✔ Tawurji, Tradisi Bawah Umur Cirebon Pada Malam Rabu Wekasan

(anak-anak sedang membawa obor dan berkeliling komplek)
Setiap kawasan yang dihuni manusi niscaya mempunyai kebudayaan yang berbeda- beda, budaya sendiri lahir dari proses cipta, rasa karya dan karsa insan (soerjono suekanto) kebudayaan ini tercipta melalui proses yang Panjang, di seleksi dengan tolak ukur nilai dan norma yang dianggap baik di masyarakat, kebudayaan terus berkembang mati dan berganti seiring berjalannya waktu.
Salahsatu bentuk kebudayaan yakni tradisi. Tradisi sendiri berarti sesuatu prosesi ritual atau aktifitas, tata program dan kelakuan terhadap sesuatu atau di waktu tertentu pada suatu daerah, salahsatu bentuk budaya sanggup bersifat local maupun universal, dengan berkembangnya globalisasi banyak diantara kebudayaan barat dan eropa yang mulai populer diseluruh dunia bahkan diantaranya banyak di adopsi oleh masyarakat di luar eropa, salahsatunya yakni budaya malam “hellowin”, padahal apabila kita sadari, di Indonesia sendiri telah kaya akan kebudayaan dan tradisi yang layak untuk di lestarikan, salahsatunya yakni tradisi tawurji di Cirebon.
Apa itu Tawurji ? :
Tradisi Tawurji itu sendiri berasal dari dua suku kata yaitu “tawur dan ji” tawur sanggup di maknai sebagi melemparkan sesuatu, sedangkan ji berasal dari kata Haji / kaji (sebutan lain untuk orang yang telah menunaikan ibadah haji di Cirebon) Tawurji sendiri merupakan tradisi unik dimana pada malam rabu wekasan atau malam rabu terakhir bulan sapar dalam kalender hijriah, anak -anak kecil akan berkeliling kampung atau kompleks pada waktu selepas sholat magrib, sampai adzan isya dengan memakai peci dan sarung dan membawa obor, namun di beberapa wilayah lain di Cirebon etika berkeliling tersebut sering di lakukan di waktu lain namun tetap di hari rabu wekasan. Dan tidak memakai obor. Biasanya sambal berkliling kampung bawah umur tersebut akan bangkit di depan rumah dan akan menyanyikan tembang tawurji yang berbunyi “wur-tawur ji tawur, selamat dawa umur” dalam Bahasa Indonesia tembang tersebut kurang lebih mempunyai makna “lemparkan ji (haji) lemparkan , selamapt Panjang umur”, lemparkan di sini yang di maksud yakni memperlihatkan uang kecil atau permen atau apapun dalam bentuk sedekah, (sawer) akan tetapi pada umumnya dengan memberi uang recehan pada anak-anak. Tradisi ini ibarat dengan malam hallowin di eropa namun di praktikan dengan cara yang berbeda dan mempunyai keorisinilan tersendiri.

Asal Usul Tradisi Tawurji :

Tidak ada literature yang terang terkait asal mula tradisi ini alasannya yakni memang telah berlangsung secara turun temurun. Namun dari beberapa sumber yang di rangkum secara bebas baik itu verbal mapun goresan pena terdapat beberapa perkiraan atas terbentuknya tradisi tersebut.
·         Pertama : Rabu Wekasan dan tolak bala :

Dalam kepercayaan nusantara dan juga banyak di percaya oleh kalangan Masyarakat yg bergama muslim bahwa dalam bulan safar terdapat banyak kemalangan yang akan di turunkan oleh Allal SWT, ibarat apa yang di tulis dari beberapa web di internet dan tertulis dalam kitab -kitab menyampaikan bahwa pada bulan safar allah menurunkan lebih dari 3000 bala dalam satu malam di muka bumi, maka untuk mencgah bala tersebut di anjurkan untuk shalat hajat tolak bala atau sholat mutlah di lanjutkan dengan membaca doa dan memperbanyak sedekah, oleh alasannya yakni itu tradisi tawurji merupakan salahsatu bentuk berzakat dan dibalas dengan doa bawah umur fakir dan anak yatim, dengan ucapan Tawur JI (kaji) tawur, “Selamat dawa umur “ ungkapan ji, di ucapkan sebagai bentuk penghormatan, karna pada masyarakat yang masih bersifat tradisional gelar haji merupakan symbol kemapanan status sosial dan ekonomi, dan bagi para masyarakat yang belum menjadi haji penyebutan tersebut di harapkan sanggup menjadi doa supaya segera menunaikan Haji. Sedangkan kata selamat dawa umur menjadi poin penting dalam doa tersebut alasannya yakni mendoakan supaya terhindar dari bala dan mendapat umur yang Panjang.

·         Kedua : Tawurji merupakan tradisi yang di perintahkan Wali songo

Cirebon merupakan kota yang menjadi tempat salahsatu wali songo mengembangkan agama islam hal tersebut tentu saja memengaruhi banyak aspek sosial budaya di masyarakat. Tradisi tawurji di duga sangat berkaitan dengan kematian Syekh Siti Jenar, yang di ceritakan harus di sanksi mati oleh para wali lainnya karna ajarannya yang di khawatirkan sanggup menyesatkan para muridnya. Berdasarkan sanksi mati tersebut kesudahannya banyak dari anak asuh syekh siti jenar menjadi terlantar. Menurut beberapa sumber anak asuhnya berjumlah 40 orang, dan untuk mencegah anak- anak tersebut kelaparan, maka para wali menyuruh setiap rabu wekasan untuk memperlihatkan uang kepada anak- anak tersebut sebagai sedekah, hal tersebut pula di duga melatari orang Cirebon untuk menciptakan masakan ringan anggun Apem untuk di bagi- bagikan dan kirab atau ritual mandi di sungai.

Tawurji di Kraton cirebbon
Terlepas dari dua perkiraan mengenai asal permintaan tradisi ini, tawurji merupakan bab dari budaya yang juga layak untuk di lestarikan dengan di ambil sisi positifnya dan di hilangkan sudut negatifnya. Demikian telah di paparkan sedikit dari pemahaman saya wacana budaya Tawurji yang mungkin akan punah di suatu hari. Sejatinya tawurji ini merupakan amanah suci dari para wali songo ataupun jalan untuk memperlihatkan sedekah pada sesame oleh karenanya mari kita sikapi dengan sudut pandang yang kasatmata untuk memaknai sebuah tradisi yang telah berlangsung semenjak usang ini.

#meninjau ulang bahwa terdapat bala yang di turunkan di bulan sapar khususnya pada hari rabu wekasan, sebaiknya kita pelajari hal tersebut secara lebih dalam dan hendaknya harus kita yakini bahwa semua bulan yakni sama yang mempunyai unsur kasatmata dan negative, yang perlu di lakuan yakni tetap ikhtiar dan menjalani semuanya dengan sebaik mungkin. terimakasih


Sumber http://bakasuracendekia.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "✔ Tawurji, Tradisi Bawah Umur Cirebon Pada Malam Rabu Wekasan"

Posting Komentar