√ Dongeng Wayang Mahabarata

Siapa yang tau perihal kisah wayang yang satu ini, ya dongeng wayang mahabarata yang sempat meramaikan program TV lokal negeri ini yang disiarkan secara khusus oleh salah satu stasiun televisi swasta (ANTV). Untuk yang belum tahu kisah selengkapnya, berikut ini saya buatkan khusus buat kamu.


Awal kisah Mahabarata


Kisah wayang Mahabharata berawal dari pertemuan antara Raja Duswanta dan Sakuntala.


Raja Duswanta merupakan seorang raja besar dari kerajaan Chandrawangsa dan juga merupakan keturunan dari Yayati, beliau menikahi Sakuntala sehabis pertapaannya atas perintah dari Bagawan Kanwa yang kemudian punya keturunan sang Bharata, sehabis itu, sang Bharata punya keturunan sang Hasti yang kemudian membangun sebuah sentra pemerintahan yang diberi nama dengan Hastinapura.


Semua raja dari Hastinapura juga merupakan keturunan dari sang Hasti. Dari keluarga Hastinapura tersebut, lahirlah sang Kuru yang menguasai dan mensucikan sebuah tempat yang sangat luas atau yang dikenal dengan Kurukshetra.


Dalam dinasti Kuru, lahirlah sang Pratipa yang menjadi ayah dari prabu Santanu yang dikenal sebagai leluhur dari para Pandawa dan Kurawa. Prabu Santanu sendiri merupakan seorang raja yang paling mahsyur dari garis keturunan sang Kuru yang berasal dari Hastinapura.


Dia menikah dengan dewi Gangga yang dikutuk untuk turun ke bumi, tetapi dewi Gangga meninggalkan sang prabu, alasannya yakni beliau telah melanggar akad pernikahan.


Namun, korelasi ijab kabul dari prabu Santanu dengan Dewi Gangga tersebut telah membuahkan 7 anak, akan tetapi semua anak tersebut ditenggelamkan ke bahari Gangga oleh dewi Gangga dengan alasan bahwa semua anak tersebut sudah kena kutukan.


Namun, anak yang ke-7 sanggup diselamatkan oleh prabu Santanu dan kemudian diberi nama dengan Dewabrata. Setelah insiden tersebut, alhasil dewi Gangga meninggalkan prabu Santanu.


Setelah Dewabrata beranjak dewasa, beliau melaksanakan sumpah bhishan pratigya (sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta ayahnya). Dia melaksanakan hal tersebut alasannya yakni tidak ingin beliau dan semua keturunannya berselisih dengan keturunan dari Satyawati, (ibu tiri dari Dewabrata).


Setelah ditinggal pergi oleh Dewi Gangga, alhasil sang prabu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu kembali melanjutkan kehidupan rumah tangga dengan menikahi putri nelayan yang berjulukan Dewi Satyawati.


Dari ijab kabul tersebut, dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Citrānggada dan Wicitrawirya. Sedangkan sang Dewabrata/Bisma memutuskan untuk pergi ke Kerajaan Kasi untuk mengikuti sayembara dan alhasil beliau memenangkan sayembara tersebut sehingga beliau berhasil mendapatkan tiga orang putri yang berjulukan Ambalika, Amba dan Ambalika yang kemudian dibawa pulang untuk dinikahkan dengan adik­-adiknya.


Berhubung Citrānggada telah meninggal, maka Ambalika dan Ambika dinikahkan dengan Wicitrawirya, sedangkan si Amba menyayangi sang Bisma, tetapi Bisma menolak cinta dari sang Amba alasannya yakni beliau sudah terikat dengan sumpah gotong royong beliau tidak akan menikah seumur hidupnya.


Demi usahanya untuk menjauhkan sang Amba dari dirinya, tanpa sengaja beliau melesatkan anak panahnya yang alhasil menembus dada Amba. Atas simpulan hidup Amba tersebut, Bisma di kasih tahu bahwa suatu ketika nanti Amba akan bereinkarnasi jadi seorang pangeran yang punya sifat kewanitaan, yaitu anak dari Raja Drupada yang berjulukan Srikandi.


Dan kematiannya pun kelak juga berada di tangan Srikandi yang membantu sang Arjuna dalam sebuah pertempuran besar yang terjadi di Kurukshetra.


Citrānggada meninggal di usia yang masih muda dalam sebuah pertempuran, alhasil beliau digantikan oleh adiknya yang berjulukan Wicitrawirya sebagai pewaris tahta dari prabu Santanu.


Namun, Wicitrawirya sendiri juga meninggal di usia yang masih muda dan belum sempat menikah apalagi punya keturunan.


Kemudian dewi Satyawati mengirim kedua istri dari Wicitrawirya (Ambika dan Ambalika) guna menemui Resi Byasa, alasannya yakni sang Resi dipanggil akan mengadakan sebuah upacara untuk mereka supaya mendapatkan keturunan.


Dewi Satyawati menyuruh Ambika untuk menemui resi Byasa di dalam sebuah ruang upacara. Setelah Ambika masuk ke dalam ruangan tersebut, beliau melihat wajah dari sang Resi yang begitu dahsyat dengan sinar mata yang menyala­-nyala.


Sehingga menciptakan Ambika menutup matanya, alasannya yakni beliau menutup mata sepanjang upacara berlangsung, maka anak dari Ambika pun terlahir dengan mata yang buta dan anak tersebut yakni Drestarastra.


Setelah itu, tiba giliran Ambalika untuk mengunjungi resi Byasa ke dalam ruang upacara sama halnya dengan Ambika. Namun beliau disuruh untuk terus membuka matanya biar anak yang akan dilahirkannya tidak buta ibarat anak dari Ambika (Drestarastra).


Oleh alasannya yakni itu, Ambalika tetap membuka matanya hingga upacara selesai, namun sehabis upacara tersebyt beliau menjadi sangat pucat alasannya yakni selama upacara beliau tidak memejamkan matanya. Setelah itu, lahirlah Pandu (putra Ambalika), yang merupakan ayah dari para Pandawa, terlahir pucat.


Drestarastra dan Pandu juga punya saudara tiri yang berjulukan Widura. Widura ini merupakan anak dari

Resi Byasa dengan dayang yang berjulukan Datri.


Namun, ketika upacara sedang berlangsung beliau (Datri) malah lari keluar dari ruang upacara alasannya yakni tak berpengaruh melihat wajah dari resi Byasa yang bersinar jelas dan alhasil beliau pun terjatuh, sehingga anak (Widura) yang dilahirkan oleh Datri mempunyai kaki yang cacat/pincang.


Karena Drestarastra yang terlahir dengan mata yang buta, maka dari itu, tahta dari Hastinapura diberikan kepada Pandu. Kemudian Pandu menikah dewi Kunti.


Setelah itu, Pandu menikah lagi dengan dewi Madrim, tetapi akhir kesalahan Pandu ketika sedang berburu, beliau memanah seekor kijang yang sedang bercinta.


Kijang tersebut alhasil mengutuk Pandu, gotong royong beliau tidak akan lagi sanggup mencicipi nikmatnya korelasi suami istri, apabila beliau melaksanakan hal tersebut, Pandu akan menemui kematiannya. Setelah mengutuk Pandu, alhasil kijang tersebut mati dan berubah ke wujud aslinya yaitu seorang pendeta.


Lahirnya Pandawa dan Kurawa


Siapa yang tau perihal kisah wayang yang satu ini √ Cerita Wayang Mahabarata

ceritradisi.wordpress.com


Setelah Pandu mengalami insiden jelek tersebut, kemudian beliau mengajak kedua istrinya (Kunti dan Madrim) untuk memohon kepada yang Maha Kuasa supaya sanggup mempunyai keturunan.


Dengan sumbangan dari mantra Adityahredaya yang sudah diberikan oleh Resi Byasa, oleh alasannya yakni itu dewi Kunti sanggup memanggil para yang kuasa untuk memohon supaya sanggup mendapatkan keturunan.


Untuk pertama kalinya beliau mencoba mantra tersebut, maka datanglah Batara Surya, tak usang kemudian Kunti hamil dan melahirkan seorang anak yang kemudian beliau beri nama Karna.


Tetapi anak tersebut (Karna) dibuang kelaut dan dirawat oleh Kurawa. Oleh alasannya yakni itu, pada ketika perang Bharatayudha berlangsung, Karna berada di pihak Kurawa.


Kemudian, atas permintaan dari Pandu, Kunti mencoba lagi mantra tersebut, alhasil Batara Guru mengirimkan sang Batara Dharma untuk membuahi Dewi Kunti dan kemudian lahirlah anak yang beliau beri nama Yudistira.


Setahun kemudian, Batara Bayu juga dikirim oleh Batara Guru untuk membuahi Dewi Kunti dan kemudian lahirlah Bima. Kemudian Batara Guru juga menyuruh Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti dan kemudian lahirlah anak yang beliau beri nama Arjuna.


Selain itu, Batar Guru juga mengirim Batara Aswan dan Aswin untuk membuahi Dewi Madrim, kemudian kemudian lahirlah dua anak kembar yang diberi nama Nakula dan Sadewa.


Kelima putra Pandu tersebut yang dikenal dengan Pandawa. Kemudian Dretarastra yang buta menikah dengan Dewi Gandari dan mempunyai sembilan puluh sembilan orang putra dan seorang putri atau yang lebih dikenal dengan nama Kurawa.


Pandawa dan Kurawa yakni dua kelompok dengan sifat yang sangat berbeda, tetapi berasal dari leluhur yang sama, yaitu keturunan Kuru dan Bharata.


Para Kurawa (khususnya Duryudana) mempunyai sifat yang licik dan selalu iri hati dengan semua kelebihan yang dimiliki para Pandawa. Sedangkan para Pandawa mempunyai sifat yang tenang dan selalu sabar ketika mereka ditindas oleh Kurawa (sepupu mereka).


Drestarastra yang merupakan ayah dari Kurawa, sangatlah menyayangi putra­-putranya tersebut. Hal itulah yang menciptakan beliau sering dihasut oleh saudara iparnya yaitu Sengkuni.


Selain menghasut Destrarastra, Sengkuni juga menghasut putra kesayangannya yaitu Duryudana, supaya beliau mau menawarkan izin kepada Sengkuni untuk melaksanakan rencana jahat dalam upayanya untuk menyingkirkan para Pandawa.


Pada suatu saat, Duryudana mengundang dewi Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di sana mereka (dewi Kunti dan Pandawa) menginap di sebuah rumah yang sudah disiapkan oleh Duryudana, Tetapi pada malam hari rumah tersebut dibakar oleh orang suruhan Duryudana.


Namun, para Pandawa sanggup selamat berkat sumbangan dari Bima yang sebelumnya telah diberitahu oleh Widura akan rencana jahat yang sudah disiapkan oleh Kurawa, sehingga para Pandawa sanggup selamat dan tidak terbakar hidup-­hidup di dalam rumah tersebut.


Setelah menyelamatkan diri dari rumah tersebut, para Pandawa dan ibu Kunti masuk ke dalam hutan.


Di dalam hutan tersebut Bima bertemu dengan seorang raksasa Hidimba yang kemudian berhasil dibunuh olehnya, kemudian Bima menikahi adik dari Hadimba, yaitu raseci Hidimbi atau yang dikenal dengan Arimbi. Dari hasil ijab kabul tersebut, lahirlah Gatotkaca.


Setelah mereka berhasil keluar dari hutan tersebut, mereka melewati sebuah kerajaan yang berjulukan Pancala. Di sana mereka mendengar kabar gotong royong raja dari Pancala ysng berjulukan Drupada akan menyelenggarakan sebuah sayembara untuk memperebutkan dewi Drupadi.


Sayembara tersebut diikuti oleh semua raja dari seluruh negeri Arya, termasuk Adipati Karna juga mengikuti sayembara tersebut dan berhasil menuntaskan tantangan yang diberikan oleh raja Drupada, namun beliau ditolak oleh Drupadi alasannya yakni status Karna yang hanya putra dari seorang kusir.


Para Pandawa juga ikut serta dalam sayembara tersebut, namun mereka meyamar sebagai kaum Brahmana.


Pandawa ikut dalam sayembara tersebut untuk memenangkan lima macam sayembara yang diberikan oleh raja Drupada.


Dalam sayembara tersebut Yudistira berhasil memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjuna berhasil memenangkan sayembara senjata Panah, Bima berhasil memenangkan sayembara Gada sedangkan Nakula ­dan Sadewa berhasil memenangkan sayembara memakai senjata Pedang.


Pandawa berhasil melakukannya dengan baik dalam perjuangan untuk memenangkan sayembara tersebut. Berhubung para Pandawa sanggup menuntaskan sayembara tersebut, Drupadi harus bersedia mendapatkan para Pandawa sebagai suami­-suaminya alasannya yakni sesuai dengan janjinya, siapa saja yang sanggup memenangkan sayembara yang sudah dibuatnya tersebut akan menjadi suaminya walaupun hal tersebut menyimpang dari keinginannya yang hanya menginginkan seorang pahlawan saja.


Setelah insiden tersebut, kerusuhan pun terjadi alasannya yakni para penerima yang lain menggerutu, alasannya yakni kaum Brahmana tak sepantasnya mengikuti sayembara tersebut.


Namun, para Pandawa berhasil meloloskan diri dan sesampainya di rumah, mereka bilang kepada ibunya (Kunti) bahwa mereka sudah tiba dan membawa hasil dari minta­-minta. Akhirnya ibu Kunti menyuruh mereka untuk membagi hasil tersebut dengan rata dengan semua saudaranya.


Namun, betapa terkejutnya ibu Kunti ketika beliau mengetahui bahwa anak­-anaknya bukan hanya membawa hasil minta-­minta, melainkan juga seorang wanita.


Untuk menghindari terjadi pertempuran yang sengit antara Pandawa dan Kurawa, Kerajaan Kuru dibagi menjadi dua untuk Pandawa dan Kurawa.


Kurawa mendapat bab untuk memerintah kerajaan Kuru sentra (induk) yang beribukota Hastinapura, sedangkan para Pandawa menerima bab untuk memerintah kerajaan Kurujanggala yang beribukota Indraprastha.


Baik Hastinapura ataupun Indraprastha mempunyai istana yang sangat megah dan di sana juga Duryudana tercebur ke dalam sebuah kolam yang beliau kira sebagai lantai, sehingga menciptakan dirinya menjadi materi ajukan dari Drupadi. Hal tersebut yang alhasil menciptakan Duryudana semakin murka kepada para Pandawa.


Untuk merebut kekayaan dari kerajaan Kurujanggala yang dipimpin oleh Yudistira, Duryudana mengundang Yudistira untuk bermain dadu, inspirasi tersebut merupakan hasil aliran licik dari Arya Sengkuni.


Saat permainan dadu berlangsung, Duryudana diwakili oleh pamannya (Sengkuni) sebagai bandar dadu yang mempunyai keahlian untuk berbuat curang.


Permainan dadu tersebut diawali dengan taruhan senjata perang, alhasil taruhan pemainan dadu tersebut terus meningkat sehingga menjadi taruhan harta kerajaan, prajurit kerajaan pun juga ikut dipertaruhkan dan ketika pada puncak permainan, kerajaan Kurujanggala menjadi taruhan, namun Pandawa kalah dalam permainan tersebut dan habislah semua harta mereka dan juga kerajaan Kurujanggala termasuk juga dengan saudara-saudaranya dan yang terakhir yakni istrinya Drupadi dijadikan sebagai taruhan.


Setelah kekalahan Yudistira dalam permainan dadu tersebut Drupadi diminta oleh Duryudana untuk hadir di arena jodi tersebut alasannya yakni Drupadi sudah menjadi milik Duryudana.


Akhirnya Duryudana menyuruh para pengawalnya untuk menjemput Drupadi, tetapi Drupadi menolak hal tersebut. Mendengar bahwa pengawalnya gagal membawa Drupadi, Duryudana mengutus adiknya (Dursasana), untuk menjemput Drupadi.


Drupadi yang menolak seruan Dursasana untuk tiba ke arena jodi, alhasil diseret dengan bernafsu dan tanpa rasa kemanusiaan. Rambut Drupadi ditarik oleh Dursasana hingga ke arena jodi, di mana tempat suami dan para iparnya sedang berkumpul.


Berhububg beliau sudah kalah, alhasil Yudistira dan semua adiknya diminta untuk melepaskan bajunya, tapi Drupadi menolak hal tersebut. Dursasana yang mempunyai tabiat yang sangat kasar, menarik kain yang digunakan oleh Drupadi.


Drupadi yang sangat aib dan tersinggung dengan apa yang sudah dilakukan oleh Dursasana, bersumpah tak akan pernah menggelung rambutnya sebelum rambutnya dikramasi memakai darah dari Dursasana.


Bima pun juga bersumpah, beliau akan membunuh Dursasana dan akan meminum darahnya. Setelah Drupadi dan Bima mengucapkan sumpah tersebut, Drestarastra merasa akan ada malapetaka yang menimpa keturunannya, oleh alasannya yakni itu beliau mengembalikan semua harta Yudistira yang digunakan sebagai taruhan.


Duryudana yang merasa sangat kecewa dengan ayahnya (Drestarastra) yang telah mengembalikan seluruh harta yang sebenarnya sudah menjadi milik dari Dursasana, alhasil beliau meminta untuk menyelenggarakan permainan dadu untuk kedua kalinya.


Dalam permainan yang kedua ini, siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke dalam hutan selama 12 tahun, sehabis itu mereka harus hidup menyamar selama satu tahun, sehabis itu gres boleh kembali ke kerajaan.


Namun, dalam permainan dadu yang kedua ini Yudistira kalah lagi, Karena kekalahannya tersebut. Dengan terpaksa Pandawa harus meninggalkan kerajaan Kurujanggala selama 12 tahun untuk hidup di dalam hutan ditambah dengan masa penyamaran selama satu tahun.


Perang Bharatayudha


Siapa yang tau perihal kisah wayang yang satu ini √ Cerita Wayang Mahabarata

kakyangdalang.blogspot.com


Setelah masa pengasingan yang mereka jalani selesai dan sesuai dengan perjanjian sah yang dulu mereka sepakati dengan Duryudana, gotong royong Pandawa berhak untuk mengambil kembali kerajaan Kurujanggala yang untuk sementara dipimpin oleh Duryudana.


Namun, Duryudana berlaku curang, beliau tidak mau menawarkan kembali kerajaan Kurujanggal kepada para Pandawa walaupun hanya seluas ujung jarum. Hal tersebut yang alhasil menciptakan kesabaran para Pandawa habis atas semua perlakuan dari Duryudana.


Sri Kresna sempat melaksanakan mediasi kepada dua belah pihak untuk mengambil jalan damai, tetapi hal tersebut hanya sia-sia belaka dan akhirnya, pertempuran (Bharatayudha) yang besar tidak sanggup dihindari lagi.


Dalam upaya menyiapkan peperangan, para Pandawa mencari sekutu dan mereka alhasil mendapatkan sumbangan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Kerala, Kerajaan Chola, Kerajaan Dwaraka, Kerajaan Magadha, kerajaan Wangsa Yadawa dan masih banyak lagi yang lainnya.


Selain itu, para ksatria besar dari Bharatawarsha juga ikut serta membantu para Pandawa ibarat Drupada, Drestadjumna, Setyaki, Srikandi, Wirata dan masih banyak lagi yang lainnya.


Sedangkan Duryudana meminta kepada Bisma untuk memimpin para pasukan Kurawa sekaligus menjadikannya sebagai panglima perang tertinggi pasukan Kurawa.


Selain itu, Kurawa juga dibantu oleh resi Dorna beserta putranya Aswatama, Jayadrata (kakak ipar kurawa), guru Krepa, Salya, Kertawarma, Sudaksina, Bahlika, Burisrawa, Sengkuni, Karna dan masih banyak lagi yang lainnya


Peperangan tersebut berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam peperangan tersebut, banyak para ksatria yang gugur, ibarat Abimanyu, Bisma, Durna, Karna, Irawan, Gatotkaca, Raja Wirata dan putranya, Susharma, Bhagadatta, Sengkuni dan masih banyak lagi.


Selama peperangan yang berlangsung selama 18 hari tersebut dipenuhi dengan pertumpahan darah dan pembantaian yang sangat mengenaskan. Pada simpulan perang, yaitu hari ke-18, hanya ada sepuluh ksatria yang tersisa dari peperangan tersebut, mereka adalah: Para Pandawa, Aswatama, Setyaki, Yuyutsu, Krepa dan Kertawarma.


Setelah perang besar tersebut berakhir, Yudistira diangkat sebagai Raja dari Hastinapura. Setelah Yudistira memerintah Hastinapura selama beberapa tahun, alhasil beliau menyerahkan tahta tersebut kepada cucu adiknya (Arjuna), yaitu Parikesit.


Kemudian, Yudistira dengan semua saudaranya (Pandawa) beserta Drupadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan simpulan dari perjalanan mereka. Di sanalah mereka meninggal dunia dan mencapai surga.


Sedangkan Parikesit yang sedang memerintah Kerajaan Kuru, beliau memimpinnya dengan sangat adil dan bijaksana. Dia menikahi dewi Madrawati dan dikaruniai seorang putra yang berjulukan Janamejaya.


Janamejaya kemudian menikah dengan Wapushtama (Bhamustiman) dan dikaruniai seorang putra yang berjulukan Satanika. Sedangkan Satanika mempunyai putra yang berjulukan Aswamedhadatta. Kemudian Aswamedhadatta dan semua keturunannya melanjutkan memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.



Sumber https://carajuki.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "√ Dongeng Wayang Mahabarata"

Posting Komentar