✔ Perbedaan Itu Indah
Di beberapa negara sering sekali terjadi perang saudara yang membuat negara tersebut hancur,dan di landa beberapa kasus seperti kelaparan , pembunuhan , pengeboman dan ada yang membuat orang yang di lahirkan di tanah nenek moyangnya harus meninggalkan tempat kelahiranya lantaran bahaya yang mereka terima, ibarat yang terjadi di beberapa negara di benua afrika dan benua asia.
Hal itu di sebabkan oleh beberapa alasan ibarat perbedaan kebudayaan, perebutan wilayah dan yang paling sering muncul lantaran adanya perbedaan keyakinan. teladan di negara myanmar yang mana suku rohingnya yang minoritas yang beragama muslim terusir oleh para penganut agama budha yang lebih banyak didominasi di negara tersebut.
dan juga yang terjadi di negara indonesia yang mana hal itu terjadi di madura di mana umat muslim syiah terusir oleh muslim suni yang mana kaum suni ialah kaum mayoritas.
Terbebas dari apapun kasus yang menjadi penyebab terusirnya pihak minoritas seharusnya tindakan itu tidak perlu dilakukan lantaran kita hidup di dunia ini mempunyai perbedaan dan perbedaan itu sesungguhnya ialah indah. bahkan setiap individu dengan individu mempunyai perbedaan yang mana saudara kembarpun tidak mempunyai sikap yang sama.
Seharusnya kita umat insan harus hidup selalu berdampingan dan saling menghormati dan negara sebagai penyelenggara pemerintahan harusnya ikut serta dalam menyatukan masyarakatnya yang berbeda - beda semoga sanggup tercipta hidup yang nyaman dan tentram.
di setiap agama niscaya mengajarkan untuk berbuat baik kepada sesama ibarat dalam goresan pena beberapa para hebat agama di masing - masing agamanya :
AGAMA, KEKERASAN, PERDAMAIAN
Perspektif Agama Islam
Oleh : DR. H. Fatah Syukur NC, M.Ag
Menurut pedoman agama Islam, agama menjadi sumber nilai, semangat, dan institusi terakhir untuk mencari makna hidup. Agama untuk insan ialah sebagai kekuatan pembebas, agama memperlihatkan sekumpulan nilai, ajaran, visi, dan ketentuan normatif. Manusia mempunyai kebebasan untuk merespon tawaran-tawaran agama. Manusia memerlukan agama untuk meningkatkan kualitas hidupnya sendiri, bukan agama yang memerlukan manusia. Agama hendak membantu insan untuk melaksanakan agresi pencerahan, dan agresi pembebasan insan dari situasi keterpenjaraan ibarat penjara, kemiskinan, kekayaan, komunalisme, dsb.
Nabi Muhammad saw diutus membawa pedoman Islam ke dunia, maka Islam ialah rahmatan lil’alamin, Islam ialah rahmat bagi seluruh manusia. Ajaran agama merupakan sesuatu yang ideal, contohnya Islam itu cinta damai, Islam itu indah, Islam cinta kedisiplinan, dan Islam itu rahmat bagi seluruh alam, dsb.
Nabi Muhammad saw diutus membawa pedoman Islam ke dunia, maka Islam ialah rahmatan lil’alamin, Islam ialah rahmat bagi seluruh manusia. Ajaran agama merupakan sesuatu yang ideal, contohnya Islam itu cinta damai, Islam itu indah, Islam cinta kedisiplinan, dan Islam itu rahmat bagi seluruh alam, dsb.
Namun kini marak muncul permasalahan yang mengatasnamakan agama. Permasalahan agama sesungguhnya tidak sanggup dilepaskan dengan permasalahan sosial, lantaran agama sehabis dipeluk oleh umat manusia, maka sarat dengan problem sosial terutama yang bekerjasama antara sesama manusia. Terkadang suatu pedoman dari sumber yang sama, dengan kalimat yang sama sanggup menjadikan pemahaman yang berbeda, dan pada karenanya akan menjadikan praktik yang berbeda pula, bahkan sangat memungkinan menjadikan konflik, padahal secara dogmatik, pedoman agama selalu menghendaki adanya kedamaian, dan keharmonisan. Namun pada kenyataannya konflik yang dipicu oleh kasus agama itu selalu muncul ke permukaan. Misalnya konflik antara pemeluk agama di Ambon, orang Madura dan Dayak di Kalimantan, bahkan konflik antar pendukung partai di Pekalongan dan Jepara, hampir semuanya dipicu melalui sentimen keagamaan, contohnya menghina pedoman agama atau tokoh agama, pembakaran tempat ibadah, pelecehan Kitab Suci dsb. Tetapi konflik tersebut bukan hanya disebabkan oleh unsur agama namun mungkin ada unsur lain yang menyebabkannya.
Dalam banyak sekali konflik yang sering terjadi kini wajah Islam agaknya selalu beriring dengan label anarkis dan anti kebebasan. Cap fundamental, ekstrem, dan bahkan t3r0ris seakan sangat bersahabat dengan komunitas “orang” yang memeluk agama Islam. Generalisasi sikap “sekelompok” muslim seringkali menjadi justifikasi muka Islam sebagai agama, sehingga label-label negatif tadi selalu pantas untuk diembelkan dengan Islam. Namun proteksi label negatif terhadap agama Islam ini tidak adil lantaran kasus tersebut hanya dilakukan oleh sebagian kecil umat Islam. Justru umat Islam yang berfikiran moderat jauh lebih banyak dan tidak sepakat dengan cara-cara yang dilakukan oleh mereka itu.
Agama Islam yang disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw merupakan agama yang ditujukan demi kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat dan alam. Sesungguhnya perdamaian merupakan salah satu prinsip dalam Islam yang ditanam secara mendalam dalam hati kaum muslimin sehingga menjadi pecahan dalam kehidupan mereka. Islam itu cinta damai. Islam diturunkan oleh Allah swt ke muka bumi dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus kepada seluruh insan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Islam bertujuan membuat perdamaian dan keadilan bagi seluruh manusia, sesuai dengan namanya yaitu al-Islam. Karena itu, Islam diturunkan bukan untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam kesumat di antara umat manusia. Islam justru memerintahkan kita mempunyai sifat pemaaf, namun tetap memperhatikan semoga kejahatan tetap diberi eksekusi setimpal semoga tidak muncul kejahatan lain. Islam memerintahkan semoga insan selalu berbuat baik, sekalipun terhadap orang yang jahat kepadanya, Islam memerintahkan insan berendah hati, namun jangan melupakan harga diri. Namun, Islam melarang bersikap lemah dan meminta tenang dalam peperangan dikala belum mencapai tujuan.
AGAMA, KEKERASAN, DAN PERDAMAIAN
Perspektif Agama Katholik
Oleh : Romo Lukas Dharsono, MSF
Agama ialah suatu pedoman yang mengajarkan kasih sayang kepada siapa saja tanpa terkecuali, dan agama membawa misi dasar luhur yaitu kerukunan, persaudaraan, perdamaian, dan keselamatan universal. Namun dalam berbicara perihal kaitan agama dengan kekerasan ialah sesuatu hal yang paradoks. Di satu sisi, agama apapun tanpa terkecuali mengusung misi perdamaian, kerukunan, dan keselamatan, sekaligus menolak bentuk kekerasan dan tindakan anarki. Tetapi di sisi lain, terkadang agama dituding penyebab, penggerak bahkan pencetus dari suatu kekerasan dan anarki. Tindakan kekerasan yang melibatkan umat beragama sering terjadi contohnya liputan kemarahan Umat Islam yang dilukai oleh sebuah film yang dibentuk oleh seseorang di AS yang dianggap menghina dan melecehkan Nabi Muhammad, konflik di Irlandia Utara antara agama Protestant dan Nasrani yang disebabkan lantaran kasus etnis-politis, di Sudan antara Arab Islam dan Negro yang Kristen, Hindu melawan Islam di India, Hindu melawan Buddhanisme di Srilanka. Hal itu, seakan menegaskan bahwa tindakan kekerasan dan anarki yang disebabkan oleh agama bukanlah isapan jempol belaka tetapi memang nyata. Namun muncul banyak sekali pertanyaan apakah tindakan-tindakan anarki yang terjadi dan dilakukan pemeluk agama benar-benar didorong oleh pedoman agama atau sesungguhnya merupakan tindakan sosial belaka yang memperoleh pembenaran agama? Konflik-konflik yang terjadi bukanlah konflik agama, tetapi apa yang terjadi ialah konflik yang dicari-cari pembenarannya pada pedoman agama. Dalam hal ini, agama diperalat oleh kelompok masyarakat dan penguasa. Penguasa menganggap kekerasan, teror, dan otoritas mutlak sebagai hak prerogratif yang tidak sanggup dipisahkan dari kekuasaan.
Persoalan korelasi antara agama dan kekerasan sesungguhnya tidaklah sederhana. Seakan agama dan kekerasan itu antara ada dan tiada. Kita hendaknya berani mengakui bahwa dunia agama, disadari atau tidak disadari telah membuat pemisahan antara orang beriman dan tidak beriman yang memungkinkan muncul kekerasan. Kelompok yang merasa diri bahwa agama mereka ialah satu-satunya yang benar mempunyai sedikit simpati bagi kelompok yang berbeda. Hal inilah yang sering memicu terjadinya konflik. Konflik dan kekerasan yang melibatkan pemeluk agama sesungguhnya melibatkan seluruh elemen organisasi atau kelompok keagamaan.
Agama memang sanggup dijadikan referensi untuk kepentingan apapun, tindakan baik maupun tindakan buruk, tergantung pemeluknya dan situasi. Pemeluk agama seharusnya berani berpikir kritis dan dalam keterbukaan kebijaksanaan dan kebeningan hati berani membedah tafsir atas ayat-ayat dalam Kitab Suci yang berpotensi meleglimatisasi tindakan kekerasan para pemeluk agama. Dengan kata lain, tidak ada pedoman agama yang keliru, yang ada ialah kesalahan tafsir dan pemutlakannya buta atas pedoman agama oleh penganut agama. Agama itu harus dijauhkan dan dipisahkan dari kepentingan politik dan kekuasaan. Dan yang lebih penting ialah berguru dari Yesus yang melawan kekerasan dengan cinta kasih.
AGAMA, KEKERASAN, DAN PERDAMAIAN
Perspektif Agama Kristen
Oleh : Pdt. Nancy N. Souisa, M.Si
Relasi antara Tuhan dan insan ialah hal utama di dalam iman kristiani. Manusia dijadikan Tuhan sebagai patner kerja yang menatalayani kehidupan sehingga berlangsung suasana tenang bagi semua. Inilah tujuan utama yang diresponi insan dengan kerendahan hati dan keterbukaan.
Cara-cara beragama, bentuk-bentuk keagamaan dan ide-ide, sepatutnya sejalan dengan mandat Tuhan. Identitas agama sepatutnya menjadi identitas yang mendorong insan melayani banyak sekali kebutuhan hidup sehingga kedamaian sanggup tercapai, bukannya identitas yang menuntut insan menjadi ekstrem. Manusia yang bermacam-macam sanggup melaksanakan banyak hal yang bermartabat lantaran pemaknaan agamanya, namun ternyata ada banyak sekali konflik dan kekerasan berlatar pada pemaknaan tertentu dari nilai agama. Dengan kata lain, terdapat warisan kekerasan, pelanggaran HAM, dan ketidakadilan ekonomi politik yang bertentangan dengan keinginan bahwa itu ditampilkan oleh insan beragama di dalam dan melalui hidupnya.
Perkara kekerasan menjadi kasus serius pada kehidupan masa kini apalagi yang melibatkan agama. Kekerasan ini bersumber dan nampak dalam banyak hal yaitu ketidakadilan, budaya kekerasan yang dianggap warisan, kompetisi yang membenarkan banyak sekali cara, dsb. Namun sebagai orang beriman kita harus berjuang melawan setiap kekerasan yang terjadi. Kita harus menghadirkan tenang dan memelihara damai.
Beberapa hal yang sanggup dilakukan ialah :
a. Pendidikan perdamaian
Pendidikan perdamaian dilakukan mulai dalam komunitas agama untuk meninjau cara pikir dan praktek beragama yang tidak sensitif terhadap orang lain dan komunitas lain. Pelajaran dari tempat yang mengalami konflik dan kekerasan mengetengahkan pentingnya kebersamaan dan mengedepankan kemapanan dan kebijaksanaan masyarakat untuk bersama memikirkan dan mempromosikan perdamaian.
b. Perhatian terhadap budaya tenang dengan memakai nilai-nilai luhur dan bentuk-bentuk dalam tradisi setiap komunitas yang tidak lekang dimakan budaya kekerasan. Bahwa terdapat nilai dan bentuk warisan masa kemudian yang patut dipraktekkan alasannya ialah terbukti menyokong masyarakat dalam memelihara harmoni sambil mengupayakan hidup bersama yang saling menjaga, memperhatikan, dan berbagi.
c. Belajar dari persoalan-persoalan kekerasan dan konflik, contohnya yang diusulkan oleh Scoot Appleby, ia memperlihatkan transformasi dari kekerasan menuju perdamaian dalam tiga dimensi : managemen konflik, resolusi konflik dan pembaruan struktur. Managemen konflik menyangkut pencegahan konflik. Resolusi konflik menyangkut advokasi dan kesaksian dari yang terlibat di dalam konflik. Pembaruan struktur ialah upaya untuk mengalamatkan akar penyebab konflik dan mengembangkan praktek jangka panjang dan institusi yang aman bagi masyarakat yang aman untuk berlangsungnya tenang dan korelasi tanpa kekerasan.
Banyak cara lain yang sanggup dipakai sebagai pergulatan pekerjaan perdamaian, alasannya ialah usaha untuk menghadirkan perdamaian ialah jalan panjang namun membuat kualitas kemanusiaan teruji dan memperlihatkan hal yang memang sepatutnya menjadi pecahan dari kemanusiaan.
SEBUAH INSPIRASI MENUJU PERDAMAIAN HIDUP BERAGAMA
Perspektif Buddhisme
Oleh : Suranto, MA
Di era modern ini insan dihadapkan dengan permasalahan yang cukup pertentangan diantaranya konflik dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Di satu sisi, orang takut akan terjadinya kekerasan. Namun di sisi lain, ada orang atau kelompok tertentu yang sudah siap atau memang mempersiapkan diri untuk menindak pihak lain dengan kekerasan. Kondisi ini telah mendorong sebagian umat insan untuk mulai sadar akan pentingnya kehidupan yang damai. Sudah banyak catatan kekerasan atas nama agama yang mewarnai kehidupan di Indonesia mulai dari t3r0risme, kasus tempat ibadah, hingga dengan penodaan agama, dan aliran kepercayaan. Hal ini menjadi tantangan bagi umat beragama.
Sebagai salah satu agama besar yang berkembang di dunia, Buddhisme mempunyai tantangan tersendiri dalam menjawab tantangan keberagaman agama yang sering menjadi salah satu unsur pemicu kekerasan yang mengatasnamakan agama. Sebenarnya keberagaman agama ialah pecahan dari kehidupan ini sehingga untuk terlepas dari keberagaman sangatlah sulit. Berdasarkan fakta tersebut, Buddhisme melihat keberagaman agama sebagai suatu kondisi yang alami.
Pentingnya mendirikan kedamaian berawal dari mengkonstruksi pemahaman terutama pemahaman agama. Agama perlu dipahami tidak semata sebagai kepercayaan yang harus dipegang kuat-kuat, tetapi agama harus dipahami sebagai jalan hidup yang mengarahkan dan menggerakkan pikiran umat insan pada titik kerhamonisan.
Perdamaian tidak sanggup diwujudkan selagi insan masih mempunyai dan mengutamakan nafsu, mementingkan diri sendiri atau kelompok, memliki kesombongan agama atau rasial, dan mengutamakan keegoisan kekuasaan. Agama intinya mengajarkan insan untuk tidak membunuh dan menyakiti sesama atau makhluk lain, tetapi sayangnya melalui akar kebenciaan, kejahatan, dan kegelapan batin insan mengabaikan pedoman kasih. Sebenarnya agama mempunyai catatan dan benih-benih kekerasan maupun benih-benih perdamaian tetapi sangat bergantung bagaimana kita membudayakannya. Sikap dan prinsip memanusiakan insan merupakan salah satu sarana untuk menghargai kehidupan, sehingga tidak seharusnya insan menjadi obyek dan sumber kekerasan atas nama agama.
Dalam mewujudkan kedamaian hidup beragama sanggup dimulai dari diri sendiri dengan mengembangkan cinta kasih kepada semua makhluk. Buddhisme mengajarkan pengembangan cinta kasih sanggup dilakukan melalui meditasi metta (meditasi cinta kasih). Dalam pedoman agama Buddha terdapat satu kalimat manjur untuk membuat perdamaian yaitu dengan cara mengucapkan dan mepraktikkan dalam kehidupan sehari-hari melalui usaha mengharapkan semua makhluk hidup berbahagia (sabbe satta bhavantu sukhitta). Selain itu, cara pengembangan cinta kasih dalam Buddhisme sanggup dilakukang dengan memberikan keterbukaan dalam menuntaskan permasalahan termasuk kekerasan beragama untuk membangun dasar hidup insan dengan mempunyai kemoralan, kesabaran, kerendahan hati, dan toleransi dalam kehidupan beragama.
MENCEGAH KEKERASAN DAN MENJAGA PERDAMAIAN
Perspektif Agama Khonghucu
Oleh : Dr. Oesman Arif W.S.
Ajaran agama Khonghucu ialah sebuah pedoman yang bersumber dari pedoman para nabi purba di Tiongkok yang dirumuskan dan disempurnakan oleh Nabi Khonghucu (551-479 SM). Artinya, sebelum Nabi Konghucu lahi materi pedoman “agama Khonghucu” itu sudah ada dan disebut Ru Jiao.
Menurut agama Khonghucu, tindak kekerasan dalam bentuk apapun harus dicegah melalui pendidikan semenjak kanak-kanak. Jika pendidikan semenjak kanak-kanak sudah salah sehabis pintar balig cukup akal sulit diperbaiki lantaran sudah menjadi watak. Orang yang suka melaksanakan kekerasan biasanya orang yang kurang berpendidikan atau salah didik. Pendidikan agama diperlukan sanggup membentuk aksara insan menjadi lebih baik, maka pelajaran agama tidak hanya mendidik anak mengenal Tuhan, tetapi juga mengenal insan dan kehidupannya. Selain itu, dalam agama Khonghucu kungfu dan silat Taiji diajarkan untuk mengendalikan emosi seseorang semoga tidak melaksanakan tindak kekerasan.
Dalam pedoman agama Khonghucu tidak menjelaskan kasus sorga, neraka, dan reinkarnasi lantaran mengajarkan umatnya nrimo dalam menjalankan kebajikan di dunia ini. Berbuat kebajikan tanpa pamrih apapun, tidak sanggup hadiah di dunia ini atau di dunia lain tetap berbuat kebajikan. Agama Khonghucu mengajarkan umatnya untuk menghormati arwah dan mendoakan semoga tempat yang tenang disisi Tuhan. Umat Khonghucu mengirim benda ibarat rumah dari kertas, ‘uang perak’ dan ‘uang emas’ dari kertas tujuannya ialah menenangkan arwah. Umat agama Khonghucu percaya bahwa roh itu abadi, tetapi sehabis orang meninggal rohnya ke mana itu diam-diam Tuhan yang tidak perlu dirisaukan. Dalam memberi klarifikasi kepada murid-muridnya perihal keadaan insan sehabis meninggal, Nabi Konghucu sangat hati-hati.
KESIMPULAN:
Semua agama itu mengajarkan kebaikan dan perdamaian, dan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Tetapi terkadang terjadi kekerasan yang mengatasnamakan agama lantaran kurangnya pemahaman terhadap agama, dan klarifikasi pemimpin yang salah. Sehingga agama terkadang diperalat, dan seakan agama dengan kekerasan itu antara ada dan tiada. Oleh alasannya ialah itu, sucikanlah hati dan pikiran. ibarat pepatah berkata " Jika ingin orang lain berbuat baik kepadamu, berbuat oke kepada orang lain.” Sehingga, “jika ingin damai, berilah tenang kepada orang lain”.
0 Response to "✔ Perbedaan Itu Indah"
Posting Komentar