Pengertian & Fungsi Agama

Pengertian & Fungsi Agama Seseorang yang tidak mempunyai religi, hidupnya terasa hampa menyerupai tanpa tujuan alasannya yaitu hidup itu akan mengalami tamat hidup dan dihidupkan lagi setelah kematian. Adapun yang hidup setelah tamat hidup yaitu roh dan dalam diri insan juga terdiri jiwa dan raga. Kehidupan jiwa tidak sanggup dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat bendawi namun oleh hal-hal yang bersifat rohani. Pemenuhan kebutuhan hal-hal yang bersifat rohani salah satunya yaitu beragama. Nah, pada kesempatan kali ini akan menghadirkan salah satu artikel Antropologi wacana Pengertian dan Fungsi Agama. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

A. Pengertian Agama

Menurut sudut pandang Antropologi, yang diwakili oleh Anthony F.C. Wallace, agama didefinisikan sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi mitos dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan keadaan pada insan atau alam. Definisi ini mengandung legalisasi bahwa, jikalau tidak sanggup mengatasi problem serius yang menjadikan kegelisahan, insan berusaha mengatasinya dengan memanipulasikan makhluk dan kekuatan supernatural. Untuk maksud tersebut digunakanlah upacara keagamaan.

Menurut Edi Sedyawati, agama yaitu suatu sistem yang berintikan pada kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang mutlak, disertai segala perangkat yang terintegrasi di dalamnya, mencakup tata peribadatan, tata tugas para pelaku dan tata benda yang diharapkan untuk mewujudkan agama bersangkutan. Inti kepercayaan suatu religi bekerjasama dengan konsep mengenai kosmos, baik mengenai struktur maupun aspek kejadiannya. Konsep lainnya yaitu pandangan mengenai hidup setelah mati atau adanya alam lain di samping alam kehidupan insan di dunia ini.

Berdasarkan konsep religi (agama) insan percaya kepada suatu kekuatan yang dianggapnya lebih tinggi dari dirinya. Menurut Koentjaraningrat, sikap insan yang bersifat religi itu terjadi karena:

  1. Manusia mulai sadar akan adanya konsep roh.
  2. Manusia mengakui adanya banyak sekali tanda-tanda yang tak sanggup dijelaskan dengan akal.
  3. Keinginan insan untuk menghadapi banyak sekali krisis yang senantiasa dialami insan dalam kehidupannya.
  4. Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami insan di alam sekelilingnya.
  5. Adanya getaran (emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa insan sebagai warga dari masyarakatnya.
  6. Manusia mendapatkan suatu firman dari Tuhan.


 hidupnya terasa hampa menyerupai tanpa tujuan alasannya yaitu hidup itu akan mengalami tamat hidup dan d Pengertian & Fungsi Agama


B. Fungsi Agama

Agama yaitu suatu kepercayaan yang melahirkan referensi sikap tertentu guna menangani dan mengatasi masalah-masalah penting yang tidak sanggup dipecahkan dengan memakai teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya. Agama menjawab banyak sekali pertanyaan yang tidak sanggup dijawab oleh pikiran dan kebijaksanaan manusia. Untuk segala problem yang tidak teratasi dan problem yang tidak terjawab, insan berpaling dan berpasrah pada satu Oknum Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu yang kita sebut dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut William A. Haviland (1999), Religi/kepercayaan mempunyai fungsi psikologis dan sosial. Fungsi psikologis religi/agama/kepercayaan mencakup :

  1. Agama mengurangi kegelisahan dengan menunjukan apa yang tidak diketahui dan membuatnya sanggup dipahami. Agama memperlihatkan jawaban terhadap segala sesuatu yang tidak sanggup dapat dipahami oleh kebijaksanaan insan dan membuatnya menjadi logis. Menjadikan sesuatu yang irrasional menjadi rasional, yang tidak sanggup dipahami menjadi dipahami, proses ini mengurangi kegelisahan dan ketakutan manusia.
  2. Memberi ketenangan alasannya yaitu percaya bahwa ada santunan supernatural yang sanggup diharapkan pada waktu menghadapi malapetaka. Dalam setiap agama/religi, selalu ada anggapan wacana kekuatan supernatural yang sanggup dimintai santunan oleh insan dalam setiap krisis atau kesulitan yang dihadapinya. Agama menjadi sarana untuk mengatasi krisis, alasannya yaitu secara teoritis, santunan Illahi sanggup diperoleh jikalau semua perjuangan lainnya mengalami kegagalan.
  3. Agama berisi ketentuan-ketentuan moralitas, yang dianggap sebagai ketentuan Illahi. Hal ini membebaskan insan dari beban tanggung jawab atas suatu keputusan penting yang harusnya diambil alasannya yaitu dialihkan ke religi/agama dan kekuasaan Ilahi.


Ada beberapa fungsi sosial dari agama/religi/kepercayaan dalam kehidupan manusia, yaitu terdiri dari :

  1. Memberi hukuman kepada sejumlah besar tata kelakuan. Agama memegang peranan penting dalam pengendalian sosial. Dalam agama terdapat pengertian wacana perbuatan baik dan jahat. Bila orang berbuat baik, maka ia direstui oleh sesuatu kekuatan supernatural. Bila orang berbuat jahat, maka ia akan menerima pembalasan hukuman dari kekuatan supernatural yang dipercayai itu. Hal ini mendorong orang untuk selalu berbuat baik dan menghindari sifat dan perbuatan jahat.
  2. Memelihara solidaritas sosial. Setiap religi/agama mempunyai pemukapemuka agama yang menjadi sentra perhatian umat, yang sanggup berfungsi sebagai unsur pembantu dalam memelihara solidaritas sosial. Pelaksanaan upacara keagamaan menghadirkan adanya persamaan dasar pada setiap orang yang mengikuti upacara keagamaan itu, hal ini tentu saja ikut mempererat persatuan dan memperkuat identifikasi orang dengan kelompoknya.
  3. Menyelenggarakan pendidikan. Upacara-upacara keagamaan sering didahului oleh kursus-kursus kilat kepada para pesertanya. Terjadi proses transformasi sikap dan perbuatan melalui pewarisan nilai-nilai agama dari tokoh agama kepada para penganut agama/religi yang bersangkutan. Upaca-upacara keagamaan memperlihatkan kejadian yang sukar dilupakan dan berfungsi sebagai sarana pendidikan yang sangat efektif dalam membentuk sikap sikap yang bersangkutan.


C. Unsur-Unsur Agama

Dari sudut pandang Antropologi, agama terdiri atas bermacam-macam ritual, doa, nyanyian, tari-tarian, saji-sajian dan kurban yang diusahakan insan untuk memanipulasi makhluk dan kekuatan supernatural untuk kepentingan dirinya sendiri. Pengenalan terhadap agama atau religi dalam Antropologi sanggup dilakukan dengan mengenali unsur-unsur religi yang diberikan oleh E. Durkheim, yaitu:

  1. Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menimbulkan bahwa insan didorong untuk berperilaku keagamaan.
  2. Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan insan wacana bentuk dunia, alam gaib, hidup, maut, dan sebagainya.
  3. Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia mistik menurut sistem kepercayaan yang dianutnya.
  4. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem upacaraupacara keagamaannya.
  5. Alat-alat fisik yang dipakai dalam ritus dan upacara keagamaan.


D. Wujud Agama

Bagaimanakah wujud dari agama atau religi dalam kehidupan manusia? Menurut Koentjaraningrat, ada delapan wujud dari agama atau religi dalam kehidupan manusia, yaitu:

  1. Fetishism, yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya jiwa dari benda-benda tertentu, dan terdiri dari banyak sekali kegiatan keagamaan yang dilakukan untuk memuja benda-benda berjiwa itu.
  2. Animism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan bahwa alam sekeliling daerah tinggal insan dihuni oleh banyak sekali macam roh, dan terdiri dari banyak sekali kegiatan keagamaan guna memuja ruhruh tadi.
  3. Animatism, yaitu suatu sistem kepercayaan bahwa benda-benda serta tumbuh-tumbuhan mempunyai jiwa dan sanggup berpikir menyerupai manusia. Kepercayaan ini tidak melahirkan banyak sekali upacara keagamaan.
  4. Prae-animism, yaitu bentuk religi menurut kepercayaan pada kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar biasa, dan terdiri dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang berpedoman pada kepercayaan tersebut.
  5. Totemism, yaitu bentuk religi dari masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok hubungan unilineal. Bentuk religi ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kelompok unilineal ini masing-masing berasal dari para ilahi dan leluhur yang masih terikat tali kekerabatan, dan terdiri dari kegiatan keagamaan untuk memuja mereka serta untuk mempererat kesatuan dalam kelompok unilineal itu.
  6. Polytheism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan akan adanya suatu hierarki dewa-dewa, dan terdiri dari upacara-upacara untuk memuja para dewa.
  7. Monotheism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan pada satu dewa, yaitu Tuhan, dan kegiatan-kegiatan upacaranya bertujuan untuk memuja Tuhan.
  8. Mystic, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan kepada satu Tuhan yang dianggap menguasai seluruh alam semesta, dan terdiri dari upacara-upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan Tuhan. Dalam banyak agama insan berupaya untuk sanggup mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi ada konsep bahwa insan menjadi satu dengan Tuhan, menurut kebijaksanaan bahwa segala hal di dunia yaitu belahan dari Tuhan.


Semoga artikel Antropologi di atas wacana Pengertian dan Fungsi Agama sanggup bermanfaat dan menambah pengetahuan teman sekalian. Apabila ada suatu kesalahan baik berupa penulisan maupun isi, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. Terima kasih.. ^^Maju Terus Pendidikan Indonesia^^


Sumber http://www.zonasiswa.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Pengertian & Fungsi Agama"

Posting Komentar