Sejarah Jakarta (46): Sejarah Pasar Tanah Abang; Jalan Masuk Kali Krukut, Landhuis Daalxigt, Trem Dan Stasion Kereta Api
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Pasar Tanah Abang ialah salah satu pasar tertua di Jakarta. Sudah dikenal semenjak masa VOC. Pasar Tanah Abang masih eksis hingga ini hari. Pasar Tanah Abang diduga setua Pasar Senen. Dua pasar ini menjadi simpul perdagangan antara Kasteel Batavia atau Stad (kota) Batavia dari arah pantai dengan pedalaman. Pasar Senen simpul pedagangan dari pedalaman sisi timur sungai Tjiliwong dan Pasar Tanah Abang simpul perdagangan dari pedalaman sisi barat sungai Tjiliwong. Pada Peta 1682 di tempat dimana kelak dikenal sebagai Tanah Abang sudah ada bangunan rumah orang Eropa/Belanda dan kanal sungai Kroekoet.
Pasar Tanah Abang ialah salah satu pasar tertua di Jakarta. Sudah dikenal semenjak masa VOC. Pasar Tanah Abang masih eksis hingga ini hari. Pasar Tanah Abang diduga setua Pasar Senen. Dua pasar ini menjadi simpul perdagangan antara Kasteel Batavia atau Stad (kota) Batavia dari arah pantai dengan pedalaman. Pasar Senen simpul pedagangan dari pedalaman sisi timur sungai Tjiliwong dan Pasar Tanah Abang simpul perdagangan dari pedalaman sisi barat sungai Tjiliwong. Pada Peta 1682 di tempat dimana kelak dikenal sebagai Tanah Abang sudah ada bangunan rumah orang Eropa/Belanda dan kanal sungai Kroekoet.
Pasar Tanah Abang, 1770-1772 |
Pada waktu yang relatif sama, di tenggara benteng (fort) Noordwijk Cornelis Chastelein membuka lahan untuk perkebunan. Pada tahun 1697, Chastelein sudah mempunyai sebuah rumah dan dua pabrik gula di area gres ini. Area kepemilikan Cornelis Chastelein ini kemudian dikenal sebagai Weltevreden. Setahun sebelumnya tahun 1696 Cornelis Chastelein juga membuka lahan di Sringsing (kini Lenteng Agoeng) dan kemudian pada tahun 1704 Cornelis Chastelein membeli lahan gres di Depok.
Add caption |
Keberadaan Pasar Tanah Abang kali pertama disebut Johannes Rach dalam lukisan tahun 1770-1772. Rach menyebut nama pasar itu Pasar Nabang (baca: Pasar Tanah Abang). Jaraknya sekitar 2.5 pal dari batas Batavia dan 5 pal dari Stad (kota) Batavia. Lukisan lain dari Johannes Rach (1770-1772) ialah Pasar Senen. Dalam lukisan terlihat lurus ke selatan ialah jalan Kramat menuju Buitenzorg. Sementara jalan ke arah barat menuju Pasar Tanah Abang. Jalan ini kini dikenal sebagai jalan dan jembatan Kwitang.
Pasar Senen di Weltebreden, 1770-1772 |
Itulah awal keberadaan Pasar Senen atau Pasar Vinck atau Pasar Weltevreden dan awal keberadan Pasar Tanah Abang. Dua pasar besar yang sudah eksis semenjak masa VOC yang saling terhubung bersahabat di selatan kota (stad) Batavia.
Pasar Tanah Abang Era Pemerintah Hindia Belanda
Nama Pasar Tanah Abang gres muncul kembali ke permukaan pada masa Pemerintah Hindia Belanda tahun 1810 (lihat Bataviasche koloniale courant, 28-12-1810). Nama-nama pasar yang ada ketika itu ialah pasar yang berada di Meester Cornelis (kini Jatinegara); Weltevreden (Pasar Senen atau Pasar Vincke); Tanah Abang, Poelo Gadong; Tjilintjing; Tjiassem; Tjintiga; Bazaar Baroe (Palmerah?); Bazaar Lama (Kebajoran?); dan Simplicitas (Pondok Laboe). Pasar-pasar ini ialah pasar dimana terdapat orang Eropa/Belanda dan kantor polisi (lihat Java government gazette, 30-01-1813).
Landhuis Daalxigt di Tanah Abang (Peta 1825) |
Pada tahun 1817 terdapat sebanyak 16 buah pasar di seputar Batavia (lihat Bataviasche courant, 19-07-1817). Pasar-pasar tersebut berada di Weltevreden, Meester Cornelis,Tjilintjing, Bekassi. Kedaung, Tjabang Boengie, Tandjoeng Oost, Pondok Gede, Tanah Abang, Tandjong West, Tangerang, Bazaar Baroe Grinding, Maoek, Djengot, Pondok Laboe dan Tjiassem. Disebutkan, terhadap pasar-pasar ini dikenal pajak sebesar lima persen.
Tanah Abang (Peta 1625) |
Pada Peta 1825 di Pasar Tanah Abang teridentifikasi sejumlah bangunan. Bangunan-bangunan di Pasar Tanah Abang ini terlihat agak terpencil jauh dari keramaian di Rijswijk, Noordwijk dan Weltevreden. Pada Peta 1825 Pasar Senen di Weltevreden tampak sangat besar, jauh lebih besar bila dibandingkan Pasar Tanah Abang,
Tanah Abang (1867) |
Pada Peta 1825 sisi selatan Rijswijk dan Noordwijk sudah jauh berkembang dengan dibentuknya Koningsplein. Di sisi selatan Koningsplein Land Kebon Sirih telah menjelma area pemukiman Eropa/Belanda. Area pemukiman Eropa.Belanda ini berada di dalam lingkar jalan penghubung antara Pasar Senen di Weltevreden dengan Pasar Tanah Abang.
Pasar Tanah Abang (Peta 1866) |
Pada Peta 1866 situasi dan kondisi di Tanah Abang tidak banyak berubah bila dibandingkan dengan situasi dan kondisi tahun 1825 (Peta 1825). Di sekitar Tanah Abang masih terkesan daerah pasar dan pemukiman yang dikelilingi oleh kebun/tegalan dan persawahan serta kebun-kebun orang Eropa.Belanda. Meski terpencil dari arah Batavia, tetapi Tanah Abang terhubung dengan baik ke tiga arah jalur ekonomi/perdagangan yakni: ke arah barat ke Grogol dan Tangerang; ke arah selatan sisi barat sungai Grogol ke Bazaar Baroe (Palemerah), Kebajoran, Tjipoetat ke Buitenzorg. Sementara ke arah selatan sisi timur sungai Grogol ke Mampang, Bangka, Simplicitas (Pondok Laboe), Tjinere, Parong dan Buitenzorg.
Landhuis Tanah Abang, 1880 dan Keluarga Bik |
Moda Kereta Api Menuju Pasar Tanah Abang
Land Tanah Abang atau Land Daalxigt lambat laun menjadi sangat ramai. Tanah Abang dalam perkembangannya status administrasinya telah menjelma wijk. Pasar Tanah Abang juga menjadi sentra perekonomian dan perdagangan yang penting di sekitar Batavia. Pasar Tanah Abang ialah pasar swasta. Pada tahun 1862 Pasar Tanah Abang ialah pasar ketiga terbesar menurut nilai pajak yang diterima oleh pemerintah (lihat Nieuw Amsterdamsch handels- en effectenblad, 08-01-1862). Disebutkan nilai pajak Pasar Tanah Abang tahun kemudian sebesar f15.000. Nilai pajak terbesar ialah Pasar Pintor Ketjil sebesar f26.000 dan di posisi kedua ialah Pasar Senen dengan nilai pajak f24.000. Pada urutan berikutnya ditempati oleh Pasar Meester Cornelis dan Pasar Tangerang masing-masing dengan nilai pajal sebesar f8.000.
Jalur trem di Rijswijk (Harmonie), 1880 |
Pada tahun 1864 muncul tawaran untuk pembangunan moda transportasi kereta api di Residentie Batavia. Dalam planning ini tawaran yang muncul ialah membangunan jalur kereta api dari Batavia ke Buitenzorg via Meester Cornelis, Bekasi, Tjibinong. Sementara pembangunan jalur kereta api tidak kunjung terealisasi, pada tahun 1867 muncul gagasan pembangunan moda transportasi trem (tramway) yang menghubungkan tempat-tempat penting di Batavia dan Meester Cornelis (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-08-1867). Disebutkan jalur trem ini dimulai dari Klein Boom melalui Molenvliet dengan persimpangan di Harmoni hingga Pasar Tanah Abang ke arah barat. Untuk ke arah selatan melalui Harmoni terus ke jembatan Sluisburg (stasion Juanda yang sekarang) terus ke Pasar Senen hingga Meester Cornelis. Jalur embel-embel akan dibuat kemudian dari Molenvliet ke Sawah Besar hingga ke Pasar Baroe.
Trem di Tanah Abang, 1880 |
Stasion Tanah Abang (Peta 1897) |
Pada tahun 1880 jalur kereta api dari Batavia ke arah selatan diperluas dari Buitenzorg hingga Bandoeng dan selesai pada tahun 1883. Setelah itu jalur kereta api dari Batavia ke arah barat dan timur dikembangkan. Jalur ke timur dari stasion kota (stad) Batavia (Beos) melalui Kemajoran, Senen, Meester Cornelis (Jatinegara) Tjakoeng dan Bekasi (kemudian diperluas hingga ke Karawang. Jalur ke barat melalu Angke ke Tangerang via Doeri dan dari Angke/Doeri ke Tanah Abang. Dalam perkembangannya jalur kereta api dari Tanah Abang diperluas hingga ke Rangkas Bitoeng melalui Palmerah, Kebajoran, Serpong dan seterusnya. Dalam perkembangan berikutnya jalur lintas kereta api dari Gondangdia dibangun menuju stasion Tanah Abang.
Trem listrik di Tanah Abang, 1900 |
Dengan dibukanya jalur lintasan dari stasion BEOS ke stasion Tanah Abang melalui Gondangdia, stasion Tanah Abang menjadi salah satu stasion yang mempunyai interchange yang paling kompleks. Oleh kesannya stasion Tanah Abang termasuk salah satu stasion yang sangat sibuk sehabis stasion BEOS di stad (kota) Batavia. Ini seakan melengkapi posisi Pasar Tanah Abang di Land Daalxigt semenjak doeloe merupakan tempat pertemuan jalur perdagangan dari banyak sekali arah (Kebajoran, Mampang, Grogol dan Rijswijk. Akibatnya Pasar Tanah Abang dari waktu ke waktu tetap menjadi sentra perekonomian/perdagangan yang penting baik semenjak masa pedati maupun sehabis masa moda kereta api.
Stasion Tanah Abang, 1910 |
Pasar Tanah Abang, 1930 |
Pada tahun 1903 jalur lintasan dari stasion Kebon Sirih (kini stasion Gondangdia) yang melalui Land Gondangdia ke Tanah Abang ditutup. Hal ini alasannya adanya pembangunan jalur lintasan gres dari Land Struiswijk di Salemba dari jalur kereta api Batavia-Karawang ke stasion Tanah Abang via Tjikini dan Menteng. Jalur yang sebelumnya dari stasion BEOS ke Tanah Abang kini beralih menjadi dari stasion BEOS via Kemajoran dan Salemba ke Tanah Abang di Tjikini (juga dari Buitenzorg ke Tanah Abang via Tjikini). Pasar Tanah Abang, 1930
Moda transportasi air di Tanah Abang, 1905 |
Satu yang kerap terlupakan saluran menuju Pasar Tanah Abang ialah moda transportasi air melalui kanal-kanal yang dibuat semenjak masa VOC hingga masa Pemerintah Hindia Belanda. Di kanal-kanal ini hilir pulang kampung perahu-perahu yang membawa orang dan barang. Tentu saja perahu-perahu itu juga untuk membawa ternak. Lalu lintas air menuju Pasar Tanah Abang tidak hanya dari Harmonie tetapi juga dari Angke dan Manggarai. Namun alasannya moda transportasi ini telah usang menghilang, kini sering terlupakan dalam pertumbuhan dan perkembangan awal sentra perekonomian dan perdagangan di Pasar Tanah Abang. Moda transportasi air di Tanah Abang, 1905
Kanal Manggarai dan Angke di Pedjompongan (Peta 1925) |
.
Pada tahun 1918 terjadi perubahan spasial yang drastis yakni pembangunan stasion besar Manggarai. Dalam pembangunan stasion Manggarai dibangun lintasan gres via jalan Matraman untuk menghubungkan jalur Batavia-Buitenzorg dan jalur BEOS-Meester Cornelis (Jatinegara). Pembanguan stasion Manggarai ini juga dintegrasikan dengan pembuatan kanal gres dari sungai Tjiliwong melalui Menteng (Goentoer dan Doekoeh) terus ke kanal Tanah Abang. Atas undangan pengembang perumahan Menteng, jalur kereta api ke Tanah Abang via Menteng di Tjikini digeser ke Manggarai melalui sisi utara kanal terus ke stasion Tanah Abang. Proyek integrasi ini selesai seluruhnya pada tahun 1921. Sejak adanya stasion Manggarai, stasion Meester Cornelis di Boekit Doeri ditutup (dijadikan dipo).
Pada tahun 1918 terjadi perubahan spasial yang drastis yakni pembangunan stasion besar Manggarai. Dalam pembangunan stasion Manggarai dibangun lintasan gres via jalan Matraman untuk menghubungkan jalur Batavia-Buitenzorg dan jalur BEOS-Meester Cornelis (Jatinegara). Pembanguan stasion Manggarai ini juga dintegrasikan dengan pembuatan kanal gres dari sungai Tjiliwong melalui Menteng (Goentoer dan Doekoeh) terus ke kanal Tanah Abang. Atas undangan pengembang perumahan Menteng, jalur kereta api ke Tanah Abang via Menteng di Tjikini digeser ke Manggarai melalui sisi utara kanal terus ke stasion Tanah Abang. Proyek integrasi ini selesai seluruhnya pada tahun 1921. Sejak adanya stasion Manggarai, stasion Meester Cornelis di Boekit Doeri ditutup (dijadikan dipo).
Foto udara stasion dan dipo Tanah Abang, 1943 |
Itulah sejarah panjang secara singkat Pasar Tanah Abang semenjak masa moda pedati hingga moda kereta api.
0 Response to "Sejarah Jakarta (46): Sejarah Pasar Tanah Abang; Jalan Masuk Kali Krukut, Landhuis Daalxigt, Trem Dan Stasion Kereta Api"
Posting Komentar