Teori Komunikasi Persuasif
Adapun teori yang dianggap relevan dengan persoalan penelitian ini yakni komunikasi persuasif :
Menurut buku Komunikasi Dakwah yang ditulis oleh Wahyu Ilaihi, menyatakan bahwa komunikasi persuasif yakni komunikasi yang bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku. Istilah persuasif bersumber dari bahasa latin yaitu “persuasion” yang berarti membujuk, mengajak atau merayu.
Persuasif bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang sanggup dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa wangsit ataupun konsep. Persuasif yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan tenggang rasa seseorang sanggup digugah.
Sebuah komunikasi yang dibalik efektif itu bukan hanya sekedar menyusun kata atau mengeluarkan bunyi yang berupa lantunan kata-kata yang indah maupun buruk, akan tetapi menyangkut bagaimana supaya orang lain atau pendengar tertarik dengan perhatiannya, mau mendengar, mengerti dan melaksanakan sesuai dengan pesan yang disampaikan. Komunikasi persuasif berusaha mensugesti individu melalui terpaan pesannya, sehingga sanggup didefinisikan pesan yang dimaksudkan untuk mengubah pendapat, sikap, kepercayaan, atau sikap individu maupun organisasi.
Sebagai contoh, dakwah yang dilakukan dengan metode pidato (ceramah). Sebelum dai bermaksud mencapai tujuan dakwah terlebih dahulu harus berusaha membangkitkan perhatian madu. Upaya membangkitkan perhatian tersebut sanggup dilakukan dengan vokal maupun visual. Ditinjau dari aspek olah vokal sanggup dilakukan dengan:
1. Mengatur tinggi rendahnya suara
2. Mengatur irama
3. Serta mengadakan tekanan-tekanan terhadap kalimat yang dianggap penting
Dai harus sanggup mengatur kata-katanya, dimana ia harus berhenti, memanjangkan suku-suku kata tertentu dan mengeraskan bunyi sebagai aksentuasi terhadap kata atau kalimat yang dianggap perlu.
Sementara itu, kontak visual sanggup dilakukan dengan mengarahkan pandangan kepada seluruh madu. Dengan cara itu, madu akan merasa lebih diperhatikan dan diajak bicara oleh dai. Mereka pun akan merasa dituntut untuk memperhatikan juru dakwah, sehingga menjadi hubungan timbal balik yang sangat besar lengan berkuasa antara dai sebagai komunikator dan madu sebagai komunikan, selanjutnya, dai harus bisa berorientasi pada upaya menggerakkan mereka untuk berbuat sesuai dengan bahan atau pesan yang disampaikan.
Selain itu, dalam komunikasi persuasif untuk mencapai tujuan dan sasarannya maka seoarang dai perlu melaksanakan perencanaan secara matang dan untuk menjadi komunikator yang efektif, seorang komunikator dakwah harus membekali mereka dengan teori-teori persuasif yang dikembangkan menjadi beberapa metode, antara lain:
1. Metode Asosiasi yakni penyajian pesan komunikasi dengan jalan menumpangkan pada suatu kejadian yang konkret atau sedang menarik perhatian dan minat massa.
2. Metode Integrasi yakni kemampuan untuk menyatukan diri dengan komunikan dalam arti menyatukan diri secara komunikatif, sehingga tampak menjadi satu, atau mengandung arti kebersamaan dan senasib serta sepenanggungan dengan komunikan, baik dilakukan secara mulut maupun nonverbal (sikap)
3. Metode Pay-off dan Fear arousing yakni acara mensugesti orang lain dengan jalan melukiskan hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan perasaannya atau memberi impian (iming-iming), dan sebaliknya dengan menggambarkan hal-hal yang menyeramkan atau
menyajikan konsekuensi yang jelek dan tidak menyenangkan perasaan.
4. Metode Icing yakni yaitu mengakibatkan indah sesuatu sehingga menarik siapa yang menerimanya. Metode icing juga disebut metode memanis-maniskan atau mengulang acara persuasif dengan jalan menata rupa sehingga komunikasi menjadi lebih menarik.
Empat metode tersebut harus diadaptasi dengan kebutuhan madu. Untuk itu seorang komunikator dakwah layaknya sanggup menganalisis terlebih dahulu situasi dan kondisi objek dakwah yang akan dihadapi. Semakin banyak informasi wacana kondisi madu yang
dikumpulkan, semakin banyak laba yang diperoleh komunikator untuk sanggup menentukan bahan yang sebaik-baiknya menurut informasi yang telah ditetapkan.
Sumber http://makalahahli.blogspot.com
Menurut buku Komunikasi Dakwah yang ditulis oleh Wahyu Ilaihi, menyatakan bahwa komunikasi persuasif yakni komunikasi yang bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku. Istilah persuasif bersumber dari bahasa latin yaitu “persuasion” yang berarti membujuk, mengajak atau merayu.
Persuasif bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang sanggup dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa wangsit ataupun konsep. Persuasif yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan tenggang rasa seseorang sanggup digugah.
Sebuah komunikasi yang dibalik efektif itu bukan hanya sekedar menyusun kata atau mengeluarkan bunyi yang berupa lantunan kata-kata yang indah maupun buruk, akan tetapi menyangkut bagaimana supaya orang lain atau pendengar tertarik dengan perhatiannya, mau mendengar, mengerti dan melaksanakan sesuai dengan pesan yang disampaikan. Komunikasi persuasif berusaha mensugesti individu melalui terpaan pesannya, sehingga sanggup didefinisikan pesan yang dimaksudkan untuk mengubah pendapat, sikap, kepercayaan, atau sikap individu maupun organisasi.
Sebagai contoh, dakwah yang dilakukan dengan metode pidato (ceramah). Sebelum dai bermaksud mencapai tujuan dakwah terlebih dahulu harus berusaha membangkitkan perhatian madu. Upaya membangkitkan perhatian tersebut sanggup dilakukan dengan vokal maupun visual. Ditinjau dari aspek olah vokal sanggup dilakukan dengan:
1. Mengatur tinggi rendahnya suara
2. Mengatur irama
3. Serta mengadakan tekanan-tekanan terhadap kalimat yang dianggap penting
Dai harus sanggup mengatur kata-katanya, dimana ia harus berhenti, memanjangkan suku-suku kata tertentu dan mengeraskan bunyi sebagai aksentuasi terhadap kata atau kalimat yang dianggap perlu.
Sementara itu, kontak visual sanggup dilakukan dengan mengarahkan pandangan kepada seluruh madu. Dengan cara itu, madu akan merasa lebih diperhatikan dan diajak bicara oleh dai. Mereka pun akan merasa dituntut untuk memperhatikan juru dakwah, sehingga menjadi hubungan timbal balik yang sangat besar lengan berkuasa antara dai sebagai komunikator dan madu sebagai komunikan, selanjutnya, dai harus bisa berorientasi pada upaya menggerakkan mereka untuk berbuat sesuai dengan bahan atau pesan yang disampaikan.
Selain itu, dalam komunikasi persuasif untuk mencapai tujuan dan sasarannya maka seoarang dai perlu melaksanakan perencanaan secara matang dan untuk menjadi komunikator yang efektif, seorang komunikator dakwah harus membekali mereka dengan teori-teori persuasif yang dikembangkan menjadi beberapa metode, antara lain:
1. Metode Asosiasi yakni penyajian pesan komunikasi dengan jalan menumpangkan pada suatu kejadian yang konkret atau sedang menarik perhatian dan minat massa.
2. Metode Integrasi yakni kemampuan untuk menyatukan diri dengan komunikan dalam arti menyatukan diri secara komunikatif, sehingga tampak menjadi satu, atau mengandung arti kebersamaan dan senasib serta sepenanggungan dengan komunikan, baik dilakukan secara mulut maupun nonverbal (sikap)
3. Metode Pay-off dan Fear arousing yakni acara mensugesti orang lain dengan jalan melukiskan hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan perasaannya atau memberi impian (iming-iming), dan sebaliknya dengan menggambarkan hal-hal yang menyeramkan atau
menyajikan konsekuensi yang jelek dan tidak menyenangkan perasaan.
4. Metode Icing yakni yaitu mengakibatkan indah sesuatu sehingga menarik siapa yang menerimanya. Metode icing juga disebut metode memanis-maniskan atau mengulang acara persuasif dengan jalan menata rupa sehingga komunikasi menjadi lebih menarik.
Empat metode tersebut harus diadaptasi dengan kebutuhan madu. Untuk itu seorang komunikator dakwah layaknya sanggup menganalisis terlebih dahulu situasi dan kondisi objek dakwah yang akan dihadapi. Semakin banyak informasi wacana kondisi madu yang
dikumpulkan, semakin banyak laba yang diperoleh komunikator untuk sanggup menentukan bahan yang sebaik-baiknya menurut informasi yang telah ditetapkan.
0 Response to "Teori Komunikasi Persuasif"
Posting Komentar