✔ Tradisi Ekspresi Di Dalam Masyarakat

Tradisi verbal ialah dongeng verbal wacana suatu tempat atau tokoh yang dibentuk teks kisahan dalam banyak sekali bentuk, mirip syair, prosa, lirik, syair bebas, dan nyanyian.

1. Macam-macam Tradisi Lisan Dalam Masyarakat

Macam-macam tradisi verbal yang terdapat dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut.
  1. Cerita wacana terjadinya suatu tempat yang berbentuk syair bebas dan ditampilkan hal-hal yang tidak benar-benar terjadi.
  2. Cerita rakyat mengenai seorang tokoh di suatu daerah, baik tokoh yang bersifat baik dan berjasa bagi wilayahnya maupun tokoh yang bersifat buruk, jahat dan merugikan orang lain.
  3. Cerita rakyat wacana misteri atau ke ghaiban di suatu tempat, contohnya makam seorang tokoh, goa, watu besar, dan sebagainya.

2. Contoh Tradisi Lisan dalam Masyarakat

a. Asal Usul Gunung Tangkuban Parahu (Cerita Rakyat dari Jawa Barat)


Di Jawa Barat tepatnya di kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya ialah bahtera yang terbalik. Diberi nama mirip alasannya ialah bentuknya memang ibarat bahtera yang terbalik. Konon berdasarkan dongeng rakyat parahyangan gunung itu memang merupakan bahtera yang terbalik. Berikut ialah singkat ceritanya.

Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seoranh ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu berjulukan Dayang Sumbi. Dia sangat bagus dan cerdas, sayangnya beliau sangat manja. Pada suatu hari ketika sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi murka kemudian bersumpah, beliau akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat sehabis kata-kata sampah itu diucapkan, tiba seekor anjing sakti yang berjulukan Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayanh Sumbi harus menikahi anjing tersebut.

Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak insan tapi mempunyai kekuatan sakti mirip ayahnya. Anak ini diberi nama sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuriang selalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang berjulukan Tumang yang beliau ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkurianh tumbuh menjadi seorang cowok yang tampan dan gagah perkasa.

Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa usang mencari tanpa hasil, sangkuriang merasa putus asa, tapi beliau tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa beliau mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah beliau menyerahkan daging Tumang pada ibunya. Dayang Sumbi yang mengira daging itu ialah daging rusa, merasa bangga atas keberhasilan anaknya. Segera sehabis pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tanpa akibatnya beliau menyampaikan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat marah, dalam kemarahannya beliau memukul Sangkuriang hingga pingsan sempurna di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya. Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.

Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang perempuan yang sangat cantik. Segera saja beliau jatuh cinta pada perempuan tersebut. Wanita itu ialah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun mendapatkan dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, ketika sedang mengelus rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang , akibatnya beliau menyadari bahwa beliau hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berfikir keras beliau akibatnya tetapkan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus menciptakan sebuah bendungan yang sanggup menutupi seluruh bukit kemudian menciptakan sebuah bahtera untuk menyusuri bendungan yang sanggup menutupi seluruh bukit kemudian menciptakan sebuah bahtera untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memperlihatkan sesuatu kekuatan aneh. Tak lupa beliau juga memakai kekuatan yang beliau sanggup dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa ketika sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk menciptakan sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menuntaskan pekerjaannya, beliau berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekejaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.

Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebiu cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari bahwa beliau telah ditipu. Dengan sangat murka beliau mengutuk Dayang Sumbi dan menendang bahtera buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada di sana dalam keadaan terbalik dan membentuk gunung Tangkuban Perahu (perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, kini kita mengenalnya sebagai bukit Tunggul. Bendungan yang dibentuk Sangkuriang mengakibatkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.

b. Malin Kundang (Cerita Rakyat dari Sumatra Barat)

Menceritakan seorang janda berjulukan Mande Rubayah dan anak laki-lakinya berjulukan Malin Kundang. Mereka hidup miskin. Setelah Malin Kundang menginjak dewasa, ia merantau untuk bekerja biar kehidupannya lebih baik. Ibunya selalu mendoakan biar anaknya selalu sehat, selamat, dan gampang mencari rezeki.

Bertahun-tahun Malin Kundang tidak pulang ke rumah menemui ibunya, ternyata ia telah menikah dengan putri seorang darah biru yang kaya raya. Pada suatu hari Malin Kundang dengan istrinya naik kapal yang sangat bagus, kemudian mendarat di pantai akrab rumah ibunya.

Mengetahui anaknya tiba ibunya sangat senang, segera memeluk erat Malin Kundang anaknya. Namun ternyata Malin Kundang tidak mengakui bahwa itu ibu kandungnya. Apalagi istrinya, berulang kali meludah di akrab ibunya dan menghina. Malin Kundang menendang ibunya hingga jatuh dan pingsan, kemudian ia naik kapal dsn berlayar lagi.

Setelag ibu Malin Kundang sadar dari pingsannya, ia berdoa apabila suami istri yang bersikap berangasan tadi benar anak dan menantunya, biar menerima jawaban atas perlakuannya.

Tidak usang kemudian, cuaca yang sebelumnya cerah, berkembang menjadi gelap gulita, hujan turun dengan lebat, petir menggelegar, dan ombak lautan sangat besar. Kapal yang ditumpangi Malin Kundang dan istrinya oleng dan hancur, kemudian tenggelam. Malin Kundang dan istrinya meninggal seketika. Menurut cerita, pecahan kapal dan Malin Kundang berkembang menjadi batu.

3. Keberadaan dan Perkembangan Tradisi Lisan dalam Masyarakat

Beberapa puluh tahun yang kemudian eksistensi tradisi ekspresi terutama dongeng rakyat, mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat, terlebih lagi masyarakat pedesaan.

Peranan tradisi ekspresi pada masa lampau yaitu sebagai hiburan dan pengetahuan. Banyak orang tua yang menceritakan/mendongengkan kepada anaknya dongeng apa saja yang mereka ketahui. Mendongeng sering dilakukan pada ketika akan tidur malam atau pada ketika luang di siang hari.

Anak-anak sangat senang dan terkesan dengan dongeng/cerita yang mereka dapatkan dari orang tua maupun guru atau tokoh masyarakat. Setelah mereka dewasa, banyak dongeng/cerita yang mereka ketahui itu disampaikan kepada anak-anaknya, sehingga dongeng rakyat di suatu tempat tetap diketahui.

Namun kini alasannya ilmu pengetahuan dan teknologi sudah banyak mengalami perubahan ke arah kemajuan, peranan dongeng rakyat/tradisi ekspresi makin surut.

Perkembangan teknologi mengakibatkan di sekitar kita banyak benda atau akomodasi yang sanggup menghibur dan memperlihatkan akomodasi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: televisi, tape, VCD, DVD, handphone, internet, surat kabar, majalah, dan masih banyak lagi. Anak-anak indonesia kini lebih mengenal cerita: Doraemon, Sponge Bob, Winnie Tho Pooh (yang merupakan film impor), dari pada dongeng Malin Kundang dan Sangkuriang.

Melihat keadaan yang ibarat itu, kita harus peduli biar tradisi ekspresi yang terdapat di banyak sekali tempat sanggup tetap lestari. Upaya pelestarian tradisi lisan, antara lain melalui pengajaran di sekolah-sekolah, penayangan tradisi ekspresi melalui televisi, dan penulisan dongeng rakyat dalam bentuk buku yang diberi gambar berwarna biar lebih menarik membacanya.

Dalam perkembangannya, tradisi ekspresi mencangkup banyak sekali jenis teater yang memanfaatkan seni kata sebagai penggalan penting dalam pementasannya. Jenis teater itu terdapat di banyak sekali tempat Indonesia, contohnya didong (Aceh), randai (di Minang), lenong (di Betawi), ludruk (di Jawa), patu (di Bima), tanggomo (di Gorontalo), dan Mendu (di Melayu).

Di kurun globalisasi, dengan majunya sarana info ternyata sanggup berbagi tradisi ekspresi dari banyak sekali daerah. Misalnya: Wayang dan Lenong.

Demikianlah pembahasan mengenai "Tradisi Lisan di Dalam Masyarakat", semoga dengan adanya artikel ini sanggup menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat untuk anda.

Sumber http://genwisaku.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "✔ Tradisi Ekspresi Di Dalam Masyarakat"

Posting Komentar