Sejarah Kerajaan Samudera Pasai: Kehidupan Politik, Ekonomi, & Sosial-Budaya
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu Samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Silu atau Merah Selu yang masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu lalu dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh. Berikut di bawah ini, akan menyajikan sebuah klarifikasi mengenai sejarah Kerajaan Samudera Pasai baik dari segi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
Makam Raja Malikul Saleh |
A. Kehidupan Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia), Samudera Pasai berkembang pesat menjadi sentra perdagangan dan sentra studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta tempat di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai.
Samudera Pasai sesudah pertahanannya besar lengan berkuasa segera meluaskan kekuasaan ke tempat pedalaman, mencakup Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik al Saleh menikah dengan putri Raja Perlak.
Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam. Jabatan Sultan Pasai lalu diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Sultan ini mempunyai dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan Malik al Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang lalu mewarisi takhta kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok seumawe.
Sepeninggal Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai diperintah oleh Malik al-Zahir I (1297 – 1302). Ia sering menerima sebutan Sultan Muhammad. Pada masa pemerintahannya, tidak banyak yang dilakukan. Kemudian takhta digantikan oleh Ahmad yang bergelar Al Malik az-Zahir II. Pada masanya, Samudra Pasai dikunjungi oleh Ibnu Batutah, seorang utusan dari Delhi yang sedang mengadakan perjalanan ke Cina dan singgah di sana. Menurut Ibnu Batutah, Samudra Pasai mempunyai armada dagang yang sangat kuat. Baginda raja yang bermazhab Syafi'i sangat besar lengan berkuasa imannya sehingga berusaha mengakibatkan Samudra Pasai sebagai sentra agama Islam yang bermazhab Syafi'i.
Pada era ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 sampai tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh yaitu Sultan Ali Mughayat.
Berikut ini yaitu urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
- Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).
- Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326.
- Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.
- Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.
- Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.
- Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.
B. Kehidupan Eknomi
Kehidupan Eknomi masyakarat Kerajaan Samudera Pasai berkaitan dengan perdagangan dan pelayaran. Hal itu disebabkan lantaran letak Kerajaan Samudera Pasai yang erat dengan Selat Malaka yang menjadi jalur pelayaran dunia ketika itu. Samudra Pasai memanfaatkan Selat Malaka yang menghubungkan Samudra Pasai – Arab – India – Cina. Samudra Pasai juga menyiapkan bandar-bandar dagang yang dipakai untuk menambah perbekalan untuk berlayar selanjutnya, mengurus problem perkapalan, mengumpulkan barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri, dan menyimpan barang dagangan sebelum diantar ke beberapa tempat di Indonesia.
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai |
C. Kehidupan Sosial-Budaya
Para pedagang gila yang singgah di Malaka untuk sementara menetap beberapa usang untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para pedagang dari banyak sekali bangsa itu bergaul selama beberapa usang dengan penduduk setempat. Kesempatan itu dipakai oleh pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab untuk berbagi agama Islam. Dengan demikian, kehidupan sosial masyarakat sanggup lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga bertambah maju.
Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya perubahan fatwa Syiah menjadi fatwa Syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada ketika itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai menyesuaikan dengan adatistiadat setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan adonan Islam dengan watak istiadat setempat.
BACA JUGA:
- Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
- Sejarah Kerajaan Aceh
- Sejarah Kerajaan Demak
BACA JUGA:
- Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
- Sejarah Kerajaan Aceh
- Sejarah Kerajaan Demak
Terima kasih sudah berkenan berkunjung dan membaca artikel di atas wacana sejarah Kerajaan Samudera Pasai, biar sanggup menambah wawasan teman sekalian. Apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^
Sumber http://www.zonasiswa.com
0 Response to "Sejarah Kerajaan Samudera Pasai: Kehidupan Politik, Ekonomi, & Sosial-Budaya"
Posting Komentar