√ Iktikad Era Bercocok Tanam
Versi bahan oleh Marwan S
Pada masa bercocok tanam, kepercayaan insan purba masih bersifat animisme, dinamisme, dan totemisme. Namun, sudah lebih meningkat dibandingkan masa sebelumnya. Pada masa ini dilakukan upacara-upacara penghormatan terhadap roh nenek moyang. Upacara yang paling mencolok yaitu upacara pada waktu penguburan terutama bagi meraka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat.
Orang yang mati biasanya dibekali dengan majemuk barang yang digunakan sehari-hari mirip periuk, perhiasan, dan sebagainya yang dikubur bersama-sama. Maksudnya yaitu biar roh orang yang meninggal tidak akan tersesat dalam perjalanan menuju ke tempat arwah nenek moyang atau asal-usul mereka. Jika tempat yang dianggap sebagai tempat arwah terlalu jauh atau sukar dicapai, maka orang yang mati cukup dikuburkan di suatu tempat dengan meletakkan badannya terarah ke sebuah tempat yang dimaksud, yaitu tempat roh.
Pada masa bercocok tanam, orang yang meninggal dunia menerima penghormatan khusus. Ini dibuktikan dengan banyak ditemukannya bendabenda berupa susunan watu besar dalam aneka macam bentuk dan biasanya disebut bangunan megalithikum. Bangunan megalitik tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Bentuk bangunan yang majemuk itu memiliki maksud utama yaitu pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Bangunan yang paling renta mungkin berfungsi sebagai kuburan. Bentuk-bentuk tempat penguburan sanggup berupa: dolmen, peti batu, bilik batu, sarkofagus, kalamba atau ember batu, waruga, watu sangkar dan temu gelang. Di tempat-tempat kuburan semacam itu kadang kala ditemukan bangunan watu besar lainnya sebagai perhiasan pemujaan terhadap roh nenek moyang mirip menhir, patung nenek moyang, watu saji, watu lesung atau lumpang, watu dakon, punden berundak, pelinggih watu atau jalanan batu.
Di Bondowoso ditemukan dolmen, sarkofagus, menhir, arca megalitik, dan watu kenong. Di Besuki juga ditemukan dolmen semu dan sarkofagus. Di Bojonegoro dan Tuban ditemukan peti kubur watu yang oleh penduduk setempat dinamakan kubur kalang. Di tempat lain di Jawa Tengah juga ditemukan benda-benda megalitik, mirip di Rembang ditemukan kursi-kursi batu, di Banyumas dan Purbalingga ditemukan punden berundak. Di Banten dan Bogor (Jawa Barat) juga ditemukan punden berundak sementara di kuningan ditemukan menhir. Di Pasemah, Sumatera Selatan dan di Sulawesi Tengah juga ditemukan menhir dan patung nenek moyang. Di Keliki dan Tegalang, Bali, ditemukan sarkofagus.
Beberapa jenis bentuk kuburan mengalami perkembangan pada fungsinya, contohnya dolmen mengalami aneka macam variasi bentuk, yaitu dibentuk untuk pelinggih roh atau tempat sesaji. Dolmen yang berubah menjadi pelinggih di antara masyarakat megalitik yang telah maju digunakan sebagai tempat duduk oleh kepala-kepala suku atau raja-raja yang masih hidup.
Dolmen
Bangunan ini oleh penduduk setempat disebut “makam Cina”. Dolmen dipergunakan sebagai peti mayat. Kecuali sebagai peti mayat, dolmen juga dipergunakan semacam meja, tempat untuk meletekkan sesaji. Bodowoso, Jawa Timur
Menhir
Menhir yaitu tugu dari watu tunggal atau watu tegak yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang. Menhir ada yang berdiri dalam satu kelompok Pasemah, Sumatera Selatan
Kubur peti batu
Kubur watu yang berupa peti watu yang terdiri dari papanpapan watu yang lepas, yaitu dua sisi panjang, dua sisi lebar, lantai batu, dan diberi epilog dari watu pula. Berbeda dengan sarkofagus yang terbuat dari watu utuh ibarat lesung watu yang diberi tutup. Sedang kubur watu ini dibentuk dari papan watu yang disusun berbentuk peti. Kuningan, Jawa Barat, Sulawesi tengah dan Sulawesi Utara
Sarkofagus
Sarkofagus mirip juga dolmen yaitu sebagai peti mayit dari batu. Di dalamnya ditemukan tulang-tulang insan bersama dengan bekal kuburnya periuk-periuk, beliung persegi, perhiasan dari perunggu dan besi. Di Bali sarkofagus dianggap sebagai benda keramat. Sarkofagus yaitu peti mayit dari watu (batu padas) berbentuk mirip lesung yang tertutup. Sarkofagus di Bali pada umumnya berukuran kecil (antara 80-140 cm) dan ada pula beberapa yang berukuran besar yaitu lebih dari 2 meter. Bali
Punden Berundak
Punden berundak merupakan tempat pemujaan. Biasanya pada punden berundak ini didirikan menhir. Bangunan megalitik ini merupakan susunan watu yang berundakundak. Lebak, Sibedug, Dan Banten Selatan.
Arca Megalitik
Arca-arca megalitik menggambarkan insan dan binatang. Binatang-binatang yang digambarkan yaitu berupa gajah, kerbau, harimau, dan monyet. Arca-Arca di kawasan Sumatera Selatan berdasarkan anggapan Von Heine Geldern bersifat “dinamik” dan “statik”. Bahan watu untuk menciptakan arca dipilih berdasarkan bentuk-bentuk patung yang akan dipahat, kemudian bentuk patung yang akan dipahat diadaptasi dengan bentuk orisinil batunya.Sebagian besar patung yang menggambarkan insan berbentuk orang pria dan kepalanya menggunakan tutup kepala yang ibarat topi baja, matanya bulat, menonjol dengan dahi yang menjorok, mirip tampang orang negroid, menggunakan hiasan gelang pada tangan dan kalung, serta membawa pedang pendek yang tampak ibarat golok lurus atau belati runcing dan tergantung pada pinggangnya. Bagian kaki tertutup oleh pembalut kaki. Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah Dan Jawa Timur.
Tradisi mendirikan bagunan-bangunan megalithikum selalu berafiliasi dengan kepercayaan akan adanya korelasi antara yang hidup dengan yang telah mati (mega berarti besar, lithos berarti batu). Terutama kepercayaan kepada adanya imbas yang besar lengan berkuasa dari orang yang telah meninggal terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Bangunan-bangunan watu besar yang didirikan menjadi medium penghormatan, tahta kedatangan sekaligus menjadi lambang orang yang meninggal. Bangunan-bangunan megalithikum tersebar di daerah-daerah Asia Tenggara yang sisa-sisanya sanggup ditemukan di daerah-daerah Laos, Tonkin, Indonesia, Pasifik hingga Polinesia. Tradisi megalitik yang masih hidup hingga kini antara lain terdapat di Assam, Birma (suku Naga, Khasi dan Ischim) dan beberapa kawasan di Indonesia (Nias, Toraja, Flores, dan Sumba).
Sumber http://www.ssbelajar.net/
0 Response to "√ Iktikad Era Bercocok Tanam"
Posting Komentar