Moral Versus Uang: Review Film Crazy Rich Asians
Namanya Nick Young, laki-laki single dari keluarga super tajir Singapura yang kuliah di New York. Ia bertemu dan jatuh cinta dengan Rachel Chu, wanita muda yang dibesarkan oleh single parent berlatar belakang imigran asal China yang sukses membangun karir di Amerika. Chu menjadi professor ekonomi, pakar game theory dan jago main mayong. Film ini berkisah perihal konflik kelas dan pertempuran antara ”moral versus uang” yang dimainkan oleh Nick dan Chu dalam memperjuangkan cintanya.
Saya nonton film ini dikala sedang di Yogyakarta, beli tiket dengan diskon sebab harus memperketat pengeluaran. Saya nonton kisah Nick sambil berharap semoga ada ide bagaimana semoga bisa kaya raya. Tapi film ini sesungguhnya berkisah perihal cinta. Konflik yang muncul tidak terlalu istimewa sebab menyerupai mirip drama-drama opera sabun yang banyak ditayangkan di Indonesia. Misalnya, perihal ibu Nick, Elanor, yang menolak Chu sebab berasal dari keluarga miskin, broken, imigran dan hidup dengan prinsip individualisme ala Barat. Hanya saja, film ini dibalut dengan plot dan teknik sinematografi yang mumpuni sehingga nggak bosan mengikuti setiap adegannya.
Baca juga Drama Mikro Seleb: Review Film Youtubers
Berita cepat sekali menyebar dikala Nick sedang mengencani Chu di New York. Beberapa menit kemudian, Elanor menelpon Nick untuk mengabarkan bahwa mengenalkan seorang wanita ke keluarga besar ialah suatu hal yang serius. Nick berencana mengajak Chu ke Singapura untuk dikenalkan kepada keluarganya dan menikah tanpa sepengetahuan Chu bahwa Nick ialah anak dari keluarga super kaya di Singapura.
Ah Ma, nenek Nick ialah pewaris harta keluarga yang masih hidup. Pewaris berikutnya ialah Nick, tapi Nick punya planning lain, yaitu meninggalkan semuanya untuk memulai hidup gres di New York bersama Rachel. Pilihan hidup orang tajir tidak semudah kelihatannya. Jika Nick meninggalkan Singapura, maka Nick meninggalkan ”nilai-nilai timur” dimana keluarga berada diatas harta. Nick dianggap kehilangan jati dirinya sebab meninggalkan tradisi keluarga demi ambisi mengejar ”American Dream”, yang berorientasi pada kesuksesan pribadi, kebebasan dan individualisme.
Rachel mengira Nick ialah jodohnya. Ketika diperkenalkan dengan keluarga Nick di Singapura yang tajir melintir, harga diri Chu diinjak-injak sebab latar belakang dirinya dan keluarganya. Semua keluarga besar Nick mempunyai selera dan preferensi ala kaum super-rich yang tidak bisa dijangkau oleh Rachel. Penampilan ialah segalanya, uang ialah segalanya. Kaum super-rich ditampilkan di film ini dengan penuh ego, kadang idiot. Laki-lakinya pesta bujang, perempuannya belanja dan spa. Rachel tampil kucel, seakan tak pernah mendengar istilah ”skin care”.
Menjadi potongan dari keluarga Nick artinya bertahan hidup setiap hari dengan martabat yang selalu diinjak-injak. Tapi Rachel Chu ialah jago game theory dan mencoba mengikuti permainan ini. Di suatu pesta penikahan teman Nick, Rachel tampil glamor. Ah Ma dan Elanor memanggil Rachel dan Nick, menjelaskan siapa sesungguhnya Chu dan dari dari mana ia berasal. Keluarga Nick yang terhormat di seantero Asia tidak akan bisa mendapatkan Chu yang meyembunyikan kondisi keluarganya yang lebih jelek dari apa yang diceritakannya.
Perjuangan Nick dan Rachel ialah usaha moral, ditengah kepungan keluarga Nick yang immoral. Film Crazy Rich Asians berusaha memotret kondisi masyarakat asia yang menempati dua titik ekstrim; paling miskin dan paling kaya, paling terbuang dan paling terhormat, paling marjinal dan paling dipuja. Film Crazy Rich Asians menampilkan mengapa kebanyakan orang-orang kaya punya kultur sendiri yang kadang absurd dan mengapa cinta lebih suka berkonflik dengan uang.
Baca juga Di Bawah Naungan Feminisme: Review Film Kartini
Film Crazy Rich Asians diangkat dari novel karya Kevin Kwan yang telah menerima label #New York Times Best Seller. Film Crazy Rich Asians bergenre komedi romantis, penuh drama dan sesekali musikal. Tapi harus aku katakan, adegan komedi di film ini tidak terlalu lucu, dramanya juga sering monoton. Yang bikin menarik bagi aku ialah film ini bisa menceritakan perihal bagaimana kehidupan orang-orang kaya raya direpresentasikan. Selain itu juga, bagaimana individu dari kelas sosial yang rendah dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan kelas sosial yang tinggi. Individu dengan selera kelas rendah dipaksa untuk tampil elit.
Ending filmnya memang mengatakan bagaimana cinta bertahan ditengah tekanan kekolotan tradisi keluarga dan supremasi uang. Namun pada hasilnya kebebasan individu-lah yang menang. Kewenangan menentukan jodoh telah lepas dari cengkeraman keluarga menjadi speenuhnya milik individu. Ini tipikal romantika cinta di kurun modern dan liberal. Definisi membentuk keluarga juga telah sepenuhnya berada di tangan individu, atau setidaknya milik sepasang kekasih yang sedang dimadu asmara. Dengan kata lain, soal jodoh orang renta jangan ikut-ikut.
Baca juga Retorika Untuk Milea: Review Film Dilan 1990
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Moral Versus Uang: Review Film Crazy Rich Asians"
Posting Komentar