Hidrosfer (Lapisan Air): Pengertian & Siklus Hidrologi
Hidrosfer - Keberadaan air di Bumi sangat penting bagi kehidupan. Air terdapat di permukaan Bumi, di dalam tanah, dan di udara. Wujud air tidak hanya cair, tetapi sanggup berwujud padat (es) dan uap air. Air di Bumi selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan dari bentuk satu ke bentuk lain. Nah pada kesempatan kali ini, akan mencoba menghadirkan sebuah artikel perihal Hidrosfer yang meliputi pengertian hidrosfer, siklus hidrologi, perairan di darat, dan perarian di laut. Semoga bermanfaat ya sobat. Nyok, Check this out!!!
A. Pengertian Hidrosfer
Hidrosfer merupakan tempat perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti ’air’ dan sphere yang berarti ’daerah’ atau ‘bulatan’. Daerah perairan ini meliputi samudra, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Hidrosfer menempati sebagian besar muka bumi lantaran 75% muka bumi tertutup oleh air. Air di bumi bersirkulasi dalam lingkaran hidrologi, dimana air jatuh sebagai hujan dan mengalir ke samudra-samudra sebagai sungai dan menguap kembali ke atmosfer.
Ada beberapa cabang ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari perihal air yaitu:
- Oceanografi, yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari perihal air bahari atau bahari secara umum.
- Glasiologi, yakni ilmu yang mempelajari perihal es, glester dan hal-hal lain yang berkaitan dengan es.
- Hidrologi, yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari perihal air di permukaan bumi maupun di bawah tanah.
- Limnologi, yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari perihal danau.
- Patomologi, yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari tentnag air yang mengalir di permukaan, baik melalui susukan atau tidak.
- Geohidrologi, yakni ilmu pengetahuan yan gmempelajari keberadaan, persebaran, dan gerakan air di bawah tanah.
B. Siklus Hidrologi
Jumlah air di bumi ini tetap, tidak berubah. Jumlah air yang tetap dan selalu bergerak dalam satu lingkaran peredaran membentuk suatu siklus yang dinamakan siklus hidrologi, siklus air, atau daur hidrologi. Nah, berdasarkan usang peredaran air, siklus hidrologi sanggup dibedakan menjadi tiga, yaitu siklus pendek, sedang, dan panjang.
1. Siklus Pendek
Siklus Hidrologi Pendek |
Siklus pendek merupakan suatu proses peredaran air dengan jangka waktu yang relatif cepat. Proses ini biasanya terjadi di laut. Bagaimana terjadinya siklus pendek? Air bahari mengalami evaporasi (penguapan), lantaran adanya panas dari sinar matahari. Uap air dari evaporasi naik ke atas hingga pada ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi sehingga terbentuk awan. Awan semakin usang semakin besar, maka turunlah sebagai hujan di atas laut. Air yang turun ini kembali menjadi air bahari yang akan mengalami evaporasi lagi.
2. Siklus Sedang
Siklus Hidrologi Sedang |
Air bahari mengalami evaporasi menuju atmosfer, dalam bentuk uap air lantaran panas sinar matahari. Angin yang bertiup membawa uap air bahari ke arah daratan. Pada ketinggian tertentu, uap air yang berasal dari evaporasi air laut, sungai, dan danau terkumpul makin banyak di udara. Suatu dikala uap air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi, kemudian menjadi hujan. Air hujan yang jatuh di daratan selanjutnya mengalir ke parit, selokan, sungai, danau, dan menuju ke bahari lagi.
3. Siklus Panjang
Siklus Hidrologi Panjang |
Panas sinar matahari mengakibatkan evaporasi air laut. Angin membawa uap air bahari ke arah daratan dan bergabung bersama dengan uap air yang berasal dari danau, sungai, dan badan perairan lainnya, serta hasil transpirasi dari tumbuhan. Uap air ini menjelma awan dan turun sebagai presipitasi (hujan). Air hujan yang jatuh, sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) menjadi air tanah. Adakalanya presipitasi tidak berbentuk hujan, tetapi berbentuk salju atau es. Sebagian air hujan diserap oleh tumbuhan serta sebagian lagi mengalir di permukaan tanah menuju parit, selokan, sungai, danau, dan selanjutnya ke laut. Aliran air tanah ini disebut perkolasi dan berakhir menuju ke laut. Air tanah juga sanggup muncul ke permukaan menjadi mata air. Siklus panjang merupakan siklus yang berlangsung paling usang dan prosesnya paling lengkap.
Dalam siklus hidrologi tersebut di atas, terdapat beberapa proses yang mengikuti tanda-tanda meteorologis dan klimatalogis sehingga siklus hidrologi tersebut terjadi. Proses-proses tersebut adalah:
- Transpirasi, yakni proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan melalui stomata atau lisan daun.
- Evaporasi, yakni penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80% berasal dari penguapan air laut.
- Evapotranspirasi, yakni proses adonan antara evaporasi dan transpirasi.
- Kondensasi, merupakan proses perubahan wujud uap air menjadi air jawaban pendinginan.
- Presipitasi, merupakan segala bentuk hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju.
- Run off (aliran permukaan), merupakan pergerakan anutan air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai.
- Adveksi, yakni transportasi air pada gerakan horizontal menyerupai transportasi panas dan uap air oleh gerakan udara mendatar dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
- Infiltrasi, yaitu penyerapan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.
C. Perairan di Darat
Perairan di darat merupakan salah satu cakupan dari hidrosfer dalam bumi. Jenis-jenis perariran darat yakni sebagai berikut:
1. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah. Dari keseluruhan air tawar yang ada di planet kita ini lebih dari 97% terdiri atas air tanah. Ia sanggup ditemukan di bawah gurun yang sangat kering maupun di bawah tanah yang tertutup lapisan salju.
Air tanah yang berasal dari curahan hujan disebut vadose water. Selain dari curahan hujan, air tanah memang sudah ada semenjak usang dan tersimpan dalam batuan sedimen. Air tanah ini disebut connate water (air tanah tubir). Kadang-kadang air tanah ini disebut fossil water (air fosil). Ada lagi jenis air tanah yang belum pernah berwujud air di atmosfer atau di permukaan. Air ini berasal dari acara magma. Air tanah ini disebut juvenile water (air juvenil atau air magma).
2. Sungai
Air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian besar akan menjadi anutan permukaan dan sebagian lagi meresap ke dalam tanah menjadi air tanah. Aliran permukaan berkumpul dan mengalir ke daerah-daerah yang lebih rendah kemudian menuju ke parit, selokan, anak sungai, serta sungai. Sungai mengalir dengan kemiringan yang berbeda-beda. Di tempat hulu, sungai lebih curam, sedangkan di tempat hilir sungai datar dan lebih berkelokkelok.
3. Danau
Cekungan-cekungan yang ada di permukaan Bumi, baik itu yang terjadi jawaban proses tektonik, vulkanik, atau proses lain lama-kelamaan akan terisi oleh air. Air tersebut sanggup berasal dari air hujan atau dari air sungai yang bermuara di cekungan tersebut. Inilah yang disebut danau. Berdasarkan proses terjadinya, danau dibagi menjadi danau alami dan danau buatan. Danau alami dibedakan menjadi danau tektonik, vulkanik, karst, erosi, tapal kuda, dan danau bendungan alami.
4. Rawa
Rawa yakni tanah lembap yang sering digenangi air lantaran letaknya yang relitf rendah. Rawa biasanya ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang batangnya lunak atau rumput-rumputan. Ada dua jenis rawa, yaitu rawa di tempat pedalaman yang berisi air tawar dan rawa yang disebabkan oleh pasang naik dan pasang turun yang berisi air asin. Rawa-rawa banyak terdapat di Pantai Sumatra pecahan timur dan Pantai Kalimantan pecahan selatan.
D. Perairan di Laut
Tidak hanya perairan darat saja, perairan bahari juga termasuk ke dalam pembahasan hidrosfer. Menurut proses terjadinya, bahari sanggup di pembagian terstruktur mengenai menjadi tiga yaitu:
- Laut Regresi, yaitu bahari yang menyempit pada waktu zaman es, terjadi penurunan permukaan air laut. Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul pada zaman glasial merupakan daratan. Dangkalan Sunda merupakan pecahan dari Benua Asia, sedangkan dangkalan Sahul merupakan pecahan dari Benua Australia. Pada waktu air surut ada pecahan dari bahari yang masih merupakan bahari lantaran dalamnya, bahari inilah yang dinamakan bahari regresi. Contohnya Laut Banda dan Selat Makassar.
- Laut Transgresi yakni bahari yang terjadi lantaran genangan air bahari terhadap daratan jawaban kenaikan tinggi permukaan air bahari yang mencapai kurang lebih 70 m pada zaman es. Inilah yang mengakibatkan dataran rendah di Indonesia Timur atau Barat tergenang air bahari dan kini menjadi bahari dangkal. Contoh: Laut Jawa, Selat Sunda, Selat Karimata, Laut Cina Selatan, dan Laut Arafuru.
- Laut Ingresi yakni bahari yang terjadi lantaran dasar bahari mengalami gerak menurun, sanggup berupa palung bahari atau lubuk laut. Contoh: Laut Banda, Laut Flores, Laut Sulawesi, dan Laut Maluku.
Sedangkan berdasarkan letaknya, bahari di bedakan menjadi tiga, yaitu:
- Laut Tepi (sub/ocean), yakni bahari yang letaknya di tepi benua dan terpisah dengan lautan oleh adanya gugusan pulau. Contohnya, Laut Jepang dan Laut Cina Selatan.
- Laut Pertengahan (middle sea) yakni bahari yang terletak di antara benua, misalnya Laut Tengah.
- Laut Pedalaman (inland sea) yakni bahari yang terletak di tengah-tengah benua (daratan). Contohnya, Laut Hitam dan Laut Kaspia.
Dasar bahari ternyata tidak rata kedalamannya. Pada umumnya, bahari di pinggir benua lebih dangkal daripada di tengah lautan. Tingkat kedalaman dasar bahari yakni sebagai berikut.
1. Zona Litoral (pesisir), yaitu tempat pantai yang terletak di antara garis pasang naik dan pasang surut.
2. Zona Neritik (laut dangkal), dengan ketentuan sebagai berikut.
- Bagian dasar bahari hingga kedalaman 200 m.
- Sinar matahari masih tembus ke dasar laut.
- Pada zona ini banyak hewan dan tumbuhan bahari sehingga zona ini penting artinya bagi kehidupan manusia.
- Zona ini meliputi Landas Kontinen Sunda, menyerupai Laut Jawa, Laut Natuna, Selat Karimata, Selat Malaka, dan Landas Kontinen Sahul yaitu Laut Arafuru.
3. Zona Batial (wilayah bahari dalam), dengan ketentuan sebagai berikut.
- Kedalamannya antara 200–2000 m.
- Sinar matahari sudah tidak tembus hingga ke dasar laut, lantaran itu tumbuh-tumbuhan bahari jumlahnya terbatas demikian juga binatang-binatang lautnya.
4. Zona Abissal (wilayah bahari sangat dalam), dengan ketentuan sebagai berikut.
- Kedalamannya antara 2000–5000 m.
- Tekanan airnya sangat besar.
- Suhu sangat rendah.
- Tidak terdapat tumbuhan laut.
- Binatang bahari sangat terbatas.
5. Zona Hadal (wilayah bahari yang paling dalam), kedalamannya lebih dari 5000 m, termasuk palung bahari dan lubuk laut.
Semoga artikel Geografi di atas perihal klarifikasi mengenai Hidrosfer (Lapisan Air) di atas sanggup berkhasiat bagi sobat yang membutuhkan materi perhiasan mengenai hidrosfer. Jika ada dari sobat sekalian yang menemukan kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share ke teman-teman yang lainnya juga ya. Terima kasih.. ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^
Sumber http://www.zonasiswa.com
0 Response to "Hidrosfer (Lapisan Air): Pengertian & Siklus Hidrologi"
Posting Komentar