√ Faktor Internal Penyebab Perubahan Sosial Budaya
Versi materi oleh D Endarto
Faktor Internal Penyebab Perubahan Sosial Budaya. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yaitu sebagai berikut.
1) Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat, mengakibatkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal.
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan lantaran berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari kawasan ke kawasan lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mungkin menjadikan kekosongan, contohnya dalam bidang pembagian kerja, stratifikasi sosial dan selanjutnya, yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2) Penemuan-Penemuan Baru
Adanya penemuan gres sanggup mengakibatkan terjadinya perubahan. Proses penemuan gres disebut inovasi. Penemuan gres sebagai lantaran terjadinya perubahan-perubahan dibedakan menjadi dua, yaitu discovery dan invention. Discovery yaitu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik yang berupa suatu alat baru, ataupun yang berupa suatu wangsit yang baru, yang diciptakan oleh seorang individu atau suatu rangkaian ciptaan-ciptaan dari individuindividu dalam masyarakat yang bersangkutan. Invention yaitu penemuan gres yang sudah diakui, diterima, serta diterapkan oleh masyarakat. Sehingga discovery gres menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui, mendapatkan serta menerapkan penemuan gres itu.
Faktor pendorong bagi individu-individu untuk mencari penemuan-penemuan gres antara lain:
a) kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaan,
b) kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan,
c) perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat
Di dalam setiap masyarakat tentu ada orang perorangan yang sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan masyarakatnya. Di antara orang-orang tersebut banyak yang mendapatkan kekurangan-kekurangan tersebut sebagai sesuatu hal yang memang harus diterima saja. Orang lain mungkin tidak puas dengan keadaan itu, akan tetapi tidak bisa untuk memperbaiki keadaan tersebut. Mereka inilah yang merupakan pencipta-pencipta hal-hal yang gres tadi. Keinginan akan kualitas dari ahli-ahli dalam suatu masyarakat, juga merupakan suatu pendorong bagi terciptanya penemuan-penemuan baru.
Keinginan dari para andal tersebut untuk mempertinggi kualitas dari hasil-hasil karyanya merupakan pendorong baginya untuk meneliti kemungkinan-kemungkinan dibuatnya ciptaan-ciptaan yang baru. Seringkali bagi mereka yang telah menemukan hal-hal yang gres diberikan hadiah atau tanda jasa atas jerih payahnya. Hal ini merupakan pendorong bagi mereka untuk lebih ulet lagi.
Di samping penemuan-penemuan gres di bidang unsur-unsur kebudayaan jasmaniah atau kebendaan, terdapat pula penemuan-penemuan gres di bidang unsur-unsur kebudayaan rohaniyah, contohnya adanya ideologi baru, aliran-aliran kepercayan yang baru, sistem aturan yang baru, dan seterusnya.
Penemuan-penemuan gres yang oleh Ogburn dan Nimkoff dinamakan “social invention” yaitu penciptaan pengelompokan dari individu-individu yang baru, atau penciptaan adat-istiadat baru, maupun suatu perikelakuan sosial yang baru. Akan tetapi yang terpenting adalah, kesudahannya terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang kemudian besar lengan berkuasa pada bidang-bidang kehidupan lainnya. Misalnya, dengan dikenalnya nasionalisme di Indonesia pada awal kala ke 20 melalui mereka yang pernah mengalami pendidikan barat. Timbullah gerakan-gerakan yang menginginkan kemerdekaan politik, gerakan gerakan yang kemudian menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang gres dikenal yaitu partaipartai politik.
3) Pertentangan (Konflik)
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya .
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya yaitu menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, budpekerti istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang masuk akal dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antaranggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak tepat sanggup membuat konflik. Adanya kontradiksi dalam masyarakat sanggup mengakibatkan terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan sanggup terjadi antara orang perorangan, orang perorangan dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Pertentangan antarkelompok mungkin terjadi antara generasi bau tanah dengan generasi muda. Pertentangan-pertentangan demikian itu kerapkali terjadi, apalagi pada masyarakatmasyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional ke tahap modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiannya, lebih gampang untuk mendapatkan unsure unsur kebudayaan absurd (misalnya kebudayaan Barat) yang dalam beberapa hal memiliki taraf yang lebih tinggi. Keadaan tersebut sanggup menimbulkan perubahan-perubahan tertentu dalam masyarakat contohnya pergaulan yang lebih bebas antara perempuan dengan laki-laki.
4) Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi di Dalam Tubuh Masyarakat itu Sendiri
Perubahan sanggup terjadi lantaran adanya pemberontakan oleh kekuatan-kekuatan dalam masyarakat terhadap kondisi yang telah mapan. Sebagai teladan yaitu adanya Revolusi Prancis yang merupakan pemberontakan masyarakat kelas bawah yang tertindas terhadap kekuasaan kerajaan yang bertindak sewenang-wenang.
Contoh lain yaitu revolusi yang terjadi pada bulan Oktober 1917 di Rusia yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan besar. Negara tersebut yang mula mula memiliki bentuk kerajaan yang absolut, berkembang menjadi diktator proletariat yang didasarkan pada iktikad Marxisme. Segenap lembaga-lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara hingga keluarga batih mengalami perubahan-perubahan yang besar hingga ke akar-akarnya.
0 Response to "√ Faktor Internal Penyebab Perubahan Sosial Budaya"
Posting Komentar