Teori Pecking Order Dalam Struktur Modal Perusahaan

Kebijakan pendanaan perusahaan salah satunya didukung oleh teori pecking order (pecking order theory). Teori pecking order mengasumsikan bahwa perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui kebijakan penggunaan utangnya.  


Teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat utangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi cenderung mempunyai sumber dana internal yang berlimpah. Sedangkan penggunaan sumber dana eksternal perusahaan dilakukan apabila sumber dana internal tidak mencukupi. Menurut teori pecking order, terdapat skenario urutan (hirarki) dalam menentukan sumber pendanaan, yaitu.

a. Perusahaan lebih menentukan untuk memakai sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal diperoleh dari keuntungan ditahan dan depresiasi yang dihasilkan dari acara operasional perusahaan.

b. Jika pendanaan eksternal diharapkan (eksternal financing), maka perusahaan akan menentukan pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, ialah utang yang paling rendah risikonya, penerbitan obligasi kemudian turun ke utang yang lebih berisiko, ibarat obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

c. Terdapat kebijakan deviden yang konstan atau dividend is sticky, ialah perusahaan akan tetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas lantaran adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia.

Keempat hirarki itulah yang menjadi dasar utama dalam teori pecking order. Intinya, pecking order menyatakan bahwa perusahaan akan sebisa mungkin untuk memanfaatkan penggunaan dana internal berupa ekuitas dalam struktur modal perusahaan. 

Kemudian pada hirarki kedua (poin b), ketika perusahaan harus memakai pendaan eksternal, perusahaan akan memakai pendanaan dalam bentuk utang terlebih dahulu. Terdapat beberapa alasan perusahaan lebih menyukai penggunaan dana eskternal dalam bentuk utang dibandingkan menerbitkan saham.

a. Biaya emisi obligasi (utang jangka pajang) akan lebih murah dari biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan lantaran penerbitan saham gres akan menurunkan harga saham lama.

b. Pasar menderita kerugian lantaran adanya asimetri warta antara manajer dengan pasar. Manajemen cenderung tertarik untuk menerbitkan saham gres ketika overpriced. Manajer khawatir jikalau penerbitan saham gres justru ditafsirkan sebagai kabar jelek oleh para pemodal lantaran penerbitan saham gres akan mengakibatkan harga saham mengalami penurunan.

c. Perusahaan mendapat manfaat pajak dengan mengeluarkan sekuritas utang. Manfaat pajak diperoleh lantaran adanya biaya bunga yang sanggup dibebankan sebagai pengurang pajak penghasilan kena pajak.

d. Kontrol manajemen, dalam hal ini insider ownership, ialah pemilikan oleh administrasi sanggup dipertahankan apabila perusahaan menerbitkan sekuritas utang.

Sumber http://bahasekonomi.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Teori Pecking Order Dalam Struktur Modal Perusahaan"

Posting Komentar