Predator Warrior Dimas Dejet, Senior Caster Yang Semakin Sibuk Di Balik Layar

Kalau spAcer mengikuti denah eSports semenjak lama, niscaya nama Dimas Dejet sudah tidak aneh lagi di pendengaran kamu. Ia mulai dikenal banyak orang sebagai komentator game atau kini lebih sering disebut shoutcaster di aneka macam turnamen online maupun LAN, lokal hingga internasional. SpAcer ingin tau perjalanan beliau dan menyerupai apa sih aslinya? Tim Acer sudah berhasil menguliknya!


From EO to shoutcaster


Sebelum memulai karirnya sebagai shoutcaster, Dimas awalnya bekerja di sebuah Event Organizer (EO) yang fokus di ranah gaming. Hingga suatu saat, ketika EO-nya hendak menciptakan acara, ia pun diminta untuk menjadi komentator pada program yang diselenggarakan oleh kantornya dikala itu..


“Waktu itu disuruh coba jadi komentator game, waktu itu belum terkenal nama shoutcaster di Indonesia. Itu tahun 2013,” dongeng pemilik nama lengkap Dimas Surya Rizki ini.


Tidak hanya itu, Dimas Dejet pun sempat menjabat sebagai manajer sebuah tim eSports di Indonesia selama kurang lebih setahun, hingga pada kesannya ia tetapkan kembali ke dunia komentator game pada 2014. Nah, pada 2014 ini lah, nama komentator game mulai dikenal sebagai shoutcaster.


Selang setahun, Dimas mulai hadir di aneka macam turnamen game, sebut saja DOTA 2, Counter-Strike: Global Offensive, Mobile Legends, Arena of Valor, dan lain-lain. Ia juga sempat masuk ke dalam production house, bahkan sempat membangun production house sendiri,  yaitu MGS Production.


Tapi belum cukup hingga di situ, spAcer, pemain DOTA 2 ini pun sempat menjadi content director, streaming director, dan pernah menjadi host di salah satu program tv. Sempat juga menjadi host di turnamen besar yaitu Indonesia Game Championship 2018 dan Mobile Legends Southeast Asia Championship 2018. Wah, banyak yang sudah dilakoni sama Dimas Dejet, ya!


Jadi caster tidak mudah!


Pada sesi wawancara, Dimas sempat dongeng beberapa pengalaman tidak yummy ketika dirinya memulai karir sebagai shoutcaster, spAcer. Salah satunya banyak banget yang mengejek dikala pertandingan. Tapi Dimas memakluminya, sebab pada dikala itu (tahun 2014) di Indonesia belum ada komentator game dengan bahasa Indonesia.


Pengalaman pahit lainnya yakni ketika ia pernah menjadi komentator game selama dua hari di sebuah program dan hanya dibayar dengan nasi bungkus dan ucapan terima kasih saja. Wah, ini sih antara duka dan tidak sedih, spAcer!


Karena beratnya usaha menjadi shoutcaster seperti itulah, Dimas Dejet kasih tips untuk para shoutcaster baru yang ingin merintis di dunia shoutcasting berdasarkan pengalamannya selama ini.


”Tips paling penting sih niat dan jangan coba-coba. Kalau pengen manis di satu hal jangan coba-coba. Tekunin hingga selesai, hingga ketemu “oh kayaknya nggak bisa” gres deh kau boleh berhenti.”


Memperbanyak jam terbang, menurutnya, dapat menjadi shoutcaster yang baik dan banyak dipercaya oleh event organizer. Seperti yang pernah ia lakukan dahulu, yaitu dalam satu hari membawakan program game di dua daerah berbeda.


Melihat perkembangan dunia shoutcaster saat ini di Indonesia, Dimas mengaku senang. Pasalnya, seiring berjalannya waktu dan majunya eSports, semakin banyak shoutcaster baru yang muncul, meski masih setengah-setengah serta dapat menggantikan para senior yang sudah tidak aktif lagi.


“Jadi nggak lagi perlu membelah tubuh untuk program yang berbeda dalam satu hari yang sama,” tukas perjaka yang dipanggil ‘Dejet’ sebab dari penonton setianya.


Kalau spAcer mengikuti denah eSports semenjak usang Predator Warrior Dimas Dejet, Senior Caster yang Semakin Sibuk di Balik Layar


Suka Dance dan K-Pop!


Saat ngobrol dengan tim Acer, Dimas menceritakan hal-hal yang banyak orang tidak tahu ihwal dirinya lho, spAcer. Seperti jikalau beliau itu tidak sesombong menyerupai apa yang banyak orang bilang selama ini, sebab menurutnya mungkin evaluasi dari gaya pembawaan saja.


Ia juga termasuk orang yang perfectionist dan penyabar, sebab semenjak Dimas dikaruniai anak pertama,membuat dirinya harus berdiri tengah malam untuk mengganti popok. Contoh ayah yang baik, nih!


Selain itu, percaya tidak percaya, nih, Dimas Dijet ternyata suka nge-dance dan musik K-Pop!, “Kalau nge-dance itu pribadi, emang suka aja. Suka (lagu) Korea tapi nggak suka nonton dramanya, cuma suka musiknya aja, udah.”


Kata Dimas ihwal Predator


Nah, dengan segala pengalaman di dunia eSports menciptakan Dimas Dejet terpilih menjadi Brand Ambassador Predator Warrior sebagai Tactical Caster. Meski tentu saja mengaku bahagia bergabung jadi keluarga Predator, namun awalnya ia sempat kaget dan tidak percaya dengan penawaran ini.


Sedangkan soal produk Acer yang disukai Dimas dikala ini yakni Predator Helios 300 dan Swift 3. Menurutnya, produk gaming terbaik untuknya yakni Helios 300, sedangkan Swift 3, laptop tersebut yummy untuk lifestyle, kerja atau ketemu klien sebab desainnya yang elegan dan powerful.


Main game 10 jam


Berbicara game, apa game yang lagi digelutinya dikala ini? Ternyata sports game FIFA 2019 dan NBA 2019 yang gres dirilis beberapa waktu lalu. Dimas juga suka main game MMO menyerupai Assassin Creed dan Shadow of War. Sedangkan untuk games kompetitif, ia  fokus di dua game ternama dikala ini, DOTA 2 dan CS:GO.


Untuk waktu main game, hanya menyempatkan waktu kurang lebih 3-4 jam untuk streaming. Itu pun ia lakukan sehabis semua pekerjaan di kantor dan mengurus anaknya selesai. Sementara untuk weekend, dirinya dapat menghabiskan waktu 8 – 10 jam sehari. Ngaku deh, spAcer ada yang main selama ini nggak?


Oh iya, jikalau seandainya menjadi huruf game, ternyata ia ingin jadi superhero Tony Stark yang punya segalanya, besar lengan berkuasa dan kaya. Hmm…spAcer juga niscaya mau!


Harapan untuk eSport Indonesia


“ESports di Indonesia kini makin ngeri, makin besar, dibandingkan dengan dulu. Terus kini juga hadiahnya sudah cash money,” ungkap Dimas.


“Dari segi event, industri eSports di Indonesia pun semakin maju, sebab semua orang dibalik layarnya tuh pengen bikin semua penikmat eSports di Indonesia ngerasain apa yang dirasa sama orang di luar negeri” lanjutnya.


Dimas juga menilai, di antara negara di Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu yang tertinggal dari segi cara menghandle event, deliver event, dan konsep event.


“Bukan jelek, tapi kurang bagus. Ada beberapa event di Indonesia yang bagus, tapi ada juga yang masih belum memenuhi ekspektasi kita sebagai penikmat maupun aktivis eSports di Indonesia.”


Melihat fakta tersebut, ia mengharapkan ke depannya memerhatikan hospitality pemain, yang jauh lebih penting daripada bayaran. Hal ini ia ungkapkan untuk para EO yang terkadang tidak memperdulikan pemain yang bermain di event mereka sehabis selesai.


“Di luar negeri itu hosplitality sangat penting banget, sebab jikalau nggak, mereka akan takut. Kalau hospitality mereka nggak bagus, player dan juga talent, maupun orang yang bekerja di depan layarnya nanti akan menjelek-jelekan mereka” tutur perjaka yang punya pengalaman sebagai EO ini.


Yang satu ini memang masuk akal, pasalnya, dikala ini kekuatan media umum amat kuat. Jadi, jikalau pemain, talent, atau shoutcaster kecewa dengan EO-nya, kemudian posting keresahan itu di media sosial, otomatis nama EO tersebut tercoreng.


Sekarang sudah kenal lebih akrab sosok di balik bunyi streaming game DOTA 2 yang sering kau dengar, kan? Kalau masih ingin tau dengan Dimas Dejet, follow akun Instagramnya di @dejettttt. Ingat, ‘T’-nya 5 ya, spAcer!


Baca juga: Predator Warrior Melondoto, Caster Pro dengan Misi Membangun ESports Indonesia



Sumber https://www.acerid.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Predator Warrior Dimas Dejet, Senior Caster Yang Semakin Sibuk Di Balik Layar"

Posting Komentar