Reaktif Maintenance ( Breakdown Maintenance )
Breakdown Maintenance merupakan kegiatan maintenance (pemeliharaan) yang dilakukan sebagai reaksi atau tindakan segera yang menduduki prioritas utama untuk mengembalikan kondisi peralatan atau mesin pada kondisi atau keadaan normal sehabis mengalami kegagalan fungsi yang menimbulkan peralatan tersebut berhenti beroperasi. Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh minimnya perhatian yang diberikan terhadap kondisi operasi permesinan, peralatan atau sistem yang dijalankan. Selama ini kegiatan breakdown maintenance selalu difokuskan pada seberapa cepat mesin atau sistem sanggup dikembalikan ke kondisi normal. sepanjang mesin atau peralatan sanggup berfungsi meski pada level minimum yang diizinkan, maka pemeliharaan yang dijalankan dinilai efektif. Pendekatan administrasi maintenance (pemeliharaan) tersebut terang tidaklah efektif selain juga akan menimbulkan biaya perawatan menjadi tinggi di kemudian hari. Dalam Breakdown maintenance terdapat dua faktor utama yang sanggup memperlihatkan donasi yang berpengaruh yang sanggup mengakibatkan tingginya biaya perawatan antara lain :
(1) Tidak baiknya perencanaan atau belum adanya perencanaan
(2) Perbaikan yang kurang menyeluruh.
Keterbatasan yang pertama dari breakdown maintenance yaitu menyangkut tidak baiknya perencanaan dimana hal tersebut seringkali juga dipaksakan oleh pihak administrasi produksi. Sebagai contoh, penggunaan tenaga kerja dan efektifitas sumber daya perawatan yang masih minim. Idealnya, biaya dari breakdown maintenance berkisar antara tiga hingga empat kali lebih besar dibanding dengan perbaikan yang sama apabila dilakukan melalui perencanaan yang matang.
Keterbatasan yang kedua yaitu memusatkan perbaikan bukan pada akar penyebab terjadinya kegagalan fungsi dari suatu peralatan. Sebagai contoh, Suatu kerusakan pada bearing akan sanggup mengakibatkan suatu mesin menjadi kritis yang berdampak terhentinya proses produksi. Dalam breakdown maintenance, bearing tersebut harus diganti sesegera mungkin sehingga mesin akan kembali bekerja. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk menemukan akar permasalahan dari kerusakan bearing atau bagaimana untuk menghindari terulang kembalinya kerusakan tersebut di masa yang akan datang. Sebagai hasilnya, keandalan mesin atau sistem tersebut akan menjadi berkurang.
Sumber http://rimantho.blogspot.com
(1) Tidak baiknya perencanaan atau belum adanya perencanaan
(2) Perbaikan yang kurang menyeluruh.
Keterbatasan yang pertama dari breakdown maintenance yaitu menyangkut tidak baiknya perencanaan dimana hal tersebut seringkali juga dipaksakan oleh pihak administrasi produksi. Sebagai contoh, penggunaan tenaga kerja dan efektifitas sumber daya perawatan yang masih minim. Idealnya, biaya dari breakdown maintenance berkisar antara tiga hingga empat kali lebih besar dibanding dengan perbaikan yang sama apabila dilakukan melalui perencanaan yang matang.
Keterbatasan yang kedua yaitu memusatkan perbaikan bukan pada akar penyebab terjadinya kegagalan fungsi dari suatu peralatan. Sebagai contoh, Suatu kerusakan pada bearing akan sanggup mengakibatkan suatu mesin menjadi kritis yang berdampak terhentinya proses produksi. Dalam breakdown maintenance, bearing tersebut harus diganti sesegera mungkin sehingga mesin akan kembali bekerja. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk menemukan akar permasalahan dari kerusakan bearing atau bagaimana untuk menghindari terulang kembalinya kerusakan tersebut di masa yang akan datang. Sebagai hasilnya, keandalan mesin atau sistem tersebut akan menjadi berkurang.
0 Response to "Reaktif Maintenance ( Breakdown Maintenance )"
Posting Komentar