René Descartes Dan Queen Christina: Dongeng Ihwal Hari-Hari Terakhir Sang Filosof Di Swedia
“Doubt is the origin of wisdom” (René Descartes, ‘Meditations on First Philosophy’)
Tepat pukul dua belas siang, kelas demografi gres saja usai. Selesai makan siang di kampus, saya pribadi berlari menuju stasiun mengejar aktivitas kereta terdekat untuk berkunjung ke Gamla Stan, Kota Tua di Stockholm. Hari ini yakni jadwalku mengunjungi rumah yang beberapa hari terakhir membuatku penasaran. Rumah yang pada tahun 1650 menjadi daerah tinggal seorang filosof perancis René Descartes.
Sekitar lima belas menit kemudian, kereta hingga di Gamla Stan. Aku turun, berjalan cepat keluar stasiun. Mengandalkan Google Map, saya telusuri gang-gang sempit diantara bangunan-bangunan kuno yang dibangun sekitaran final periode pertengahan. Berputar-putar mencari cukup lama, jadinya hingga juga saya di sebuah rumah yang depannya tertera goresan pena “I detta kvarter levde och verkade den franske filosofen och matematikern”, yang terjemahan bebasnya kira-kira “Di rumah ini pernah hidup filosof dan matematikawan perancis René Descartes”.
Descartes, pemikir rasional yang namanya sering muncul di buku-buku filsafat itu berkunjung ke Swedia dalam rangka memenuhi usul Queen Christina yang menaruh minat besar pada filsafat. Pierre Hector Chanut, duta besar Perancis untuk Swedia dikala itu, berhasil membujuk Descartes untuk hijrah ke Swedia. Descartes akan menjadi mentor pribadi Queen Christina.
Tinggal di sebuah apartemen di Gamla Stan, Descartes menerima aktivitas mengajar yang barangkali bertolak belakang dengan gaya hidup yang sebelumnya biasa dijalani, yaitu berdiri siang. Di kota barunya itu, tiap pagi pukul lima, Descartes harus berjalan menembus hirau taacuh menuju Royal Palace untuk berdiskusi dengan Queen Christina wacana filsafat dan agama. Rutinitas ini baginya tampak sangat memberatkan sebab berlangsung pada bulan Januari dan Februari, puncak ekspresi dominan hirau taacuh di Swedia. Beberapa hari berselang, Descartes dikabarkan jatuh sakit sebab terjangkit pneumonia. Ketika duduk di ruang makan, penyakitnya kambuh dan nyawanya tak terselamatkan.
“Cogito ergo sum”, “Aku berpikir maka saya ada” yakni formula yang dirumuskan Descartes dalam bukunya ‘Meditations on First Philosophy’. Entah ada hubungannya dengan cuaca atau tidak, formula itu dicetus pada ekspresi dominan panas di Paris. Yang niscaya formula itu menjadi fondasi filsafat modern dikala ini. Sebuah landasan berpikir filsafat rasional.
Di pedestrian, ditengah orang berlalu-lalang, saya berdiri agak usang menatap pintu rumah Descartes. Seringkali orang-orang yang lewat melirik ke arahku. Mungkin mereka heran melihat ada orang berdiri membisu saja cukup usang menatap daun pintu. Padahal saya tidak hanya membisu berdiri, saya sedang berpikir.
Stockholm, 11 November 2015
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "René Descartes Dan Queen Christina: Dongeng Ihwal Hari-Hari Terakhir Sang Filosof Di Swedia"
Posting Komentar