Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya Dan Upaya Pelestariannya

A. Keanekaragaman Hayati

Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya PelestariannyaSemua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup. Kesamaan sifat makhluk hidup tersebut ialah bernapas, memerlukan makanan, mengeluarkan zat sisa, bergerak, tumbuh, berkembang biak, beradaptasi, dan mempunyai materi genetik. Selain kesamaan (keseragaman) tersebut, aneka macam makhluk hidup juga mempunyai banyak keragaman (beraneka ragam).

Ketika kalian mengamati aneka macam jenis makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan, protista, fungi, virus, maupun organisme prokariotik), kalian akan menemukan adanya sifat-sifat yang
beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut tidak hanya terdapat antarkelompok atau antarjenis, tetapi juga antarindividu dalam satu spesies. 



Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya PelestariannyaPada ayam, misalnya, kita mengenal aneka macam jenis ayam, yaitu ayam kampung, ayam kate, dan ayam hutan. Ketiga jenis ayam tersebut mempunyai perbedaan tertentu. 

Selain itu, di antara individu dari jenis ayam yang sama, ayam kampung misalnya, juga mempunyai beberapa sifat yang tidak sama, mungkin bulunya ada yang berwarna polos dan ada pula yang berbintik-bintik (blorok). Ini mengatakan bahwa tidak ada makhluk hidup yang sama persis, bahkan anak kembar pun antara satu dengan yang lain mempunyai ciri tertentu yang membedakannya. 

Sifat-sifat tersebut mengatakan adanya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati ialah keanekaragaman pada makhluk hidup yang mengatakan adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran,
serta ciri-ciri lainnya. 

Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya PelestariannyaKeanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas (biodiversity), meliputi keseluruhan aneka macam variasi yang terdapat pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem di suatu daerah. 

Keanekaragaman ini terjadi alasannya ialah adanya efek faktor genetik dan faktor lingkungan
yang memengaruhi fenotip (ekspresi gen).

1. Keanekaragaman Gen

Setiap makhluk hidup tersusun atas sel, dan di dalam sel tersebut terdapat gen. Gen merupakan substansi yang berfungsi membawa sifat. Sifat yang dimiliki oleh induk jantan dan betina dibawa oleh gen untuk diwariskan kepada keturunannya. Gen terdapat dalam kromosom yang berada dalam inti sel. Wujud gen berupa potongan atau segmen dari rantai terpilin (ADN). 

Setiap individu mempunyai susunan gen yang khas, meskipun jumlah gennya sama. Gen-gen tersebut mengekspresikan aneka macam variasi dari satu jenis makhluk hidup, ibarat tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran daun, tinggi pohon, dan sebagainya. 

Contohnya pada tumbuhan padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, delanggu, dan bumiayu. Contoh lain ialah variasi warna pada bunga tembelekan. Meskipun jenisnya sama-sama bunga tembelekan, tetapi warna bunganya bermacam-macam. Ada yang putih, ungu, maupun kuning. Munculnya variasi warna tersebut di kendalikan oleh gen.

2. Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman hayati tingkat jenis mengatakan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada aneka macam jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama. Pada aneka macam spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. 

Contohnya ialah tumbuhan ketela rambat (Ipomoea batatas) dan tumbuhan krangkungan (Ipomoea crassicaulis). Meskipun berada dalam genus yang sama, yaitu Ipomoea, kedua tumbuhan tersebut mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Ketela rambat tumbuh merambat atau menjalar sedangkan krangkungan tumbuh tegak. 

Contoh lain ialah pada genus Ficus, contohnya antara pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon preh (Ficus ribes). 

3. Keanekaragaman Ekosistem

Dalam acara kehidupannya makhluk hidup selalu berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Ketergantungan ini berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menimbulkan adanya perbedaan cara pembiasaan aneka macam jenis makhluk hidup (komponen biotik). Hal ini mengatakan adanya keaneka ragaman ekosistem.

Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang terdiri dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Misalnya, hutan hujan, hutan gugur, hutan tropis,
padang rumput, padang lumut, ladang, danau, dan sebagainya.

Pada lingkungan lain, kita sanggup mengamati bahwa ikan yang hidup di sungai yang mengalir deras berbeda dengan ikan yang hidup di air yang tenang. Demikian juga ganggang yang berada di perairan
deras berbeda dengan ganggang yang hidup di perairan tenang. Hal ini menggambarkan bahwa sungai fatwa deras membentuk ekosistem yang berbeda dengan sungai tergenang.
Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya Pelestariannya
Hutan hujan tropis

Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya Pelestariannya
Areal persawahan

Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya Pelestariannya
Ekosistem biota laut

B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Berada di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia, alasannya ialah mempunyai keanekaragaman jenis hayati yang tinggi. Indonesia merupakan sentra keanekaragaman hayati yang kedua terbesar di dunia, yakni sesudah Brazil. Hutan hujan tropis kita kaya akan tumbuhan dan fauna serta mempunyai tingkat endemisme yang tinggi. Begitu pula dengan kekayaan terumbu karang di maritim Indonesia yang merupakan sentra keanekaragaman yang tertinggi di dunia.

Contoh Kepadatan Spesies Tanaman Berpembuluh,
Indonesia paling padat kedua sesudah Brazil (ditandai dg warna ungu-merah)


Penyebab Tingginya Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia didukung oleh beberapa hal.

Wilayah Indonesia terletak pada dua daerah biogeografi, yaitu Oriental dan Australia, sehingga Indonesia mempunyai sebagian kekayaan jenis hayati Asia dan sebagian jenis hayati Australia sebagai modal keanekaragaman jenis yang dimiliki.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai aneka macam tipe topografi yang sanggup berfungsi sebagai penghalang perpindahan anggota aneka macam jenis hayati atau mempunyai faktor alam yang khas sehingga memungkinkan terbentuknya anak jenis serta jenis gres dari modal jenis yang telah ada.

Indonesia terletak di daerah tropik yang merupakan salah satu sasaran migrasi satwa dari belahan bumi utara serta belahan bumi selatan sehingga Indonesia menerima embel-embel kekayaan jenis hayati dari sikap migrasi.

Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya Pelestariannya
Conservation International melihat Indonesia sebagai salah satu dari 17 negara 'Mega-Diversity'. Indonesia mempunyai 2 dari 25 hotspot dunia.

(Hotspot kependekan dari Biodiversity Hotspot, ialah sebuah wilayah tempat tinggal satwa/tanaman endemik yang tidak sanggup digantikan oleh wilayah lain).

Meski luas negeri kita hanya 1,5 % dari permukaan bumi, namun negeri ini menampung 10% spesies bunga dunia, 12% mamalia dunia, 16% spesies reptil dan ampibi, 17% spesies unggas, dan 25% spesies ikan. Bangganya saya dengan negeriku... hiks...

Wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dibagi menjadi 3 wilayah utama, yaitu Indonesia serpihan barat, tengah, dan timur. Masing-masing wilayah tersebut mempunyai aneka macam jenis makhluk hidup dengan persebaran yang khas. Misalnya, hutan di Kalimantan mempunyai jenis tumbuhan yang paling banyak dibandingkan hutan-hutan di daerah lainnya. Dengan demikian, kalian sanggup menemukan jenis tumbuhan tertentu yang tidak kalian temukan di luar Kalimantan.

Sedangkan hutan-hutan di Jawa, Sunda, Sulawesi, dan Maluku merupakan daerah yang mempunyai tumbuhan lebih sedikit dibandingkan dengan hutan di Kalimantan. 

1. Persebaran Tumbuhan

Hutan hujan tropis di Indonesia kaya akan aneka macam jenis tumbuhan. Tumbuhan di Indonesia tergolong tumbuhan Malesiana. Tumbuhan Malesiana merupakan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di beberapa daerah, yaitu di Sumatra, Kalimantan, dan Filipina serpihan utara. Contoh tumbuhan tersebut ialah meranti, palem, dan salak.

Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya Pelestariannya
Rafflesia arnoldi
Terdapat pula tumbuhan khas Malesiana yang menarik, yaitu Rafflesia arnoldii. Tumbuhan yang juga dikenal dengan sebutan bunga bangkai ini hanya sanggup ditemukan di Aceh dan Bengkulu, jadi sifatnya
endemis.
Selain Rafflesia arnoldii di Sumatra, tumbuhan endemik juga ditemukan di Papua, yaitu ratu sulur (Strong Ylodon). Papua juga mempunyai pohon yang khas yang disebut matoa (Pometia pinnata). 

Berbagai daerah lain di Indonesia juga mempunyai jenis tumbuhan yang khas. Kelompok meranti (Shorea spp.) dan rotan (Calamus caesius) merupakan jenis yang khas dari hutan di Kalimantan. Sedangkan pohon jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), dan Kenari (Canarium commune) banyak ditemukan di Pulau Jawa. 

Contoh lain ialah salak (Salacca edulis) yang banyak tumbuh di Yogyakarta, Bali, dan Banjarnegara, serta durian (Durio zibethinus) yang banyak tumbuh di Pulau Jawa dan Sumatra.

2. Persebaran Hewan

Secara geografis, wilayah Indonesia dilewati Garis Wallace dan Garis Weber. Garis-garis khayal tersebut mengatakan adanya perbedaan persebaran binatang (fauna) di Indonesia. Untuk lebih memahaminya,
Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya Pelestariannya
Kepulauan kita antara Asia dan Australia

Garis Wallace dan Weber membagi wilayah Indonesia menjadi 3 bagian, yaitu daerah di sebelah barat Garis Wallace, daerah di sebelah timur Garis Weber, dan daerah di antara keduanya. Masing-masing
daerah tersebut mempunyai aneka macam jenis binatang yang khas.

Daerah di sebelah barat garis Wallace meliputi Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan mempunyai aneka macam jenis fauna Oriental (Asiatis). Jenis-jenis fauna tersebut ialah gajah, tapir, rino bercula satu, harimau Sumatera, orang utan, monyet bekantan, dan beruang madu. Tipe fauna Oriental dicirikan dengan binatang menyusui yang berukuran besar, aneka macam macam kera, dan ikan air tawar.

Di wilayah sebelah timur Garis Weber hidup fauna Australian yaitu berbagai jenis burung dengan warna bulu yang menyolok, contohnya kasuari, cendrawasih, nuri, dan parkit. Ada pula merpati berjambul dan beberapa jenis binatang berkantung, contohnya kanguru pohon. Jenis fauna yang lain ialah komodo, babirusa, dan kuskus.

Daerah di antara dua Garis Wallace dan Weber merupakan zona peralihan atau wilayah Wallacea. Semakin ke timur dari Garis Wallace, jumlah fauna oriental semakin berkurang. Sebaliknya, semakin ke barat dari Garis Weber, fauna Australian semakin berkurang. Dengan demikian, marsupialia sanggup ditemukan di daerah Wallacea dan burung pelatuk oriental juga sanggup dijumpai di sebelah timur Wallacea.

Sementara itu, hewan-hewan oriental contohnya burung hantu, bajing, dan babi melintasi Garis Wallace hingga ke Sulawesi. Hewan Australian yang lain contohnya anoa, maleo, dan tarsius. 

Kalau dicermati, fauna yang ada di Bali berbeda jauh dengan fauna yang ada di Lombok, walaupun kedua pulau tersebut hanya dipisahkan oleh selat yang hanya berjarak sekitar 30 km. Di Bali ditemukan binatang oriental tupai dan harimau, tetapi binatang ini tidak menyebar ke Lombok. 

Sedangkan di Lombok ditemukan burung pemakan madu yang tidak ditemukan di Bali (fauna  Australian). Contoh lainnya yaitu di Sulawesi ditemukan binatang Australian Oposom dan burung abang renta (fauna Australian), namun kedua binatang tersebut tidak ditemukan di Kalimantan.

Terlepas dari tipe asiatis, tipe australian, maupun peralihan, beberapa binatang tersebut ialah hewan-hewan khas Indonesia. Beberapa jenis orisinil Indonesia yang ketika ini terancam punah ialah orang utan
(endemik di Sumatra dan Kalimantan), komodo (endemik di Pulau Komodo), badak bercula satu (endemik di Ujung Kulon, Jawa Barat),dan anoa (endemik di Sulawesi).

C. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati dan

Permasalahannya dalam perjuangan mengambil manfaat tersebut, acara insan seringkali menimbulkan permasalahan yang mengancam kelestarian hayati. Sebagai konsekuensinya, aneka macam upaya pelestarian perlu dilakukan.

1. Manfaat Keanekaragaman Hayati

Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan oleh masyarakat selama berabad-abad menurut aneka macam sistem pengetahuan yang berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah memakai lebih dari 6.000 spesies tumbuhan berbunga (liar maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan.

Mereka mengetahuai rujukan tanam tumpangsari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional wacana keanekaragaman hayati tercermin dari rujukan pemanfaatan sumber daya hayati, rujukan pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak kelompok masyarakat di Indonesia. 

Selain tumbuhan, pengetahuan masyarakat juga meliputi sumber daya hayati maritim dan binatang daratan. Masyarakat nelayan memanfaatkan hampir semua produk maritim untuk keperluan pangan, peralatan, dan obat-obatan tradisional. Masyarakat juga juga telah memanfaatkan jasad renik (mikroorganisme) untuk penghasil antibiotik dan untuk fermentasi dalam pembuatan tempe, oncom, peuyeum, minuman,kecap, dan terasi.

Berdasarkan tingkatan prioritasnya, kebutuhan insan terhadap keanekaragaman hayati dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer ialah kebutuhan yang sifatnya mutlak untuk dipenuhi, meliputi sumber materi pangan, rumah (tempat tinggal), pakaian, dan oksigen.

Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang sifatnya tambahan. Kebutuhan primer yang utama ialah makanan. Kebutuhan insan terhadap masakan bergantung dari tumbuhan dan binatang yang ada di lingkungan sekitar. Sumber materi pangan tersebut berasal dari tumbuhan serealia (biji-bijian ibarat padi, jagung, gandum), daging, telur, dan susu yang diambil dari peternakan.

Setelah kebutuhan primernya terpenuhi, insan mempunyai embel-embel aneka macam kebutuhan, yang disebut kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder antara lain berupa sarana rekreasi (taman wisata dan hutan wisata), sarana konservasi/pelestarian (taman nasional, hutan lindung, dan cagar alam), sarana pendidikan (taman nasional,cagar alam, hutan lindung, kebun raya, dan kebun binatang).

2. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati, Ancaman dan Upaya Pelestariannya

Tingginya keanekargaman hayati yang dimiliki Indonesia memang dinilai sangat menguntungkan alasannya ialah banyak di antara jenis hayati yang ada mempunyai manfaat sebagai materi obat, materi bangunan, materi dasar industri, maupun bahan-bahan lain yang sangat diharapkan baik oleh Indonesia sendiri maupun oleh negara lain. Jenis-jenis lain yang secara eksklusif tidak atau kurang bermanfaat bagi kehidupan insan pun ternyata sangat penting untuk mendukung kehidupan jenis hayati yang diharapkan oleh manusia.

Keanekaragaman hayati yang tinggi juga menimbulkan banyak di antara jenis hayati Indonesia mempunyai populasi yang kecil atau daerah sebarannya sangat terbatas (endemis) sehingga menjadi rawan punah. Selain itu terdapat pula jenis pemangsa puncak, jenis megaherbivora, jenis-jenis
yang berbiak dalam kelompok, dan jenis-jenis yang melaksanakan migrasi.

Berbagai kegiatan insan juga menimbulkan beberapa kelompok hayati menjadi rawan mengalami kepunahan. Kegiatan tersebut berupa pemanfaatan secara besar-besaran hingga melampaui daya reproduksinya. Kegiatan lain ialah penebangan kayu yang menimbulkan terjadinya fragmentasi hutan. Sehingga jenis-jenis hayati yang hanya sanggup hidup di tengah rimba tidak sanggup bertahan hidup alasannya ialah kehilangan habitat. Contohnya ialah orang utan (Pongo pygmeaus). Orang utan merupakan primata arboreal, yaitu jenis monyet besar yang habitatnya ialah pepohonan dengan kanopi yang lebat.

Semua makhluk hidup mempunyai beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya dan Upaya Pelestariannya
Orangutan; terpaksa hidup diatas tanah
yang sedikit ketersediaan makanannya,
karena habitatnya berupa kanopi lebat
sdh berkurang.
Akibat fragmentasi  habitat, orang utan terpaksa tidak lagi hidup di kanopi hutan, tetapi tergusur dari habitat aslinya dan hidup di permukaan tanah yang sangat kurang akan materi makanan. Kakinya yang tidak dirancang untuk berjalan pun terpaksa digunakannya untuk menapak di lantai
hutan. 

Upaya insan dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati seringkali menimbulkan bahaya alasannya ialah insan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terkadang melaksanakan hal-hal yang tidak terkendali. Tindakan eksploitasi alam dengan tidak memikirkan akhir negatifnya menjadi bahaya bagi aneka macam jenis hayati yang ada.

Di bidang pertanian, insan seringklali memakai insektisida dan pestisida secara berlebihan. Penggunaan insektisida memang sanggup meningkatkan produksi pertanian, asalkan dalam takaran dapat. Tetapi, jikalau dosisnya berlebihan akan menimbulkan rusaknya keanekaragaman hayati alasannya ialah ikut meracuni organisme nontarget.

Selain pertanian, penebangan liar juga menimbulkan ekosistem hutan terganggu.

3. Penyebab Terjadinya Ancaman Keanekaragaman Hayati

Setidaknya terdapat enam hak besar yang menjadikan berkurangnya keanekaragaman hayati, yaitu;

1. Bencana Alam.

Bencana alam ibarat kebakaran hutan, banjir, gunung meletus, tsunami, badai, angin tornado sanggup menimbulkan berkurangnya populasi makhluk hidup atau bahkan hilangnya spesies endemik tertentu dari muka bumi. Tingkat kerusakan ekosistem alasannya ialah insiden ini cukup besar, namun alasannya ialah kemungkinan kejadiannya tidak rutin dan sagat jarang, pemulihan ekosistem alasannya ialah kerusakan musibah jauh lebih mudah.

2. Perambahan Hutan

Hutan ialah habitat dari ratusan spesies yang tinggal di dalamnya. penebangan hutan entah untuk lahan perkebunan, atau penebangan liar tetap mengubah fungsi hutan dari yang tadinya berperan sebagai habitat orisinil banyak spesies, menjadi lahan produksi untuk kepentingan sesaat manusia.

 3. Konversi hutan menjadi lahan 'produktif'

Peran hutan sebagai paru-paru dunia dan habitat orisinil makhluk hidup serngkali tidak dianggap lebih produktif dibandingkan lahan pertanian, perkebunan, peternakan atau industri. Pengubahan menjadi lahan produktif menimbulkan kelangsungan hidupratusan spesies terancam .

4. Polusi 

Polusi secara eksklusif menimbulkan lingkungan hidup binatang dan tumbuhan bermetamorfosis suatu kondisi yang tidak senyaman sebelumnya, bahkan sanggup menimbulkan simpulan hidup atau setidaknya mengurangi ketersediaan masakan yang berkualitas bagi binatang liar.

5. Pemanasan Global

Pemanasan global menimbulkan iklim dan cuaca berubah. Hal ini sanggup menimbulkan terjadinya migrasi binatang ke daerah lain yang lebih nyaman.  Pemanasan global juga sanggup menimbulkan naiknya air maritim yang menjadi penyebab semakin sempitnya lahan guna memenuhi kebutuhan insan maupun binatang liar.


6. Perburuan

Jika insan melaksanakan perburuan liar, maka aneka macam jenis binatang akan mati. Apabila kegiatan berburu tersebut berlangsung terus menerus maka hewan-hewan yag diburu tersebut akan semakin berkurang populasinya sehinga terancam punah. Sayangnya kegitan berburu ini justru seringkali dilakukan hanya sebagai hobi atau sarana olah raga, daripada untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Tidak heran bila kita sering melihat orang-orang yang mempunyai tingkat penghasilan yang tinggi mempunyai hobi yang membunuh ini. Mereka dengan besar hati memamerkan hasil buruannya tanpa merasa bersalah telah membunuh aneka macam binatang yang tidak berdosa.

4. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Untuk mengatasi aneka macam kerusakan yang mengancam ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, insan melaksanakan aneka macam tindakan. Tindakan tersebut meliputi penebangan hutan dengan terencana, reboisasi, pengendalian hama dengan binatang predator, dan aneka macam perjuangan pelestarian lainnya.

Penebangan hutan yang dilakukan dengan berkala (sistem tebas pilih) akan sanggup mengurangi resiko musibah akhir penebangan liar. Penebangan tersebut kemudian diikuti dengan reboisasi
atau penanaman kembali. Reboisasi merupakan suatu cara untuk melestarikan keanekaragaman hayati dengan menanam kembali aneka macam jenis pohon. 

Dengan demikian, beberapa jenis tumbuhan tidak akan punah, meskipun pertumbuhannya
memerlukan waktu yang lama.

Selain reboisasi, pengendalian hama dengan binatang predator juga merupakan solusi menjaga kelestarian hayati. Pengendalian hama dengan binatang predator lebih kondusif jikalau dibandingkan dengan penggunaan pestisida dan insektisida., alasannya ialah tidak menggangu keseimbangan ekosistem.

Untuk mendukung kelestarian aneka macam jenis hayati, dilakukan aneka macam perjuangan pelestarian binatang dan tanaman. Kegiatan ini sanggup dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara in situ dan secara ex situ.
Pelestarian secara in situ ialah pelestarian jenis-jenis hayati di dalam habitat aslinya. Contohnya ialah dengan mendirikan cagar alam.

Sedangkan secara ex situ pelestarian tersebut dilakukan di luar habitatnya, contohnya dengan penangkaran. Dengan penangkaran ini, aneka macam jenis binatang yang sulit berkembang biak di habitat aslinya akan dibantu untuk berkembangbiak. Contohnya ialah penangkaran harimau di
kebun binatang Ragunan. Perhatikan.

Berdasarkan hasil konggres internasional pada tahun 1982,
ditetapkan enam belas Taman Nasional (T.N.) di Indonesia. Keenambelas taman nasional tersebut adalah:
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu) 1.485.000hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000 hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000 hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000 hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000 hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.

Berbagai taman nasional tersebut mempunyai jenis-jenis hayati yang khas. Contohnya ialah T. N. Pulau Komodo yang melindungi biawak komodo (Varanus komodoensis). Sedangkan T. N. Gunung Gede Pangangro ialah taman nasional yang di bawahnya ada Kebun Raya Cibodas. 

Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah melaksanakan beberapa hal, yaitu memutuskan konservasi lingkungan, meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut mempunyai prinsip pengelolaan yang berbeda. Setiap jenis konservasi mempunyai nilai manfaat tertentu. Cagar alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gen-gen tiap jenis makhluk hidup). 

Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan, sentra pengaturan sistem air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru, yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, sentra pendidikan, tempat perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan.

Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu

Perlindungan alam dengan tujuan tertentu merupakan santunan dengan tujuan khusus. Kekhususan tersebut berlatar belakang dari potensi yang ada di daerah yang bersangkutan.  Macam-macam santunan tersebut ialah seba gai berikut.

1) Perlindungan alam geologi
Perlindungan alam geologi yaitu santunan alam dengan tujuan melindungi gugusan geologi tertentu, contohnya batuan.

2) Perlindungan alam botani
Perlindungan alam botani yaitu santunan alam dengan tujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, contohnya Kebun Baya Bogor.

3) Perlindungan alam zoologi
Perlindungan alam zoologi yaitu santunan alam dengan tujuan melindungi binatang langka dan mengembangkannya dengan cara memasukkan binatang sejenis ke daerah lain, contohnya cagar alam
Ujung Kulon.

4) Perlindungan alam antropologi
Perlindungan alam antropologi yaitu per lindungan alam dengan tujuan melindungi suku bangsa terisolir, misal suku Indian di Amerika, suku Asmat di Irian, dan suku Badui di Banten Selatan.

5) Perlindungan pemandangan alam
Perlindungan pemandangan alam yaitu santunan alam dengan tujuan melindungi keindahan alam, contohnya lembah sianok di Sumatra barat.

6) Perlindungan monumen alam
Perlindungan monumen alam yaitu santunan alam dengan tujuan melindungi benda-benda alam, contohnya stalagtit dan stalagmit dalam gua serta air terjun.

7) Perlindungan suaka margasatwa
Perlindungan suaka margasatwa yaitu santunan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, contohnya badak, gajah, dan harimau Jawa.

8) Perlindungan hutan
Perlindungan hutan yaitu santunan dengan tujuan melindungi tanah, air, dan perubahan iklim.

9) Perlindungan ikan
Perlindungan ikan yaitu santunan dengan tujuan melindungi ikan yang terancam punah.

Harimau Jawa dan Harimau Bali; dinyatakan Punah

Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) ialah subspesies harimau yang hidup terbatas (endemik) di Pulau Jawa. Harimau ini telah dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akhir perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang menyempitkan habitat hidupnya (www.wikipedia.org).

Foto ini diambil tahun 1938. Meskipun beberapa andal meyakini harimau ini masih eksis di hutan-hutan di pelosok Jawa, kita belum sanggup melihat bukti keberadaannya berupa foto ataupun bukti lainnya.

Anak cucu kita, atau bahkan kita sendiri tidak sanggup melihat wujud Harimau Jawa ini secara langsung.

Semoga, sisa-sisa spesies  Harimau Jawa sanggup tetap bertahan untuk kemudian kita bantu dan dukung keberadaannya. Dan semoga, ini hanya terjadi pada Harimau Jawa dan Harimau Bali.
Penyebaran jenis Harimau di dunia


Sumber http://sekolah-matematika-sains.blogspot.com

Berlangganan Informasi Terbaru:

0 Response to "Keanekaragaman Hayati, Pemanfaatan, Ancaman, Penyebab Penurunannya Dan Upaya Pelestariannya"

Posting Komentar