√ Hobi Merajut, Gadis 25 Tahun Ini Impikan Kampung Rajut Di Surabaya

 tahun ini sukses jalani bisnis kerajinan rajut di Surabaya √ Hobi Merajut, Gadis 25 Tahun Ini Impikan Kampung Rajut di Surabaya

Gadis 25 tahun ini sukses jalani bisnis kerajinan rajut di Surabaya, Ia juga ikut aktif memberdayaan dari eks Sosialisasi Doli sebagai perajut.


Merajut tak selalu identik dengan kegiatan orang tua, khususnya nenek-nenek. Terbukti, acara merajut kini semakin digandrungi oleh generasi muda, terutama kaum hawa.


Seperti yang dialami Dewi Arum Muqaddimah (25). Pemilik Myknitted Indonesia ini awalnya iseng-iseng main ke rumah neneknya dikala liburan, Dewi yang dikala itu belum mempunyai talenta merajut, tidak sengaja menjumpai nenek dan tantenya sedang asyik merajut taplak, syal, bros, baju dan sepatu untuk bayi atau anak-anak.


Tertarik melihat hasil rajutan mereka, khususnya sepatu untuk bayi, Dewi mulai berpikir, mengapa tidak menciptakan sepatu rajut untuk orang remaja yang bisa digunakan kemana-mana?


Dari sinilah awal kecintaan Dewi sampai kesannya menekuni bisnis kerajinan rajut. Meski awalnya Dewi menciptakan sepatu rajut beralaskan gabus, namun berkat penemuan bersama tantenya dengan mencari isu dari internet, kini sepatu rajutannya sudah beralaskan dari sol. Hal ini, selain menunjukkan kenyamanan bagi si pemakai sepatu, gabus juga gampang tembus jikalau mengenai benda tajam, menyerupai paku.


Sepatu Rajut Myknitted 100% Handmade


 tahun ini sukses jalani bisnis kerajinan rajut di Surabaya √ Hobi Merajut, Gadis 25 Tahun Ini Impikan Kampung Rajut di Surabaya

Karena sepatu rajut buatan Dewi 100% handmade, pembelinya banyak yang mencarinya bahkan sampai dari luar pulau, menyerupai Sumatera dan Papua.


Meski produk rajutan yang dihasilkan Dewi aneka macam seperti, baju, tas, aksesoris, saku handphone atau daerah botol minuman, namun yang menjadi produk unggulan di Myknitted tetaplah sepatu rajut. Hal ini dikarenakan warna, ukuran, maupun model sepatu rajutnya bisa dipesan sesuai seruan si pembeli. Tidak hanya itu, sepatu rajut buatannya diklaim 100% handmade (kerajinan tangan).


“Karena kita tahu, diluar sana aneka macam sepatu rajut, tapi sesudah dilihat secara teliti ternyata tidak 100% handmade melainkan sepatu plastik yang atasnya ditempelin dengan rajutan. Beda dengan di Myknitted, sepatu rajutannya orisinil handmade, itu yang bikin pembeli suka,” ungkapnya di Stan Disperindag ITC Mall Surabaya, Senin (6/3/2017).


Karena 100% handmade inilah, pembelinya banyak yang mencarinya bahkan sampai dari luar pulau, menyerupai Sumatera dan Papua. Meskipun di Pulau jawapun tak kalah banyak yang memesannya, menyerupai Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.


Untuk pemasarannya, Dewi mengaku tidak merasa kesulitan. Karena dikala kuliah di Unair Surabaya beliau mengambil jurusan Manajemen Pemasaran. “Cara berbagi dan memasarkan produk bahkan mengelola administrasi keuangan saya pelajari dikala saya kuliah. Jadi, saya tinggal mempraktekan saja bisnis ini dengan apa yang telah diajarkan di sekolah,” kata Dewi yang sudah mengeluti usahanya selama 7 tahun ini.

style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="5485024081"
data-ad-format="link">



Tak jarang, Dewi juga mengandalkan pemasarannya melalui media sosial, menyerupai instagram, twitter, dan facebook, kerjasama dengan pemerintah dan menunjukkan pelatihan-pelatihan di sekolah-sekolah.


Keterbatasan Tenaga Kerja


Dalam menjalankan roda bisnis kerajinan rajut ini, Dewi dibantu oleh 14 orang yang mana 4 orang merupakan pegawai Myknitted sedangkan 10 orang lainnya merupakan Pemberdayaan dari eks Sosialisasi Doli yang membantu merajut aksesoris di Myknitted. Setiap harinya Myknitted bisa menuntaskan 1-2 pasang sepatu rajut per orangnya. Untuk baju, syal, dan taplak bisa menuntaskan 2-3 rajutan. Sedangkan untuk aksesoris, 1 orang bisa menuntaskan 50 rajutan.


Baca Juga Artikel Ini :


Modal Rp 25 Ribu, Ibu RT Ini Bisnis Kerajinan Beromzet Jutaan Rupiah


Sempat Mati Suri, Suandewi Bangkitkan Lagi Usaha Kerajinan Kepompong


Meskipun bisnis ini sudah berjalan 7 tahun bukan berarti tidak ada hambatan dalam operasionalnya. “Kendala yang kami hadapi, sulitnya mempertahankan kualitas barang lantaran seni rajut diharapkan keuletan, ketelitian, dan ketelatenan maka solusinya  kami harus sering-sering melaksanakan kontroling terhadap produk itu sendiri biar kualitas tetap elok dan pembeli tidak kecewa. Selain itu, keterbatasan akan skill Sumber Daya Manusia (SDM) yg mempunyai talenta merajut. Semakin banyak order, semakin sulit memenuhi pesanan rajutan maka solusinya kami aktif mengadakan pemberdayaan ataupun pelatihan-pelatihan di sekolah-sekolah,” ungkapnya.


Tidak hanya berfokus mencari keuntungan, Dewi juga membagikan tips merawat hasil rajutan untuk pembaca BisnisUKM.com. “Sebaiknya rajutan jangan dibersihkan dengan deterjen tapi memakai sabun cair saja dan mencucinya pun jangan di kucek atau di sikat melainkan cukup di bilas dengan air kemudian di peras-peras saja jikalau kotor. Untuk mengeringkannya pun jangan digantung di paku hal ini akan menciptakan rajutan menjadi melar. Tapi cukup diletakkan di atas papan dalam kondisi panas atau terkena sinar matahari, lantaran jikalau tidak kering akan menjadikan lembab dan mengakibatkan bau.


Impikan Kampung Rajut Surabaya


 tahun ini sukses jalani bisnis kerajinan rajut di Surabaya √ Hobi Merajut, Gadis 25 Tahun Ini Impikan Kampung Rajut di Surabaya

Melihat aneka kerajinan rajut diminati kalangan wanita, Dewi mempunyai harapan untuk mendirikan kampung rajut di Surabaya.


Merajut yaitu suatu kegiatan yang sebetulnya mengasikan. Dulu, kegiatan ini selalu identik dengan dunia para orang bau tanah terutama para nenek dan ibu yang sedang hamil.


Namun sekarang, rajut sudah bukan merupakan kegiatan yang selalu dihubungkan dengan para manula dan perempuan hamil saja. Juga bukan hanya untuk mengisi waktu luang saja. Saat ini sudah banyak anak muda yang tertarik untuk mendalami ilmu ihwal rajut.


Seni rajut telah menjadi serpihan dari seni keterampilan tangan yang berkembang dengan pesat dan menjadi serpihan dari budaya global. Rajut sudah menjadi milik dunia dan sudah tidak dikonotasikan lagi sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mengisi waktu luang saja. Karena dari hobi merajut juga bisa mendatangkan penghasilan.


Saat ini seni rajut juga telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Model kerajinan rajut juga bisa mengikuti perkembangan jaman dan tidak dipandang lagi sebagai barang yang kuno dan menjemukan.


Oleh alasannya yaitu itu, Dewi mempunyai impian, mungkinkah Kota Surabaya dijadikan sebagai kampung rajut. “Seni rajut yang identik dengan kegiatan nenek-nenek ini alangkah baiknya dilestarikan dengan cara menularkan ke bawah umur muda yang kreatif yang mana produknya bisa go internasional dan bisa membawa nama harum bangsa. Jika di Tanggulangin Sidoarjo ada industri jaket kulit dan sepatu maka saya ingin di Surabaya ada kampung rajut,” harapnya.


Liputan BisnisUKM

style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-6037247388376359"
data-ad-slot="7037953167">



(/Andry)


Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Surabaya



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Hobi Merajut, Gadis 25 Tahun Ini Impikan Kampung Rajut Di Surabaya"

Posting Komentar