Vitamin B1 (Tiamin)
Sejarah
Sejak final kurun ke-19 telah diketahui bahwa tragedi penyakit beri-beri sanggup diturunkan dengan suatu perubahan diet. Kemudian, Eijkman, seorang dokter dari Jawa menyatakan bahwa penyakit beri-beri sanggup disembuhkan dengan sumbangan bekatul beras. Ternyata vitamin ini juga ditemukan dalam ragi, sayur mayur, kacang-kacangan, susu, kuning telur dan hati.
Sejak final kurun ke-19 telah diketahui bahwa tragedi penyakit beri-beri sanggup diturunkan dengan suatu perubahan diet. Kemudian, Eijkman, seorang dokter dari Jawa menyatakan bahwa penyakit beri-beri sanggup disembuhkan dengan sumbangan bekatul beras. Ternyata vitamin ini juga ditemukan dalam ragi, sayur mayur, kacang-kacangan, susu, kuning telur dan hati.
Kimia
Tiamin atau vitamin B1 merupakan kompleks molekul organik yang mengandung satu inti tiazol dan pirimidin. Dalam tubuh zat ini akan diubah menjadi tiaminpiroposfat atau tiamin-PP, dengan reaksi sebagai berikut :
Tiamin + ATP ---> Tiamin-PP + AMP
Tiamin atau vitamin B1 merupakan kompleks molekul organik yang mengandung satu inti tiazol dan pirimidin. Dalam tubuh zat ini akan diubah menjadi tiaminpiroposfat atau tiamin-PP, dengan reaksi sebagai berikut :
Tiamin + ATP ---> Tiamin-PP + AMP
Farmakodinamik dan Fisiologi
Pada takaran kecil atau takaran terapi tiamin tidak memperlihatkan imbas farmakodinamik yang nyata. Pada sumbangan intravena secara cepat sanggup terjadi imbas pribadi pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan darah yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam metabolisme karbohidrat, sumbangan takaran besar tidak mempengaruhi kadar gula darah. Dosis toksik pada binatang coba yaitu 125-350 mg/kg BB secara intravena dan kira-kira 40 kalinya untuk sumbangan oral. Pada insan reaksi toksik sesudah sumbangan parenteral biasanya terjadi lantaran reaksi alergi.
Tiaminpiroposfat yaitu bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai koenzim dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan kadar asam piruvat dalam darah merupakan salah satu defisiensi tiamin.
Pada takaran kecil atau takaran terapi tiamin tidak memperlihatkan imbas farmakodinamik yang nyata. Pada sumbangan intravena secara cepat sanggup terjadi imbas pribadi pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan darah yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam metabolisme karbohidrat, sumbangan takaran besar tidak mempengaruhi kadar gula darah. Dosis toksik pada binatang coba yaitu 125-350 mg/kg BB secara intravena dan kira-kira 40 kalinya untuk sumbangan oral. Pada insan reaksi toksik sesudah sumbangan parenteral biasanya terjadi lantaran reaksi alergi.
Tiaminpiroposfat yaitu bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai koenzim dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan kadar asam piruvat dalam darah merupakan salah satu defisiensi tiamin.
Defisiensi Tiamin
Defisiensi berat menjadikan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada sistem saraf dan kardiovaskular. Gangguan saraf dapat berupa neuritis perifer dengan tanda-tanda rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik menyerupai hiperestesia, anestesia, rasa nyeri dan rasa terbakar. Kekuatan otot semakin berkurang dan pada keadaan berat sanggup terjadi kelumpuhan tungkai. Kelainan pada sistem saraf pusat sanggup berupa depresi, kelelahan, lekas tersinggung, serta menurunnya kemampuan konsentrasi dan daya ingat. Gejala yang timbul pada sistem kardiovaskular sanggup berupa tanda-tanda insufisiensi jantung antara lain sesak nafas sesudah kerja jasmani, palpitasi, takikardi, gangguan ritme serta pembesaran jantung dan perubahan elektrokardiogram. Pada kanal cerna gangguan sanggup berupa konstipasi, nafsu makan berkurang, perasaan tertekan dan nyeri di tempat epigastrium. Beri-beri berair yaitu bentuk defisinsi tiamin yang disertai udem. Bengkak ini terjadi lantaran hipoprotro binemia dan gangguan fungsi jantung.
Kebutuhan sehari
Karena tiamin penting untuk metabolisme energi, terutama karbohidrat, maka kebutuhan akan tiamin umumnya sebanding dengan asupan kalori. Kebutuhan minimum yaitu 0,3 mg/1000 kcal, sedangkan AKG di Indonesia ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0 mg/hari untuk orang cukup umur dan 1,2 mg/hari untuk perempuan hamil.
Farmakokinetik
Setelah sumbangan parenteral penyerapan berlangsung dalam usus halus dan duodenum, maksimal 8-15 mg/hari yang dicapai dengan sumbangan oral sebanyak 40 mg. Dalam satu hari sebanyak 1 mg tiamin mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika asupan jauh melebihi jumlah tersebut, maka zat ini akan dikeluarkan melalui urin sebagai tiamin atau pirimidin.
Efek Samping
Tiamin tidak menjadikan imbas toksik kalau diberikan per oral dan kalau kelebihan tiamin cepat diekskresi melalui urin. Meskipun jarang reaksi anafilaktoid sanggup terjadi sesudah sumbangan intravena takaran besar pada penderita yang sensitive, dan beberapa diantaranya bersifat fatal.
Sediaan dan Indikasi
Tiamin HCl (Vitamin B1, aneorin HCL) tersedia dalam bentuk tablet 5-500 mg, larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan parenteral, dan eklisir mengandung 2-25 mg tiamin tiap ml.
Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan defisiensi tiamin dengan takaran 2-5 mg/hari untuk pencegahan defisiensi dan 5-10 mg tiga kali sehari untuk pengobatan defisiensi. Dosis lebih besar parenteral dianjurkan untuk kasus berat akan tetapi respons tidak meningkat dengan takaran lebih dari 30 mg/hari. Tindakan pencegahan dilakukan pada penderita dengan gangguan absorpsi, contohnya pada diare kronik, atau pada keadaan dengan kecepatan metabolisme yang meningkat.
Tiamin mempunyai kegunaan untuk pengobatan banyak sekali neuritis yang disebabkan oleh defisiensi tiamin, contohnya pada (1) neuritis alkoholik yang terjadi lantaran sumber kalori hanya alkohol saja; (2) perempuan hamil yang kurang gizi; atau (3) penderita emesis gravidarum. Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyertai anemia, penyakit jerawat dan pemakaian obat tertentu, sumbangan tiamin kadang kala sanggup memperlihatkan Tiamin juga dipakai untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan kanal cerna yang dasarnya defisiensi tiamin.
sumber: Deviyanti, dkk. 2010. Vitamin. Universitas Islam Bandung
Sumber http://taufik-ardiyanto.blogspot.com
0 Response to "Vitamin B1 (Tiamin)"
Posting Komentar