Pemeliharaan Rutin (Proactive Maintenance)
Proactive Maintenance intinya sanggup didefinisikan sebagai pemeliharaan (maintenance) secara bersiklus yang biasanya eksklusif dilaksanakan oleh operator produksi pada dikala pelaksanaan pekerjaan diluar tugasnya sebagai operator produksi (biasanya kiprah pemeliharaan menjadi tanggung jawab departemen maintenance). Tujuan dari dilaksanakannya pemeliharaan (maintenance) secara bersiklus di luar kiprah departemen maintenance tersebut bagi operator produksi antara lain yaitu :
1. Mengerti fungsi dan mekanisme mesin/alat sehingga sanggup mengoperasikan mesin/alat dengan benar.
2. Mengerti kondisi tidak normal dari mesin/alat sehingga sanggup menjaga kondisi dasar mesin/alat.
3. Memahami kekerabatan mesin/alat dengan kualitas
4. Mencegah laju kemunduran mesin/alat
5. Memanfaatkan mesin/alat untuk membina cara bekerja dan berfikir
6. Melakukan perbaikan & administrasi yang sempurna menuju kondisi ideal
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh operator produksi dalam menerapkan jadwal pemeliharaan secara bersiklus atau rutin tersebut guna mencapai sasaran yang dibutuhkan antara lain : Menjaga kebersihan mesin dan lingkungannya, Penanggulangan sumber kontaminasi, Penyusunan standar mekanisme pemeliharaan, pelaksanaan inspeksi umum pada alat/mesin, pelaksanaan inspeksi mandiri, pelaksanaan administrasi lokasi kerja dan pelaksanaan administrasi diri sepenuhnya.
Dari beberapa tahapan tersebut di atas, paling tidak sanggup digolongkan ke dalam tiga kategori kegiatan utama yang biasa disebut sebagai TLC (Tighten, Lubricate, Clean). Bila diartikan Tighten berarti berkaitan dengan aktivitas-aktivitas pengencangan part-part mesin/alat ibarat baut. Yang kedua yaitu lubricate yang berarti kegiatan pelumasan terhadap bagian-bagian tertentu yang membutuhkan pelumasan yang bertujuan untuk menghindari karat atau melindungi bab kontak, dsb. Sementara kegiatan yang ketiga yaitu Clean yang berarti operator produksi bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan mesin. Ketiga faktor tersebut secara tidak eksklusif akan kuat terhadap kinerja mesin/alat sehingga potensi terjadinya kegagalan fungsi kemungkinan akan sanggup dideteksi secara dini.
Pelaksanaan pemeliharaan rutin atau berdikari ini relatif sulit untuk dijalankan terutama di perusahaan yang mempunyai budaya kerja dimana tugas-tugas perawatan mesin/alat sepenuhnya diserahkan ke bab perawatan. Operator produksi hanya sebagatas memakai mesin/alat tanpa mau dipusingkan oleh aktivitas-aktivitas yang bersifat TLC. Hal ini terlihat sekali pada perusahaan-perusahaan yang mengalami kegagalan dalam menerapkan Total Productive Maintenance dikarenakan budaya kerja yang tidak memungkinkan ibarat tidak ada totalitas dari seluruh komponen perusahaan dan minimnya kepedulian terhadap kegiatan perawatan serta selalu berpandangan bahwa pekerjaan perawatan sepenuhnya berada di bahu departemen maintenance.
Sumber http://rimantho.blogspot.com
1. Mengerti fungsi dan mekanisme mesin/alat sehingga sanggup mengoperasikan mesin/alat dengan benar.
2. Mengerti kondisi tidak normal dari mesin/alat sehingga sanggup menjaga kondisi dasar mesin/alat.
3. Memahami kekerabatan mesin/alat dengan kualitas
4. Mencegah laju kemunduran mesin/alat
5. Memanfaatkan mesin/alat untuk membina cara bekerja dan berfikir
6. Melakukan perbaikan & administrasi yang sempurna menuju kondisi ideal
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh operator produksi dalam menerapkan jadwal pemeliharaan secara bersiklus atau rutin tersebut guna mencapai sasaran yang dibutuhkan antara lain : Menjaga kebersihan mesin dan lingkungannya, Penanggulangan sumber kontaminasi, Penyusunan standar mekanisme pemeliharaan, pelaksanaan inspeksi umum pada alat/mesin, pelaksanaan inspeksi mandiri, pelaksanaan administrasi lokasi kerja dan pelaksanaan administrasi diri sepenuhnya.
Dari beberapa tahapan tersebut di atas, paling tidak sanggup digolongkan ke dalam tiga kategori kegiatan utama yang biasa disebut sebagai TLC (Tighten, Lubricate, Clean). Bila diartikan Tighten berarti berkaitan dengan aktivitas-aktivitas pengencangan part-part mesin/alat ibarat baut. Yang kedua yaitu lubricate yang berarti kegiatan pelumasan terhadap bagian-bagian tertentu yang membutuhkan pelumasan yang bertujuan untuk menghindari karat atau melindungi bab kontak, dsb. Sementara kegiatan yang ketiga yaitu Clean yang berarti operator produksi bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan mesin. Ketiga faktor tersebut secara tidak eksklusif akan kuat terhadap kinerja mesin/alat sehingga potensi terjadinya kegagalan fungsi kemungkinan akan sanggup dideteksi secara dini.
Pelaksanaan pemeliharaan rutin atau berdikari ini relatif sulit untuk dijalankan terutama di perusahaan yang mempunyai budaya kerja dimana tugas-tugas perawatan mesin/alat sepenuhnya diserahkan ke bab perawatan. Operator produksi hanya sebagatas memakai mesin/alat tanpa mau dipusingkan oleh aktivitas-aktivitas yang bersifat TLC. Hal ini terlihat sekali pada perusahaan-perusahaan yang mengalami kegagalan dalam menerapkan Total Productive Maintenance dikarenakan budaya kerja yang tidak memungkinkan ibarat tidak ada totalitas dari seluruh komponen perusahaan dan minimnya kepedulian terhadap kegiatan perawatan serta selalu berpandangan bahwa pekerjaan perawatan sepenuhnya berada di bahu departemen maintenance.
0 Response to "Pemeliharaan Rutin (Proactive Maintenance)"
Posting Komentar