Mengunjungi Sacred Monkey Forest Sanctuary Di Ubud, Bali
Mengunjungi Sacred Monkey Forest Sanctuary di Ubud, Bali – Sehabis menikmati liburan singkat di Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan selama tiga hari dua malam, saya bersama temanku melanjutkan liburan kami di sektiar Bali.
Di hari terakhir, kami berencana menjelajahi tempat wisata di kawasan Ubud saja alasannya ialah dari tempat kami menginap di Puri Maharani Boutique & Spa Sanur waktu tempuh untuk menjangkau Ubud hanya sekitar 50 menit.
Baca Juga: Catatan Perjalanan ke Nusa Penida: The Golden Egg of Bali
Mengingat aktivitas penerbangan kembali ke Jakarta masih usang yakni pukul 18:50 WITA, kami pun tidak ingin membuang waktu hanya bermalas-malasan di hotel.
Di Ubud, spot pertama yang ingin kami kunjungi ialah Sacred Monkey Forest Sanctuary. Kebetulan saya belum pernah ke tempat ini setiap pergi ke Bali sehingga tidak ada salahnya melihat sebentar bagaimana penampakan lokasi shooting Julia Roberts dalam film populer Eat, Pray, and Love 😀
Menyapa Monyet-monyet Lucu di Sacred Monkey Forest Sanctuary Ubud
Sekitar satu jam perjalanan, tibalah kami di Sacred Monkey Forest Sanctuary. Salah satu temanku tidak ingin turun alasannya ialah ia tidak ingin dicakar dan diacak-acak oleh monyet-monyet yang berkeliaran bebas di lokasi ini. Makara ia menentukan untuk menunggu di kendaraan beroda empat saja.
Baca Juga: Nusa Lembongan, Klungkung, Bali: Tak Hanya Menawarkan Suasana Baru
Setelah membeli tiket masuk untuk orang remaja seharga Rp 50.000, kami pun diberikan peta lokasi dan kertas panduan. Bagi anak-anak, harga tiket masuk dikenai biaya sebesar Rp 40.000 (per Juni 2017).

Kami pribadi menelusuri jalanan yang dikelilingi pohon-pohon rindang. Usia pohon-pohon tersebut kemungkinan sudah ratusan tahun. Kami juga disambut oleh monyet-monyet yang berkeliaran mulai dari paling bayi sampai yang sudah dewasa.


Seperti istilah yang sering kita dengar bahwa everyday is holiday in Bali. Makara mau itu Senin atau Rabu atau hari lainnya, tempat wisata selalu ramai pengunjung terutama oleh wisatawan mancanegara.
Keindahan Bali memang kolam magnet yang selalu menarik kita untuk kembali. Selalu ada hal yang menciptakan kita ingin kembali ke pulau indah ini.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Menjelajahi Nusa Ceningan, Bali
Setelah menyusuri tempat ini semakin dalam maka kau akan menemukan para pawang monyet sedang membantu turis untuk sanggup berfoto dengan monyet, mulai dari monyet bertengger di atas bahu sampai di kepala menyerupai saya 😀
Jangan lupa mengabadikan momen langka menyerupai ini ya!
Ketika saya melihat seorang turis bule perempuan berfoto dengan monyet yang bertengger di pundaknya, saya dan juga temanku jadi ingin mencoba. Temanku menerima giliran pertama kali.
Sangat lucu ketika Bli tersebut memperlihatkan pisang, monyet itu bukannya melompat ke bahu temanku malahan melompat pribadi ke kepalanya haha 😀
Baca Juga: Menikmati Hidangan Sate Plecing Arjuna di Denpasar, Bali
Nah, selanjutnya datang giliranku. Aku pun menentukan untuk duduk saja dan berkemas-kemas untuk tidak merespon berlebihan ketika monyet tersebut melompat ke pundakku.
Bli tersebut meyakinkan bahwa monyet tidak akan menggigit kalau kita tidak menyentuh ataupun mengganggunya. Usahakan biar kau tetap stay calm dan jangan mengusiknya. Meskipun terlihat kecil, monyet ini berat juga loh 😀

Tidak hanya di pundak, perlahan monyet tersebut bergeser ke kepalaku. Aku pun harus pasrah alasannya ialah saya tidak sanggup berbuat apa-apa kecuali menunggu monyet tersebut turun sendiri atau menunggu Bli tersebut menyuruh monyet itu turun.
Padahal saya gres keramas sebelum berangkat, jadi mau tidak mau pulang ke Jakarta dalam kondisi rambu anyir monyet. Untung saja ketika di atas ia tidak pipis haha 😀
Baca Juga: Memanjakan Lidah dengan Bubur Ala Hongkong di Warung Bubur Laota Tuban, Bali
Untuk sanggup berfoto bersama monyet ini kau dikenakan tarif Rp 20.000 per orang. Mengingat saya bersama dengan temanku sama-sama berfoto dengan monyet tersebut maka Bli itu hanya memperlihatkan tarif Rp 10.000 per orang. Bisa jadi sih alasannya ialah kita ialah turis dalam negeri sehingga harga dengan turis mancanegara diberi perbedaan.

Sehabis berfoto dengan monyet lucu tersebut kami pun melanjutkan perjalanan kami. Cukup melihat-lihat pemandangan yang asri dan sambil menyegarkan mata dengan melihat bule-bule ganteng berlalu lalang 😀
Baca Juga: Nikmatnya Gelato di Gusto Gelato & Caffe, Kerobokan, Bali
Kami tidak ingin berlama-lama di lokasi ini alasannya ialah memang masih ada dua tempat lagi yang ingin kami singgahi sebelum jadinya menuju bandara untuk pulang ke Jakarta. Di mana ada spot anggun kami pribadi foto di situ saja demi menghemat waktu.
Padahal di sini juga terdapat akal-akalan yang sanggup menjadi tempat anggun untuk berfoto, namun apa daya kami seakan dikejar waktu.
Tak terasa sudah 30 menit kami berada di tempat ini maka sudah saatnya kembali ke kendaraan beroda empat untuk menuju spot kedua yakni Tegallalang Rice Terrace yang lokasinya juga tidak terlalu jauh dari sini.
Untungnya kami masih cukup pagi ke kawasan Ubud alasannya ialah kalau kami datang lebih siang maka macet akan ada di mana-mana ditambah lagi jalanan di sini cukup sempit. Bisa-bisa kami tidak sanggup mengunjungi semua spot yang kami rencanakan atau lebih parahnya lagi ketinggalan pesawat, duh 🙁
Baca Juga: Serunya Menikmati Malam di Motel Mexicola, Seminyak, Bali
Awal yang menyenangkan sanggup menghabiskan waktu di Sacred Monkey Forest Sanctuary di Ubud, tidak sabar untuk melanjutkan ceritaku selama berada di Tegallalang Rice Terrace yang lokasinya sama-sama di Ubud. So, keep on reading, guys! 😀
Kelebihan dan Kekurangan Sacred Monkey Forest Sanctuary di Ubud, Bali
Kelebihan Sacred Monkey Forest Sanctuary Ubud:
- Lokasi yang asri dan terawat
- Akses yang gampang dan cepat kalau melalui Sanur
- Ada toilet umum
- Ada tempat makan umum
- Signal provider telekomunikasi yang kuat
Kekurangan Sacred Monkey Forest Sanctuary Ubud:
- Tarif masuk yang tergolong mahal bagi wisatawan domestik
Peta Sacred Monkey Forest Sanctuary di Ubud, Bali
Rute Perjalananku Menelusuri Pulau Dewata Bali
(Note: klik dot/pinpoint pada peta di atas untuk melihat detil masing-masing lokasi)
Sacred Monkey Forest Sanctuary, Ubud → Tegallalang Rice Terrace, Ubud → Tirta Empul Tampaksiring, Gianyar
Baca Juga Catatan Perjalananku Lainnya:
- Batu Caves, Salah Satu Wisata Wajib di Malaysia
- Catatan Perjalanan ke Nusa Penida: The Golden Egg of Bali
- Kelingking Beach, Nusa Penida: Pesona Keindahan Tak Terlupakan
- Mengunjungi Broken Beach (Pasih Uug) di Nusa Penida
- Angel’s Billabong, Nusa Penida: Suguhan Alam yang Menakjubkan
- ‘Bertengger’ di Pohon Cinta Sembari Menikmati Alam Nusa Penida yang Mengagumkan
- Indahnya Paluang Cliff di Nusa Penida, Bali: Pemandangan Luar Biasa dari Ketinggian
- Pantai Crystal Bay di Nusa Penida, Bali: Menyimpan Keindahan Alam yang Mengagumkan
- Coco Resort Penida, Tempatku ‘Berteduh’ Selama Menjelajahi Nusa Penida
- Menyambangi Hotel Puri Maharani Boutique and Spa, Sanur, Bali
- Mengagumi Keindahan Alam Pulau Seribu Nusa Penida, Raja Ampat Ala Bali
- Atuh Beach Nusa Penida, Salah Satu Pantai Kebanggaan Bali
- Menyantap Jamuan di Warung NG, Nusa Penida, Bali
- Asiknya Nongkrong di Gusto Gelato & Caffe, Kerobokan, Bali
- Menikmati Hidangan Sate Plecing Arjuna di Denpasar, Bali
- Bukit Teletubbies Nusa Penida, Menyuguhkan Panorama yang Mengagumkan
- Meriahnya Suasana di Motel Mexicola, Kerobokan, Seminyak, Bali
- Raja Lima Nusa Penida yang Tak Kalah Indah dari Raja Ampat
- Pelabuhan Toyapakeh Nusa Penida, Bali: Menjadi ‘Perantara’ dalam Penjelajahanku
- Nyamannya The Cozy Villas Lembongan di Nusa Lembongan, Bali
Sumber https://ladypinem.com
0 Response to "Mengunjungi Sacred Monkey Forest Sanctuary Di Ubud, Bali"
Posting Komentar