Bentuk Muka Bumi Akhir Tenaga Eksogen

Bentuk muka bumi tanggapan tenaga eksogen 

Bentuk muka bumi tanggapan tenaga eksogen – Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar perut bumi. Tenaga eksogen merupakan tenaga yang sanggup merombak dan merubah bentuk muka bumi atau bentang lahan yang telah ada. Perombakan muka bumi tanggapan tenaga eksogen sanggup disebabkan oleh proses pelapukan, pengikisan, pengendapan, dan pergerakan batuan atau tanah. Proses perombakan atau perubahan muka bumi ini, pengerjaannya dilakukan oleh air, udara, dan es.

Pelapukan
Pelapukan ialah insiden penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimiawi, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan bermetamorfosis tanah. Apabila tanah tersebut tidak bercampur dengan mineral lainnya, maka tanah tersebut dinamakan tanah mineral.
Faktor-faktor yang mensugesti pelapukan
Ada empat faktor yang mensugesti terjadinya pelapukan batuan, yaitu sebagai berikut.
  • Keadaan struktur batuan. Struktur batuan ialah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat fisik batuan, contohnya warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan ialah unsur-unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang mengakibatkan perbedaan daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang gampang lapuk contohnya kerikil lempeng (batuan sedimen), sedangkan batuan yang susah lapuk contohnya batuan beku.
  • Keadaan topografi. Topografi muka bumi juga ikut mensugesti proses terjadinya pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam, cenderung akan gampang melapuk dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai. Pada lereng yang curam, batuan akan dengan sangat gampang terkikis atau akan gampang terlapukkan lantaran pribadi bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapi pada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh aneka macam endapan, sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.
  • Cuaca dan iklim. Unsur cuaca dan iklim yang mensugesti proses pelapukan ialah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Pada kawasan yang mempunyai iklim lembab dan panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan. Pergantian temperatur antara siang yang panas dan malam yang hambar akan semakin mempercepat pelapukan, apabila dibandingkan dengan kawasan yang mempunyai iklim dingin.
  • Keadaan vegetasi. Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mensugesti proses pelapukan, alasannya ialah akar-akar flora tersebut sanggup menembus celah-celah batuan. Apabila akar tersebut semakin membesar, maka kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos batuan. Selain itu, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat batuan melapuk. Sebab, serasah batuan mengandung zat asam arang dan humus yang sanggup merusak kekuatan batuan.
Jenis-jenis pelapukan
Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
  • Pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik (fisis), yaitu insiden hancur dan lepasnya material batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan pelapukan mekanik, yaitu sebagai berikut. (a) Akibat perbedaan temperatur Batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambat laun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil. (b) Akibat abrasi di kawasan pegunungan. Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar, sehingga air akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak struktur batuan. (c) Akibat kegiatan makhluk hidup menyerupai binatang dan tumbuh-tumbuhan. Akar flora akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan binatang yang selalu membawa butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan, insan juga memperlihatkan andil dalam terjadinya pelapukan mekanis (fisik). Dengan pengetahuannya, batuan sebesar kapal sanggup dihancurkan dalam sekejap dengan memakai dinamit. (d) Akibat perubahan air garam menjadi kristal. Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan sanggup merusak batuan pegunungan sekitarnya, terutama batuan karang.
  • Pelapukan kimiawi. Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan yang disertai dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan proteksi air, dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam pelapukan kimiawi ini disebut dekomposisi. Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagai berikut. (a) Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja. (b) Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion faktual dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat. (c) Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi umumnya akan berwarna kecoklatan, alasannya ialah kandungan besi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi niscaya batuan akan mengalami pelapukan. (d) Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang gampang mengalami karbonasi ialah batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan kapur akan mengakibatkan batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) sanggup dengan gampang melarutkan kerikil kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan sanggup menimbulkan tanda-tanda karst. Proses pelapukan batuan secara kimiawi di kawasan karst disebut kartifikasi.
Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di kawasan karst di antaranya sebagai berikut.
  • Dolina. Dolina ialah lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina sanggup terjadi lantaran abrasi (pelarutan) atau lantaran runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua potongan pegunungan kapur di Jawa potongan selatan, yaitu di Pegunungan Seribu.
  • Gua dan sungai bawah tanah Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas. Karena proses pelarutan oleh air, maka retakan/ celah itu akan semakin membesar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang di dalam tanah yang sebagian di antaranya sebagai tempat mengalirnya sungai bawah tana.
  • Stalaktit. Stalaktit ialah kerucut kapur yang melekat bergantungan pada atap gua kapur. Terbentuk dari tetesan air kapur dari atap gua, berbentuk runcing dan mempunyai lubang pipa tempat menetesnya air. Stalagmit ialah kerucut kapur berbentuk tumpul yang melekat bangun pada dasar gua, dan tidak mempunyai lubang pipa. Contohnya, stalaktit dan stalagmit yang terdapat di kompleks Gua Buniayu dan Ciguha Sukabumi Jawa Barat, Gua Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan, Jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah ataupun gua-gua yang ada di sekitar Maros Sulawesi Selatan.
  • Pelapukan organik (biologis). Pelapukan Organik, ialah pelapukan batuan oleh mahluk hidup. Pelapukan jenis ini sanggup bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yang menjadi pembedanya ialah subyek yang melakukannya, yaitu mahluk hidup berupa manusia, binatang ataupun tumbuhan. Contohnya lumut, cendawan ataupun basil yang merusak permukaan batuan.
Pengikisan (erosi)
Pengikisan atau abrasi ialah proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga yang bergerak di atas permukaan bumi. Ada empat jenis abrasi bila dilihat dari zat pelarutnya, yaitu sebagai berikut.
  1. Ablasi. Ablasi ialah abrasi yang disebabkan oleh air yang mengalir. Air yang mengalir menimbulkan banyak ukiran terhadap tanah yang dilaluinya. Besarnya ukiran pada tanah dipengaruhi oleh besarnya air yang mengalir. Gesekan akan semakin besar kalau kecepatan dan jumlah air semakin besar. Kecepatan air juga akan semakin besar kalau gradien (kemiringan) lahan juga besar. Gesekan antara air dengan tanah atau batuan di dasar sungai dan ukiran antara benda benda padat yang terangkat air oleh tanah atau batuan di bawahnya sanggup mengakibatkan terjadinya pengikisan. Pengikisan oleh air sungai yang terjadi secara terus menerus sanggup mengakibatkan terbentuk v, jurang atau ngarai, anutan deras, dan air terjun. Bagaimana terjadinya lembah? Apabila kecepatan anutan air di dasar sungai cepat maka akan terjadi pengikisan di dasar sungai, atau sering disebut abrasi vertikal. Apabila anutan aliran air yang cepat terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan ke arah samping atau abrasi ke samping. Hasil abrasi vertikal, sungai semakin usang semakin dalam, sedangkan abrasi ke samping mengakibatkan sungai samakin lebar. Erosi vertikal membentuk abjad v. Contohnya, lembah Aria, Ngarai Sihanok, dan Grand Canyon di Amerika Serikat. Bagaimana terjadinya jurang? Bentang alam yang dalam dan sempit, termasuk jurang. Jurang terbentuk kalau pengikisan terjadi pada batuan yang resisten. Batuan resisten yang ada di kanan kiri sungai tidak gampang terkikis oleh air, sedangkan abrasi veritikal terus berlangsung. Oleh lantaran itu, abrasi vertikal berlangsung lebih cepat dibandingkan abrasi ke samping. Akibatnya, dinding sungai sangat miring atau cenderung vertikal, sedangkan dasar sungai merupakan materi yang resisten, yaitu batuan yang keras dan tidak gampang terkikis air. Bagaimana terjadi anutan deras pada potongan sungai? Kadang kala kita temui sungai yang pada beberapa bagiannya sangat deras, sedangkan potongan yang lain tidak deras. Aliran air sungai yang deras terbentuk dari adanya jenis batuan yang selang-seling antara batuan yang resisten dan batuan yang tidak resisten pada dasar sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan sulit melaksanakan pengikisan, akhirnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada ketika air melewati batuan yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk menyerupai penderasan pendek yang alirannya deras. Bentang alam menyerupai ini disebut rapit atau anutan deras. Erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir dibagi dalam beberapa tingkatan, sesuai dengan tingkatan kerusakannya, yaitu sebagai berikut, (1) Erosi percik (Splash Erosion. Erosi percik yaitu proses pengikisan yang terjadi oleh percikan air. Percikan tersebut berupa partikel tanah dalam jumlah yang kecil dan diendapkan di tempat lain. (2) Erosi lembar (Sheet Erosion). Erosi lembar yaitu proses pengikisan tanah yang tebalnya sama atau merata dalam suatu permukaan tanah. (3) Erosi alur (Rill Erosion). Erosi alur terjadi lantaran air yang mengalir berkumpul dalam suatu cekungan, sehingga di cekungan tersebut terjadi abrasi tanah yang lebih besar. Aluralur tanggapan abrasi sanggup dihilangkan dengan cara pengolahan tanah biasa. (4) Erosi parit (Gully Erosion). Proses terjadinya abrasi parit sama halnya dengan abrasi alur, tetapi saluransaluran yang terbentuk telah dalam, sehingga tidak sanggup dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
  2. Abrasi. Abrasi yaitu abrasi yang disebabkan oleh air bahari sebagai hasil dari abrasi marine. Tinggi rendahnya abrasi tanggapan air bahari dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan gelombang. Erosi oleh air bahari merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang bahari yang terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh abrasi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggungan yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk lantaran gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya, gelombang meretakan batuan di pantai, kemudian retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelombang secara terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut platform
  3. Eksarasi` Eksarasi yaitu abrasi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es. Jenis abrasi ini hanya terjadi pada kawasan yang mempunyai ekspresi dominan salju atau di kawasan pegunungan tinggi. Proses terjadinya erosi, diawali oleh turunnya salju di suatu lembah pada lereng atau perbukitan. Lama kelamaan salju tersebut akan menumpuk pada lembah, sehingga menjadi padat dan terbentuklah massa es yang berat. Berkat gaya gravitasi, massa es tersebut akan merayap menuruni lereng pegunungan atau perbukitan.
  4. Deflasi. Deflasi yaitu abrasi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada awalnya angin hanya menerbangkan pasir dan debu, tetapi kedua benda tersebut dijadikan senjata untuk menghantam batuan yang lebih besar, sehingga akan mengikis batuan tersebut.
Pengendapan (Sedimentasi)

Sedimentasi ialah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan usang kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. Berikut ialah ciri bentang lahan tanggapan proses pengendapan menurut tenaga pengangkutnya. a) Pengendapan oleh air sungai

Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, oxbow lake, tanggul alam, dan delta.

 Meander` Meander, merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk lantaran adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai potongan hulu. Pada potongan hulu, volume airnya kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling gampang dilewati. Sementara, pada potongan hulu belum terjadi pengendapan. Pada potongan tengah, yang daerahnya datar maka anutan airnya lambat, sehingga membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik potongan dalam maupun tepi luar. Di potongan sungai yang aliranya cepat, akan terjadi pengikisan, sedangkan potongan tepi sungai yang lamban alirannya, akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

 Oxbow lake. Meander biasanya terbentuk pada sungai potongan hilir, alasannya ialah pengikisan dan pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari anutan sungai, sehingga terbentuk oxbow lake, atau disebut juga sungai mati.
 Delta. Pada ketika anutan air mendekati muara, menyerupai danau atau laut, kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh anutan air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada potongan sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta. Pembentukan delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk bahari atau danau. Kedua, arus di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini ialah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
 Tanggul alam. Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan air meluap sampai ke tepi sungai. Pada ketika air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai sebagai hasil dari proses pengendapan oleh laut. Kedua tanggul tersebut merupakan tanggul alam, lantaran proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan alam.

 Pengendapan oleh air laut. Batuan hasil pengendapan oleh air bahari disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air bahari dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke bahari yang dalam. Ketika material masuk ke bahari yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar split terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.

 Pengendapan oleh angin. Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin sanggup berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir terjadi tanggapan akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap, sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.

 Pengendapan oleh gletser. Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser ialah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada ketika ekspresi dominan semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah      hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

Pergerakan batuan atau tanah (Masswasting)

Masswasting atau massmovement ialah proses perpindahan massa batuan dan atau tanah dalam volume yang besar lantaran efek gravitasi. Berdasarkan materi dan kecepatannya, masswasting dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
1. Slow flowage disebut juga rayapan massa (creep), ialah perpindahan massa tanah dalam waktu yang sangat lambat. Peristiwa ini hanya sanggup diketahui dengan mengenali pepohonan yang tumbuh membengkok atau tiang listrik yang bangun miring.
2. Rapid flowage, ialah perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat lantaran dibantu oleh anutan air dalam tanah yang telah jenuh.
3. Landslide atau longsoran, yaitu perpindahan massa batuan atau tanah dalam bentuk blok-blok besar dalam jangka waktu yang cepat. Landslide terdiri atas: (1) Rockslide, yaitu insiden longsoran berupa blok-blok batuan. (2) Rock fall, yaitu insiden runtuhnya massa batuan berupa blokblok batuan.(3) Slump, yaitu insiden longsoran tanah yang gerakannya terputusputus.

Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan

Perubahan lithosfer yang akan dibahas di sini ialah perubahan yang mengarah pada kerusakan di muka bumi yang dinamakan juga sebagai degradasi. Degradasi di sini artinya penurunan kualitas maupun perusakan lahan. Degradasi lahan selain tanggapan proses alam itu sendiri menyerupai terjadinya abrasi dan masswasting, lebih banyak dipengaruhi oleh acara insan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Banjir, longsor, kekeringan, pencemaran ialah ancaman yang selalu mengancam, tanggapan ulah insan di dalamnya. Padahal dampaknya sangat besar terhadap kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun tidak langsung. Dampak abrasi tanah sanggup dirasakan pribadi di kawasan tempat terjadinya, antara lain sebagai berikut:

1. Hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur, sehingga penjangkaran (pencengkraman) akar tumbuhan tidak ada lagi. Selain itu, unsur-unsur hara juga ikut terhanyutkan. Akibatnya tanah tidak subur lagi dan berkembang menjadi tanah yang tandus.
2. Akibat selanjutnya ialah produksi pertanian menurun. Pengelolaan pertanian menjadi lebih mahal lantaran banyak pupuk yang harus dibeli dalam rangka mengembalikan produktivitasnya.
3. Jika biaya produksi pertanian menjadi tinggi, maka menjadikan kemiskinan bagi para petani.
4. Semakin berkurangnya alternatif pengusahaan lahan, alasannya ialah jenis tumbuhan yang sanggup tumbuh semakin terbatas.
5. Karena lahan garapannya sudah tidak subur, maka petani akan membuka hutan untuk dijadikan sebagai lahan garapan baru. Hal ini sangat berbahaya untuk terjadinya abrasi kembali.
6. Hutan semakin gundul dan abrasi terus terjadi, akhirnya sumber air tanah semakin berkurang lantaran infiltrasi air tidak terjadi lagi. Selanjutnya, air limpasan semakin banyak dan mengakibatkan ancaman banjir di potongan hilir.
Selain dampaknya dirasakan pribadi di tempat terjadinya, juga akan dirasakan oleh daerah-daerah yang ada di luarnya, menyerupai terjadi pendangkalan waduk, sungai, dan tubuh airnya. Dengan demikian, tanah tidak bisa lagi menampung air yang masuk sehingga timbul tragedi banjir di mana-mana. Degradasi lahan sanggup terjadi di lingkungan kota maupun pedesaan.

1.Kerusakan lingkungan kota. Migrasi penduduk merupakan salah satu prosedur untuk menjaga biar kepadatan penduduk tidak melampaui daya dukung lingkungan. Salah satu migrasi yang banyak terjadi ialah migrasi dari desa ke kota yang disebut urbanisasi. Proses urbanisasi itu umumnya makin besar lengan berkuasa seiring dengan makin meningkatnya akomodasi suatu kota. Kebiasaan jelek menyerupai membuang sampah sembarangan sering dilakukan oleh masyarakat kota. Padahal, di kota belum ada sistem daur ulang sampah, sedangkan pelayanan sanitasi di kota tidak bertambah, bahkan menurun. Penurunan fungsi sanitasi dan tidak tersedianya air minum yang higienis mengakibatkan terjadinya ledakan penyakit kolera secara berkala. Bentuk kerusakan lingkungan kota yang lain ialah terjadinya banjir, kenaikan jumlah penduduk dan kurangnya kesadaran lingkungan. Hal ini mengakibatkan permukaan tanah yang kedap terhadap air bertambah, sehingga sedikit air hujan yang sanggup meresap ke dalam tanah. Di samping kerusakan sosial budaya, orang desa yang bermigrasi ke kota banyak yang mempunyai pendidikan rendah dan tidak terampil. Oleh alasannya ialah itu, mereka sulit mendapat pekerjaan yang layak.

2. Kerusakan lingkungan desa. Usaha untuk menaikkan daya dukung lingkungan dengan menambah luas lahan yang dipakai untuk pertanian merupakan reaksi terhadap lonjakan kepadatan penduduk. Reaksi tersebut merupakan tanggapan dari tekanan penduduk. Tekanan penduduk terhadap lahan semakin diperbesar      oleh bertambah sempitnya lahan pertanian lantaran dipakai untuk kepentingan lain, contohnya permukiman, jalan, dan pabrik. Kerusakan hutan membawa banyak akibat. Hutan mempunyai fungsi proteksi terhadap tanah. Tetesan air hujan dengan energinya memukul permukaan tanah mengakibatkan mengelupasnya butirbutir tanah. Proses ini disebut abrasi percikan (splash erosion).


Materi berikut ini merukan hasil dari meng Copy dari Website http://www.ilmusocial.com/

thanks..

DGP 




Sumber http://segalageografi.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Bentuk Muka Bumi Akhir Tenaga Eksogen"

Posting Komentar