Contoh Pidato Perihal Iktikad Dan Jihad

Iman kepada Allah dan RasulNya merupakan iktikad yang harus kokoh, secara fanatik harus dijaga dari perasaan keragu-raguan. Sebab itu, kita orang mukmin diharuskan jihad (berjuang) menegakan iman. Nah, untuk selengkapnya marilah kita simak bersama, referensi pidato bahasa indonesia wacana iman dan jihad berikut ini:

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Silahkan pilih referensi mukodimah pidato yang anda sukai)

Para hadirin yang saya hormati,
Jihad merupakan tiang pancang bagi tegaknya agama. Jihad tidak pernah karam atau selesai dalam kondiri rentangan sejarah umat Islam.

Firman Allah dalam surat Al-Hujurat 15:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ

يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS: Al-Hujuraat Ayat: 15)

Para hadirin yang berbahagia,
Hendaknya disadari bahwa dalam penggolongan moralitas Islam, bahwa insan itu sanggup dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu mereka yang beriman kepada Allah, mereka yang munafik, dan mereka yang kafir atau kufur. Dua golongan yakni munafik dan kufur tidak termasuk sebagai orang islam. Meskipun orang munafik itu seringkali menampakan ke Islamannya namun tetap bermuka dua. Secara lahiriah ia islam namun hatinya kafir.

Kemudian orang yang beriman, adakala keimanannya berpengaruh dan adakala keimanannya lemah. Keimanan mereka mengalami pasang dan surut.

"Iman itu sanggup bertambah dan berkurang"

Sekali waktu keimanan itu menipis sehingga orang yang bersangkutan nyaris tidak pantas disebut muslim. Meskipun demikian, sedikit sekali yang tertinggal di dalam hatinya wacana iman, maka masih dianggap muslim.

Namun sekali waktu tampak dan terasa kuat. Sehingga ia bersungguh-sungguh dalam memadukan keimanannya dengan amal shalih yang dikerjakan sehari-hari. Oleh lantaran keadaan iman yang naik turun, maka hendaknya ada usaha training dan pengembangan guna mencapai pada tangga kesempurnaan iman.

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara sekalian.
Selanjutnya bagaimana caranya supaya kesempurnaan iman tidak ternoda dan tidak ditumbuhi oleh penyakit keimanan? Yakni sifat yang mendekati kemunafikan, sifat ragu-ragu atas kebenaran mutlak?

Keragu-raguan di dalam hati memang membahayakan. Tidak sekedar ancaman dalam dilema iman. Justru dalam tindakan-tindakan lainnya, bila unsur ragu-ragu telah memasuki perbuatan maka seseorang akan menjadi canggung. Lalu perbuatan itu menjadi tidak mantap. Menjadi setengah-setengah dan kesudahannya terperangkap dalam bahaya.

Iman kepada Allah dan rasulNya harus higienis dari perasaan keragu-raguan. alasannya ialah sifat mental yang tidak memiliki kepastian akan menggoyahkan seseorang dari keyakinan yang mantap. Akibatnya batal atau rusaklah semua keyakinan yang bernilai Ilaiyah.

Para hadirin yang berbahagia,
Bagi orang islam, sebetulnya untuk menghilangkan rasa rag-ragu dan bimbang terhadap keimanan itu tidaklah sulit, asalkan berpegang teguh pada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Hadis. Hanya saja adakala kita terpengaruh pada lingkungan. Dimana lingkungan tidak sepenuhnya mendukung kemantapan iman. Seringkai orang menjadi goyah imannya lantaran imbas pergaulan.

Oleh alasannya ialah itulah Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk berjihad. Di dalam Al-Qur'an seringkali kita jumpai kata-kata jihad beriringan dengan kata-kata iman.

Bapak, Ibu dan saudara sekalian.
Hendaknya janganlah mengartikan secara salah wacana kata-kata jihad. Pada umumnya orang hanya mengartikan bahwa jihad selalu bekerjasama dengan perang, mengangkat senjata dan kekerasan. Bisa saja diartikan perang melawan orang kafir dan menegakan kebenaran. Namun di sisi lain sanggup pula diartikan sebagai pertahanan iman. Jihad mempertahankan iman di luar perang ialah bahwa kita harus memerangi hawa nafsu dan setan yang ada dalam diri kita sendiri. Kita harus memerangi rasa was-was dan keragu-raguan wacana iktikad dan keyakinan kepada Allah dan rasulNya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw, bersabda:


"Kami kembali dari usaha yang kecil kepada usaha yang besar." Kemudian Rasulullah saw bersabda pula, "Perjuangan yang besar yaitu menahan hawa nafsu."


Sekarang ini kita sadari bahwa Islam memiliki lingkungan yang menggangu. Dan yang terganggu ialah iman di dalam dada. Maka jihad yang dikamsud ialah melindungi iman di dada dari gangguan luar. Tentu saja kita harus berjuang sekuat jiwa untuk memerangi hawa nafsu dan setan yang melemahkan iman kita. Perang kepada siapa? memerangi diri kita sendiri.
Rasulullah saw bersabda:

"Barang siapa yang tiada sedikitpun dilubuk hatinya sebeat timbangan suatu daripada jihad, maka ia akan mati sebagaimana matinya orang jahiliyah."


Wal hasil jihad juga merupakan kewajiban yang harus selalu menjadi perhatian oleh setiap mukmin. Untuk jihad di jalan Allah, orang tidak harus mengangkat senjata di medan perang, tetapi dengan harta benda atau mungkin dengan ucapan atau tindakan atau siasat pun sudah dianggap sebagai jihad.

Pintu jihad sangatlah luas dan majemuk bentuknya. Tidak harus dilakukan di ketika darurat perang saja. Bagi orang Islam jihad merupakan usaha yang harus dilakukan speanjang masa. Jihad yang mesti dilakukan dalam hal ini ialah menyerupai yang telah disebutkan tadi.

Demikianlah sedikit apa yang sanggup saya sampaikan pada kesempatan ini. Jika ada kesalahan, maka itu lantaran khilaf dan kebodohan ilmu saya. Namun bila dalam bahan itu sanggup dipetik kebenarannya, maka hal itu semata-mata lantaran ilmu Allah. Mohon maaf atas segala kekurangannya.

Bilahit taufiq wal hidayah, wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Sumber http://pidatu.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Contoh Pidato Perihal Iktikad Dan Jihad"

Posting Komentar