√ Kehidupan Sosial Zaman Bercocok Tanam
Versi materi oleh Marwan S
Kelompok-kelompok kecil pada masa bercocok tanam makin bertambah besar, alasannya yaitu masyarakat telah mulai menetap dan hidup lebih teratur. Kelompok-kelompok perkampungan tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar contohnya klan, marga dan sebagainya yang menjadi dasar masyarakat Indonesia sekarang.
Kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks setelah mereka tidak saja tinggal di goa-goa, tetapi juga memanfaatkan lahan-lahan terbuka sebagai daerah tinggal. Dengan bertempat tinggal menetap mereka memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menyebarkan teknologi pembuatan alat dari batu. Perubahan cara hidup dari mengembara ke menetap alhasil besar lengan berkuasa terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya. Cara hidup berburu dan meramu secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan. Mereka memasuki tahapan gres yaitu bercocok tanam ini merupakan bencana penting dalam sejarah perkembangnan dan peradaban manusia. Dengan penemuan-penemuan baru, mereka sanggup menguasai alam, terutama yang berafiliasi eksklusif dengan kebutuhan hidup mereka. Ada jenis-jenis flora mulai dibudidayakan dan bermacammacam hewan mulai dijinakkan.
Dengan perkembangannya cara bercocok tanam dan bertani, berarti banyak hal yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut yang tidak mungkin sanggup dipenuhi sendiri. Kondisi inilah yang lalu mendorong munculnya kelompok-kelompok seorang andal atau undagi, contohnya kelompok andal pembuatan rumah, pembuatan gerabah, dan pembuatan alat-alat logam.
Pada tahapan berikutnya, kegiatan pertanian membutuhkan satu organisasi yang lebih luas yang berfungsi untuk mengelola dan mengatur kegiatan pertanian tersebut. Dari organisasi itu lalu menumbuhkan organisasi masyarakat yang bersifat chiefdoms atau masyarakat yang sudah berkepemimpinan. Dalam masyarakat yang demikian itu sudah sanggup dibedakan antara pemimpin dan yang dipimpin.
Pengakuan terhadap pemimpin tidak sekadar alasannya yaitu factor keturunan, tetapi juga dianggap memiliki kekuatan yang lebih dan berkedudukan tinggi. Para pemimpin tersebut setelah meninggal arwahnya tetap dihormati alasannya yaitu kelebihan yang dimilikinya itu. Untuk menghormati sang arwah, dibangunlah tempat-tempat pemujaan menyerupai tampak pada peninggalan-peninggalan punden berundak. Selain sanggup mengambarkan daerah pemujaan arwah, keberadaan punden berundak juga sanggup menjadi bukti adanya masyarakat yang sudah berkepemimpinan. Punden berundak merupakan bangunan daerah melaksanakan upacara bersama. Dalam melaksanakan upacara itu, juga dipimpin oleh seorang pemimpin yang disegani oleh masyarakatnya.
Pada masa itu ada kemungkinan sudah terbentuk desa-desa kecil. Pada mulanya hanya bentuk rumah agak kecil dan berdenah melingkar dengan atap daun-daunan. Kemudian rumah menyerupai itu berkembang dengan bentuk yang lebih besar yang dibangun di atas tiang penyangga. Rumah besar ini bentuknya persegi panjang, dihuni oleh beberapa keluarga inti. Di bawah tiang penyangga rumah dipakai untuk memelihara ternak. Apabila ekspresi dominan panen datang mereka berpindah sementara di akrab ladang-ladang dengan membangun rumah atau gubukgubuk darurat. Binatang-binatang piaraan mereka juga dibawa.
Tidak tidak mungkin pada masa itu, mereka sudah memakai bahasa untuk komunikasi. Para andal menduga bahwa pada masa bercocok tanam menetap ini, mereka sudah memakai bahasa Melayu-Polenesia atau rumpun bahasa Austronesia. Pada masa bercocok tanam mulai muncul kelompok-kelompok profesi, hubungan perdagangan, dan adanya kontak-kontak budaya menjadikan kegiatan masyarakat semakin kompleks. Situasi semacam itu tidak saja menawarkan adanya pelapisan masyarakat berdasarkan kehlian dan pekerjaannya tetapi juga mendorong perkembangan teknologi yang mereka kuasai.
Sumber http://www.ssbelajar.net/
0 Response to "√ Kehidupan Sosial Zaman Bercocok Tanam"
Posting Komentar