Perspektif Behavioristik Pada Pembelajaran

Pada tahun 1950, B.F. Skinner, seorang psikolog dari Harvard University, melaksanakan studi ilmiah perihal sikap yang sanggup diamati. Dia ialah seorang pendukung behavioristik. Dia tertarik pada sikap sukarela, menyerupai yang digambarkan oleh air liur anjing populer Pavlov.

Dia menawarkan bahwa teladan sikap suatu organisme sanggup dibuat oleh penguatan, atau penghargaan, respon yang diinginkan terhadap lingkungan. Skinner menurut teori pembelajarannya, yang dikenal sebagai teori penguatan, pada serangkaian percobaan dengan merpati, dan ia beralasan bahwa mekanisme yang sama sanggup dipakai pada manusia.

Hasilnya ialah munculnya pengajaran yang diprogramkan, teknik memimpin seorang akseptor didik melalui serangkaian langkah-langkah pembelajaran ke tingkat kinerja yang diinginkan. Tidak menyerupai penelitian pembelajaran sebelumnya, karya Skinner ini sangat logis dan tepat, yang mengarah eksklusif ke peningkatan desain instruksional.

Kaum Behavioristik menolak untuk berspekulasi perihal apa yang terjadi secara internal pada ketika pembelajaran berlangsung. Mereka hanya mengandalkan pada sikap yang sanggup diamati. Akibatnya, mereka lebih nyaman menjelaskan tugas-tugas mencar ilmu yang relatif sederhana. Karena sikap ini, behavioristik telah membatasi aplikasi dalam merancang pengajaran keterampilan tingkat yang lebih tinggi.

Sumber gambar: e-learning-teknologi.blogspot.com
Misalnya, kaum Behavioristik enggan untuk menciptakan kesimpulan perihal bagaimana akseptor didik memproses informasi, bahkan ketika dengan melaksanakan hal itu sanggup membantu dalam merancang pengajaran yang menyebarkan kemampuan pemecahan masalah. Prinsip behavioristik ketika ini diterapkan pada pembelajaran berbasis komputer dan aktivitas berbasis Web.

Sumber http://pend-ekonomi.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Perspektif Behavioristik Pada Pembelajaran"

Posting Komentar