jasa pengiriman, Mas. Karena itu ongkos transpor membengkak, kita rugi banyak,” kenang bapak dua anak tersebut, Senin (30/1).

style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">



Alih-alih gulung tikar, Ratno mencoba menjajakan sendiri belut gorengnya dengan membuka toko di rumah. Berkat kerja keras, perjuangan Ratno pun kembali mulus. Kini Ratno mempunyai tiga toko di Kecamatan Wedi yang dua di antaranya dikelola oleh anak-anaknya.


Dalam sebulan, Ratno sanggup menjual minimal 4,5 kuintal belut dengan omzet puluhan juta rupiah. Keberhasilan Ratno pun semakin terlihat dari awal dua karyawan kini ia bisa menggaji 32 orang karyawan. “Tujuan saya yang utama perjuangan ini untuk keluarga terutama anak-anak,” katanya.


Kisah Pengusaha Sukses yang Kini Kaprikornus Ikonik Kecamatan Wedi


Ratno Siswoyo sosok pendiri perjuangan belut goreng Pak Ratno √ Tak Tamat Sekolah, Pria Ini Kaprikornus Pengusaha Dari Hobinya Tangkap Belut

Belut goreng buatan Ratno menjadi oleh-oleh khas dan diburu wisatawan, tiap bulan Ratno menghabiskan 4,5 kuintal.


Sosok Ratno memang sederhana dan bersahaja. Meski tak pernah lulus sekolah, ia terbilang sangat gigih membangun usaha. Tak heran Belut Goreng Pak Ratno kini ikonik di Kecamatan Wedi, bahkan Kabupaten Klaten.


Saat mendengar kata Kecamatan Wedi maupun Kabupaten Klaten, yang teringat nama Pak Ratno dan belut gorengnya. Hal tersebut dialami Emma, salah satu pembeli dari Surabaya yang rela menyempatkan tiba ke tempat Ratno dikala berkunjung ke Klaten. “Sudah semenjak dulu saya dengar Belut Goreng Pak Ratno dari Klaten, tapi gres kali ini ke sini. Agak sulit mencarinya, tapi syukur ketemu,” ungkapnya.


Pembeli yang tiba ke tempat Ratno berasal dari banyak sekali daerah, bahkan ada warga Kepulauan Riau yang berlangganan hingga sekarang. Selain menjual belut goreng di tiga tokonya di Kecamatan Wedi, Ratno juga mengirimnya ke beberapa kota besar menyerupai Jakarta.


Dua Kali Proses Penggorengan


Ratno Siswoyo sosok pendiri perjuangan belut goreng Pak Ratno √ Tak Tamat Sekolah, Pria Ini Kaprikornus Pengusaha Dari Hobinya Tangkap Belut

Dengan mempekerjakan 32 orang karyawan yang kini membantunya, dari pagi dapur Ratno sudah mengepul.


Ratno mengemas belut gorengnya dalam banyak sekali ukuran kemasan yaitu seperempat, setengah, dan satu kilogram. Per seperempat kilogram belut goreng dijual dengan harga 22.500 rupiah. Dalam prosesnya, dilakukan dua kali penggorengan sehingga sangat renyah.


Bahan belut didatangkan Ratno dari sejumlah tempat di Jawa Timur menyerupai Situbondo dan Lumajang. Penggorengan pertama materi belut dilakukan memakai minyak hangat, gres sehabis itu digoreng lagi dengan minyak panas. “Kami dua kali menggoreng dan sehabis digoreng tidak eksklusif dikemas biar renyah,” ungkap Ratno.


Ratno mengklaim produknya bisa bertahan hingga tujuh bulan. Seluruh proses dilakukan secara manual tanpa mesin spinner untuk meniriskan minyak. Setelah digoreng, belut didiamkan satu hingga dua bulan dulu biar minyak mengendap seluruhnya.


Selain belut goreng, Ratno juga menciptakan produk lain menyerupai keripik bayam, keripik pare, dan rempeyek ikan wader. Harapan sederhana namun berarti dari usahanya yaitu bisa menghidupi anak cucu Ratno kelak.


Tim Liputan BisnisUKM

style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">



(Rizki B. P)


Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Solo Raya



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Tak Selesai Sekolah, Laki-Laki Ini Jadi Pengusaha Dari Hobinya Tangkap Belut"

Posting Komentar