Sejarah Yogyakarta (24): Mayor Prawiro Koesoemo, Anggota Pasukan Sentot Ali Basya Yang Jadi Perwira Militer Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini

Oerip Soemohardjo selama ini dianggap sebagai pribumi berpangkat tertinggi (Mayor) di dalam kesatuan militer Belanda (KNIL). Ternyata itu keliru. Jauh sebelum Oerip Soemohardjo menerima pangkat Mayor tahun 1935, Prawiro Koesoemo sudah menerima pangkat tertinggi Mayor pada tahun 1859. Prawiro Koesoemo sebelum menjadi serpihan dari militer Belanda yakni anggota pasukan Sentot Ali Basa, sayap militer Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda di wilayah Jogjakarta pada Perang Jawa (1825-1830).

Nama Oerip Soemohardjo terehabilitasi, sebab Oerip Soemohardjo berpatisipasi aktif dalam perang kemerdekan Republik Indonesia (1945-1948). Pada kurun perang kemerdekaan, Oerip Soemohardjo yakni mantan tentara berpangkat tertinggi apakah yang berasal dari KNIL (Belanda) maupun PETA (Jepang), Dalam jajaran militer Indonesia Oerip Soemohardjo yakni Kepala Staf dengan pangkat Letnan Jenderal. Oerip Soemohardjo meninggal di Jogjakarta tanggal 17 November 1948 pada usia 55 tahun. Pada tahun 1964, Oerip ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.  

Bagaimana Prawiro Koesoemo berpindah haluan dan menjadi serpihan dari militer Belanda yang melawan bangsanya sendiri? Itu tidak pernah ditulis sebab tidak ada yang menulis. Padahal Prawiro Koesoemo mempunyai karir yang cemerlang sampai mencapai pangkat Mayor (pangkat tertinggi untuk pribumi). Sangat beruntung Oerip Soemohardjo sebab riwayatnya telah ditulis panjang lebar. Untuk itu, ada baiknya riwayat Prawiro Koesoemo ditulis. Mari kita telusuri.

Raden Tumenggung Ario Prawiro Koesoemo

Raden Tumenggung Ario Prawiro Koesoemo (disingkat Prawiro Koesoemo) yakni anak Pangeran Ngabehi Djojo Koesoemo. Sedangkan Pangeran Ngabehi Djojo Koesoemo yakni anak Sultan Hamengkoeboewono II (Sultan Sepoeh van Djokjakarta). Demikian J Hageman sebagai teman menulis riwayat Prawiro Koesoemo tidak usang sesudah meninggal dunia di Soerabaja pada tahun 1859 (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 02-06-1859). J Hageman yakni seorang panitera di Landraad Soerabaja.

Perang Jawa berlangsung sekitar lima tahun (1825-1830). Para pemimpin pasukan dalam perang Belanda ini yakni Dipo Negoro, Soenan Saperdan, Sentot, Praboe Ningrat, Mangkodiningrat,  Kjai Modjo, Dipo Kesoemo, Soerio Bronto, Noto Prodjo, Donoeredja dan Prawiro Koesoemo.

Dengan semakin menguatnya militer Belanda, dan semakin terpisahnya antar pasukan, sejumlah pasukan mulai melemah. Salah satu pimpinan pasukan yang menyerahkan diri kepada komandan militer Belanda yakni Prawiro Koesoemo. Penyerahan ini diumumkan oleh Letnan Gubernur Jenderal de Kock yang dimuat pada surat Javasche courant, 13-10-1829. Disebutkan Prawiro Koesoemo di Djokjakarta menyerahkan diri dengan dua mantri dan 11 prajurit.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap menurut sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang dipakai lebih pada ‘sumber primer’ menyerupai surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya dipakai sebagai pendukung (pembanding), sebab aku anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi sebab sudah disebut di artikel aku yang lain. Hanya sumber-sumber gres yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Sumber http://poestahadepok.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Sejarah Yogyakarta (24): Mayor Prawiro Koesoemo, Anggota Pasukan Sentot Ali Basya Yang Jadi Perwira Militer Belanda"

Posting Komentar