Etika Dalam Akuntansi Administrasi Dan Akuntansi Keuangan
Etika ialah sikap yang baik yang telah menempel pada diri insan itu sendiri sebagai pendoman hidup, baik dilakukan dalam kehidupan pribadi maupun social dimasyarakat. Etika sangat lekat hubungannya denganadat istiadat dilingkungan masyarakat untuk dijadikan suatu aturan bermasyarakat. Beberapa akhlak yang harus dilakoni, diantaranya:
Sumber http://yuliana-ekaputri.blogspot.com
1. Competence (kompetensi)
2. Confidentiality (kerahasiaan)
3. Integrity (integritas)
4. Objective of Management Accountant (Tujuan dari Akuntansi Manajemen)
5. Whistle blowing (peluit bertiup)
6. Creative Accounting (Akuntansi kreatif)
7. Fraud (kecurangan)
8. Fraud auditing (kecurangan auditor)
Kriteria Standar Perilaku Akuntan Manajemen
- Competence (Kompetensi)
Auditor harus menjaga kemampuan dan pengetahuan profesional mereka pada tingkatan yang cukup tinggi dan tekun dalam mengaplikasikannya dikala memperlihatkan jasanya diantaranya :
a. Menjaga tingkat kompetensi profesional
b. Melaksanakan kiprah profesional yang sesuai dengan hukum
c. Menyediakan laporan yang lengkap dan transparan
2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Auditor harus sanggup menghormati dan menghargai kerahasiaan informasi yang diperoleh dari pekerjaan dan kekerabatan profesionalnya, diantaranya meliputi:
a. Menahan diri biar tidak menyingkap informasi rahasia
b. Menginformasikan pada bawahan (subordinat) dengan memperhatikan kerahasiaan informasi
c. Menahan diri dari penggunaan informasi diam-diam yang diperoleh
3. Integrity (Kejujuran)
Auditor harus jujur dan bersikap adil serta sanggup mendapatkan amanah dalam kekerabatan profesionalnya. Meliputi :
a. Menghindari konflik kepentingan yang tersirat maupun tersurat
b. Menahan diri dari acara yang akan menghambat kemampuan. c. Menolak “hadiah”, “bantuan”, atau ”keramahan” yang akan menghipnotis segala macam tindakan dalam pekerjaan
Ø Mengetahui dan mengkomunikasikan batas-batas profesionalitas
Ø Mengkomunikasikan informasi yang baik maupun tidak baik
Ø Menghindarkan diri dalam keikutsertaan atau membantu kegiatan yang akan mencemarkan nama baik profesi
4. Objectivity of Management Accountant (Objektivitas Akuntan Manajemen)
Auditor dilarang berkompromi mengenai evaluasi profesionalnya karenadisebabkan prasangka, konflik kepentingan dan terpengaruh orang lain, ibarat :
a. Memberitahukan informasi dengan masuk akal dan objektif
b. Mengungkapkan sepenuhnya informasi relevan
5. Whistle Blowing
Merupakan Tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan untuk membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak lain. Motivasi utamanya ialah moral. Whistle blowing sering disamakan begitu saja dengan membuka diam-diam perusahaan. Contoh Kasus: Seorang karyawan melaporkan kecurangan perusahaan yang membuang limbah pabrik ke sugai.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :
Whistle Blowing internal
a. Kecurangan dilaporkan kepada pimpinan perusahaan tertinggi
b. Pemimpin yang diberi tahu harus bersikap netral dan bijak.
c. Loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan, melainkan pada nilai moral: keadilan, ketulusan, kejujuran
d. Dengan demikian bukan karyawan yang harus selalu loyal dan setia pada pemimpin melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral
Whistle Blowing eksternal
a. Membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak luar ibarat masyarakat lantaran kecurangan itu merugikan masyarakat.
b. Motivasi utamanya ialah mencegah kerugian bagi banyak orang.
c. Yang perlu diperhatikan ialah langkah yang sempurna sebelum membocorkan kecuangan terebut ke masyarakat.
d. Untuk membangun iklim bisnis yang baik dan etis memang diperlukan perangkat legal yang adil dan baik
Contoh Whistle Blowing Eksternal : Komjen Susno Duadji yang melaporkan praktek markus di badan Kepolisian, Kejaksaan dan Dirjen Pajak kepada Satgas Mafia Hukum, dewan perwakilan rakyat RI. Secara umum seoarang whistle blower tidak akan dianggap sebagai orang perusahaan/insitusi lantaran tindakannya melaporkan tindakan pelanggaran aturan yang dilakukan oleh pihakperusahaan/institusi.
6. Creative Accounting
adalah semua proses dimana beberapa pihak memakai kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999). Pihak-pihak yang terlibat di dalam proses creative accounting, ibarat manajer, akuntan (sepengetahuan saya jarang sekali ditemukan kasus yang melibatkan akuntan dalam proses creative accounting lantaran profesi ini terikat dengan aturan-aturan profesi), pemerintah, asosiasi industri, dll.
Creative accounting melibatkan begitu banyak manipulasi, penipuan, penyajian laporan keuangan yang tidak benar, ibarat permainan pembukuan (memilih penggunaan metode alokasi, mempercepat atan menunda legalisasi atas suatu transasksi dalam suatu periode ke periode yang lain).
Watt dan Zimmerman (1986), menjelaskan bahwa manajer dalam bereaksi terhadap pelaporan keuangan digolongkan menjadi 3 buah hipotesis :
1. Bonus Plan Hyphotesis
Perilaku dari seorang manajer sering kali dipengaruhi dengan pola bonus atas keuntungan yang dihasilkan. Tindakan yang memacu para manajer untuk mealkaukan creative accounting, seringkali dipengaruhi oleh pembagian besaran bonus yang tergantung dengan keuntungan yang akan dihasilkan. Pemilik perusahaan umumnya tetapkan batas bawah, sebagai batas terendah untuk mendapatkan bonus. Dengan teknik ibarat ini, para manajer akan berusaha menaikkan keuntungan menuju batas minimal ini. Jika sang pemilik juga tetapkan bats atas atas keuntungan yang dihasilkan, maka manajer akan erusaha mengurangi keuntungan hingga batas atas dan mentransfer data tersebut pada periode yang akan dating. Perilaku ini dilakukan lantaran jikalau keuntungan melewati batas atas tersebut, manajer tidak akan mendapatkan bonus lagi.
2. Debt Convenant Hyphotesis
Merupakan sebuah praktek akuntansi mengenai bagaimana manajer menyikasi perjanjian hutang. Sikap yang diambil oleh manjer atas adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang jatuh tempo, akan berupaya menghindarinya degan menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya.
3. Political Cost Hyphotesis
Sebuah tindakan yang bertujuan untuk menampilkan keuntungan perusahan lebih rendah lewat proses akuntansi. Tindakkan ini dipengaruhi oleh jikalau keuntungan meningkat, maka para karyawan akan melihat kenaikan aba tersebut sebagai teladan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui kenaikan gaji. Pemerintah pun melihat pola kenaikan ini sebagai objek pajak yang akan ditagih. Sumber : Contoh kasus : Perusahaan PT. ABC lebih memakai metode FIFO dalam metode arus persediaannya. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan profit lebih besar dibandingkan LIFO, atau Average. Hal ini dilakukan karenaAsumsi Inflasi Besar. FIFO sanggup dianggap sebagai sebuah pendekatanyang logis dan realistis terhadap arus biaya dikala penggunaan metodeidentifikasi khusus tidak memungkinkan atau tidak praktis.
7. Fraud (Kecurangan)
Secara umum fraud merupakan suatu perbuatan melawan aturan yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya yang secara eksklusif merugikan pihak lain. Orang awam seringkali mengasumsikan secara sempit bahwa fraud sebagai tindak pidana atau perbuatan korupsi.
8. FRAUD AUDITING ( Kecurangan Audit )
Karakteristik kecurangan Dilihat dari pelaku fraud auditing maka secara garis besar kecurangan bisa dikelompokkan menjadi dua jenis :
1. Oleh pihak perusahaan, yaitu :
A. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul lantaran kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial reporting, untuk menghidari hal tersebut ada baiknya karyawan mengikuti auditing workshop dan fraud workshop).
B. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets).
B. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets).
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, kawan usaha, dan pihak absurd yang sanggup menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan lantaran dorongan dan ekspektasi terhadap prestasi pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian kerja manajemen. Salah saji yang timbul lantaran kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan ibarat ini seringkali dinamakan kecurangan administrasi (management fraud), contohnya berupa : manipulasi, pemalsuan, atau laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan, untuk itu sebaiknya anda mengikuti auditing workshop dan fraud workshop. Salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva Kecurangan jenis ini biasanya disebut kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva mencakup penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum(ada baiknya karyawan mengikuti seminar fraud dan seminar auditing). Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi problem keuangan dan dilakukan lantaran melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh salah saji jenis ini ialah :
Penggelapan terhadap penerimaan kas.
Pencurian aktiva perusahaan.
Mark-up harga
Transaksi “tidak resmi”.
Contoh Kasus : Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). Penelitian COSO menelaah hampir 350 kasus dugaan kecurangan pelaporan keuangan oleh perusahaan-perusahaan publik di Amerika Serikat yang diselidiki oleh SEC. Diantaranya ialah :
a. Kecurangan keuangan memengaruhi perusahaan dari semua ukuran, dengan median perusahaan mempunyai aktiva dan pendapatan hanya di bawah $100juta.
b. Berita mengenai pemeriksaan SEC atau Departemen Kehakiman mengakibatkan penurunan tidak normal harga saham rata-rata 7,3 persen.
c. Dua puluh enam persen dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kecurangan mengganti auditor selama periode yang diteliti dibandingkan dengan hanya 12 persen dari perusahaan-perusahaan yang tidak terlibat.
Referensi :
http://www.scribd.com/doc/140823239/Etika-Dalam-Akuntansi-Keuangan-Dan-Akuntansi-Manajemen
Sumber http://yuliana-ekaputri.blogspot.com
0 Response to "Etika Dalam Akuntansi Administrasi Dan Akuntansi Keuangan"
Posting Komentar